Rabu, 04 Januari 2012

WITH YOU chapter two


Cast     : Lee Sungmin, Park Seoyeon, Cho Kyuhyun, Park Jungsoo and others

follow me on @adhweet ^^
please leave your comment after reading my fanfics, kamsahamnida

Hello, this is fanfiction about our pink prince Sungmin :)




Sepuluh hari kemudian…

Sejak kepulanganku dari Busan, aku jadi terus memikirkan Seoyeon. Entah apa yang merasukiku tetapi satu hal yang aku tahu, aku ingin melihat senyumnya lagi. Dua hari lagi liburan akan berakhir dan apa kalian tahu ? Hari ini aku akan menjemput Seoyeon di bandara Incheon. Rupanya Teukie-hyung tidak ingin terjadi apa-apa pada Seoyeon sehingga ia memaksa Seoyeon naik pesawat lalu memintaku yang ia percayakan untuk menjemputnya dan mengantarnya kerumah ahjumma-nya. Aku sih tidak keberatan karena memang aku tidak ada kegiatan, selain itu karena memang aku ingin bertemu dengannya. Sebenarnya sudah lebih dari sebulan aku memperhatikan yeoja yang satu ini tapi aku tidak pernah bisa mendekati atau bahkan mengetahui nama dan sekolahnya, itu karena ia selalu memakai jaket untuk menutupi seragam yang dipakainya. Tapi sekarang, semuanya sudah jelas.
Aku memarkirkan mobilku di parkiran lalu aku berjalan ke pintu kedatangan. Aku menunggunya 5 menit, 10 menit lalu 15 menit dan akhirnya ia muncul juga. Ia celingukan mencariku, lalu ketika ia menemukanku ia langsung menghampiriku.
"Annyeong haseyo, Sungmin-ssi.” Sapanya padaku
“Kau panggil aku apa ?” aku mengerling padanya
“Ah emm… maksudku Sungmin-oppa.”
“Nah begitu !” kataku sambil tersenyum padanya
“Oppa sudah menunggu lama ya ? Mianhaeyo…”
“Gwenchaneyo. Sudah makan ?”
“Sudah… Oppa sudah makan ?”
“Aku juga sudah makan. Kalau begitu sekarang kita kerumah ahjumma-mu saja ?”
“Ne…” jawabnya sambil mengangguk

Aku mengambil alih koper yang yang dipegangnya lalu berjalan. Seoyeon mengikutiku. Akhirnya kami sampai di parkiran dan aku membawa mobilku keluar dari bandara dan melesat menuju rumah ahjumma-nya Seoyeon.
“Apa Leeteuk-oppa yang memintamu menjemputku ?” tanya Seoyeon padaku
“Ne…”
“Ah cwesonghamnida, oppa suka merepotkan orang lain sesukanya.”
“Gwenchaneyo… Lagipula aku juga senang melakukannya.” Jawabku sambil tersenyum

Seoyeon langsung menatap wajahku, sepertinya ia bingung mendengar pernyataanku. Tapi aku tidak menengok ke arahnya dan tetap fokus ke jalanan sambil tersenyum. Aku sengaja melakukannya agar dia merasa penasaran denganku. Itulah trik yang aku pakai untuknya. Setelah kurang dari satu jam, mobilku sampai di depan rumah ahjumma-nya. Ia turun dari mobil, aku juga turun dari mobil dan mengambilkan kopernya yang ada di bagasi mobilku.
“Kenapa Oppa tidak naik mobil ke Busan ?” tanya Seoyeon tiba-tiba
“Aku tidak mau. Kalau liburan lebih asyik kalau naik angkutan umum saja.”
“Aah padahal kan kalau membawa mobil lebih enak, kau bisa berjalan kesana kemari sesukamu.”
“Akan lebih asyik kalau hanya berjalan kaki. Haha…”
“Kalau begitu aku masuk dulu ya, Oppa. Apa Oppa mau mampir ?”
“Hmm sepertinya tidak. Aku ada janji untuk menemani Kyu ke game centre hehe…”
“Oh algesseumnida. Jeongmal gomawo, Oppa ! Hati-hati ya…”

Aku berjalan masuk ke mobilku dan membuka jendela mobilku untuk melihat Seoyeon. Ia tersenyum padaku, aah senyum yang sangat kulihat itu. Aku melambai padanya dan ia membalas lambaian tanganku. Aku pun menjalankan mobilku dan menjauh dari rumah itu. Beruntung tadi saat di perjalanan aku tidak lupa untuk meminta nomor handphone-nya ^^

***
Seoyeon’s POV

Pagi hari jam 06.00…

Aku mempersiapkan sarapan untukku dan ahjumma-ku. Segala keperluan sekolah sudah aku persiapkan sejak malam hari sehingga nanti setelah aku selesai sarapan dan membereskan meja makan aku tinggal berangkat ke sekolah. Ahjumma adalah orang yang sangat sibuk, beliau merupakan asisten manajer di perusahaannya, aku tidak tahu nama perusahaannya. Setiap pagi aku harus menyiapkan sarapan untuknya, dan begitu selesai sarapan ia akan langsung pergi meninggalkanku. Biasanya beliau baru akan pulang sekitar jam 9 malam. Aku yakin dia pasti sibuk sekali. Meskipun begitu, ia tidak jahat padaku, malah ia sangat perhatian denganku.
Sarapan sudah kubuatkan, ahjumma keluar dari kamar dengan pakaian kerjanya. Aku pun melahap sarapanku. Lima belas menit kemudian, ahjumma sudah selesai dengan sarapannya lalu ia berangkat kerja. Aku merapikan meja dan pas jam 06.30 aku mengunci rumahku. Saat selesai mengunci pintu, aku berbalik dan menemukan mobil putih kecil di depan pagar rumah. Seseorang keluar dari mobil itu dan tersenyum padaku.
“Omona ! Sungmin-ssi ??!”
“Annyeong haseyo. Apa kabarmu pagi ini ?” ia masih tersenyum manis padaku
“Baik-baik saja. Tapi kenapa Oppa ada disini ?” tanyaku heran
“Aku kesini untuk menjemput Nona Seoyeon ke sekolah.”
“Aku ?”
“Ne…”, Sungmin berjalan mendekatiku dan menyodorkan tangan kanannya, “Come on.”

Aku menyambut tangannya masih dengan ekspresi bingung. Sungmin menuntunku berjalan ke mobilnya dan aku duduk di kursi belakang mobilnya. Saat masuk ke mobilnya, aku terkejut melihat Kyuhyun yang duduk di samping Sungmin.
“Annyeong haseyo, Kyuhyun-ssi.” Sapaku pada Kyuhyun
“Annyeong haseyo. Jadi ternyata kita kesini untuk menjemput dia ya, Hyung ?” kata Kyuhyun sambil melihat ke Sungmin dengan evil smile yang merekah di bibirnya

Sungmin hanya tersenyum melihat Kyuhyun. Ya Tuhan senyumnya imut sekali. Ia lalu menjalankan mobilnya dan tidak bisa kupercaya aku berangkat bersama dua orang namja yang cukup eksis di sekolahku ini. Apa jadinya nanti saat para yeoja melihatku turun dari mobil Sungmin ?
“Oppa, apa ini karena Leeteuk-oppa lagi ?” tanyaku curiga
“Oppa ? Whoa jadi hubungan kalian sudah sejauh ini ?” Kyuhyun melebarkan evil smile-nya
“Aish kau ini, Kyu.” Omel Sungmin, “Anhi… ini keinginanku sendiri. Jarak rumahmu ke sekolah kan cukup jauh. Jadi kupikir lebih baik kita berangkat bersama. Toh kita satu jalan.”
“Jjinja ? Geurigo, bagaimana Oppa bisa tahu jadwal aku berangkat sekolah ?”
“Aku tanya pada Teukie… maksudku Leeteuk-hyung. Hahaha…”

PANTAS SAJA !!! Kemarin aku menerima sms dari Leeteuk-oppa yang menanyakan jam berangkatku ke sekolah. Jadi ini alasannya, karena Sungmin-oppa ingin menjemputku. Tapi… kenapa ?

***

Jam tujuh tepat mobil Sungmin memasuki gerbang sekolah. Aku takut-takut untuk keluar dari mobil sementara Kyuhyun sudah turun dari mobil. Sungmin sudah bersiap untuk turun.
“Tidak turun, Seoyeon-ssi ?” tanya Sungmin padaku
“Ah ne… Ini aku mau turun.” Jawabku
“Oh jamkanman !”

Sungmin langsung keluar dari mobil lalu berlari kecil ke pintu yang ada di sebelahku. Ia membukakan pintu untukku. Aku kaget sekali melihatnya, tapi entah apa yang mendorongku aku keluar dari mobil itu.
“Kamsahamnida, Oppa. Tapi harusnya Oppa tidak perlu melakukan hal itu padaku, aku kan bisa membukanya sendiri.” Kataku tidak enak
“Tidak apa-apa kok.” Sungmin tersenyum padaku, entah untuk keberapa kali aku melihatnya tersenyum seperti ini

Aku menengok ke kanan dan kiri, takut kalau ada yang melihatku. Karena kalau sampai ada yang melihatku, bisa habis aku ditanyai oleh teman-temanku. Sungmin tampak bingung melihatku seperti ini.
“Gwenchana, Saeng ?” tanyanya padaku
“G-gwenchaneyo. Ah boleh aku duluan ?”
“Ada yang tidak beres ya ?”
Bagaimana dia bisa tahu ? “Sejujurnya kalau ada yang melihatku berangkat bersamamu, pasti nanti ada yang curiga.”
“Nuguseyo ?”
“Teman-temanku…” jawabku dengan suara yang pelan
“Ayolaaah… Kaja !”

Sungmin membawaku ke kelasku, sementara Kyuhyun sudah berjalan sendirian ke kelasnya tadi. Aku berjalan sambil menunduk dan Sungmin ? Dia berjalan dengan senyum cerah di wajahnya. Ya ampun kalau aku terus melihat senyumnya, bisa-bisa aku menyukainya. Di koridor sekolah banyak sekali yeoja yang memperhatikan kami berdua, itulah sebabnya aku hanya menunduk saja. Di depan kelas aku berterima kasih pada Sungmin lalu berjalan ke mejaku. Disana, di tempat dudukku tiga orang yeoja berkumpul. Mereka bertiga teman-temanku, Taehee,Youngra dan Yoonrin. Aku banyak menghabiskan waktuku bersama ketiga yeoja ini. Mereka bertiga menatapku dengan tatapan penasaran. Aku tidak mempedulikan tatapan mereka, jadi aku terus melangkah maju dan menaruh tas punggungku di meja.
“Kamu tadi… berangkat sekolah dengan siapa ?” tanya Taehee
“Dengan Sungmin-op- ah maksudku Sungmin-sunbaenim.”  Jawabku
“Kalian saling kenal ?!” sekarang Yoonrin penasaran denganku
“Eh yaa… bisa dibilang begitu.” Kataku sungkan, “Ah tapi kami juga baru kenal kok. Saat kami di Busan.” Tambahku saat aku melihat mulut Yoonrin yang siap menambahkan pertanyaan
“Busan ?” Youngra mengernyitkan alisnya
“Aku liburan kesana dan tidak sengaja bertemu dengannya bersama Kyuhyun. Ah sudahlah jangan mencurigaiku seperti itu, aku merasa terpojok nih.”
“Arasseo arasseo.” Kata Taehee menyerah

***

Entah bagaimana caranya, aku dan Sungmin menjadi sangat dekat. Sungmin setia menjemputku setiap pagi bersama Kyuhyun lalu saat bel pulang, ia lantas menungguku di depan kelas. Pernah suatu kali kelasku lebih cepat keluar dan aku berjalan meninggalkan sekolah lebih dulu. Saat aku di gerbang, Sungmin langsung menarik tanganku dan menggeretku masuk ke dalam mobilnya sambil mengomel. Dan di dalam mobil aku harus mendengarkannya marah-marah padaku. ‘Harusnya tunggu aku dulu baru kau boleh pulang !’, begitu inti omelannya saat itu. Aku pasrah saja mendengarnya, tidak ada yang bisa mengganggu Sungmin saat dia sudah marah saat itu. Tapi setelah marah-marah, dia melanjutkannya dengan curhatan saat dia dihukum di kelas karena mengunyah permen karet saat pelajaran.
Sungmin peduli sekali padaku tapi aku tidak mempertanyakan sikapnya yang baik itu padaku. Aku menganggapnya itu sikap seorang oppa pada dongsaeng-nya saja, mungkin ini juga ada kaitannya dengan Leeteuk-oppa yang meminta Sungmin untuk selalu menemaniku. Teman-temanku meragukan status kami yang hanya seorang oppa dan dongsaeng, mereka mengira ada sesuatu yang lebih dari itu. Walaupun sebenarnya tidak mengherankan kalau Sungmin punya teman dekat seorang yeoja, tapi mereka tetap bersikeras mengatakan bahwa ada yang lain antara aku dengannya. Aku hanya mengerlingkan mataku saja kalau mereka sudah berbicara hal macam itu. Sebenarnya aku sendiri mulai menerima keadaan ini, dimana aku dan Sungmin selalu bersama. Aku menyukai kebersamaan ini, tapi lama-kelamaan aku mulai menyadari ada yang berubah di antara aku dan Sungmin.

***
Sungmin’s POV

Sebentar lagi aku akan menghadapi ujian-ujian yang bersangkutan dengan kelulusanku pertengahan tahun ini. Aku jadi jarang memiliki waktu untuk bertemu dengan Seoyeon. Untuk rutinitas menjemputnya di pagi hari dan mengantarnya saat pulang sekolah tidak pernah aku lupakan, namun semakin lama sikap Seoyeon berubah padaku. Biasanya dia akan mencurahkan segala ceritanya padaku atau bahkan berceloteh riang saat di mobil. Tapi akhir-akhir ini, Seoyeon lebih sering diam. Kalau aku tanya apa ada yang membebani pikirannya, pipinya akan langsung memerah dan dia menjadi salah tingkah. Aku sedikit terusik dengan keadaan ini. Aku kangen pada sifatnya yang periang dan tegar itu,tapi kenapa dia sekarang menjadi rapuh begini ? Apa dia kembali merasakan kesepiannya ?
Minggu ini akan ada long weekend, dimana kami mendapatkan tiga hari libur pada hari Jum’at, Sabtu dan Minggu. Aku berniat mengajak Seoyeon berjalan-jalan untuk menghabiskan waktu bersamanya, serta untuk mengurangi rasa bersalahku karena tidak bisa menemaninya beberapa waktu belakangan. Tapi aku tidak punya ide mau membawanya kemana. Saat itu Teukie-hyung memberi pesan singkat dan menanyakan kabarku. Pada saat itulah aku mendapat ide untuk membawanya ke Busan, ke tempat oppa-nya berada. Walau hanya dua hari satu malam, aku ingin kepergian kami kali ini memberi kesan baik pada Seoyeon.
Jum’at paginya aku membawa mobilku ke depan rumah Seoyeon, dan menunggunya. Tidak lama ia keluar dengan tas punggungnya. Aku berlari menghampirinya dan mengambil tasnya lalu meletakkannya di bagasi. Dia senang sekali saat aku mengatakan bahwa kami akan ke Busan. Dan Seoyeon yang biasanya riang pun kembali dan aku bersyukur atas hal itu. Setelah beberapa jam kami habiskan di mobil, akhirnya sampai juga di depan rumah Teukie-hyung. Aku membangunkan Seoyeon yang tertidur, beginilah Seoyeon kalau menempuh peralanan jauh, dia akan tertidur.
“OPPA !” serunya saat keluar dari mobilku
“Annyeong haseyo, Hyung.” Sapaku sambil melepaskan kacamata hitamku
“Anyyeong, Sungmin-ssi !” kata Teukie-hyung sambil melambai padaku, “Bagaimana kabarmu, Seosaeng ?” Teukie-hyung tersenyum lebar kepada dongsaeng-nya itu, Seosaeng adalah panggilan Teukie-hyung pada Seoyeon
“Baik ! Aku punya banyak cerita untukmu, Oppa !” serunya riang lagi
“Jjinja ? Arasseo, nanti kau harus menceritakan semuanya padaku. Kau tidak merepotkan Sungmin-ssi kan saat di Seoul ?”
Seoyeon menggeleng cepat, “Anhi…”
“Anak baik.” Teukie-hyung mengacak rambut Seoyeon, “Sebaiknya kita masuk ke dalam, kalian pasti lelah kan ?”
“Ne, kamsahamnida.”

Aku mengambil barang-barang yang ada di bagasi, Teukie-hyung membantuku. Kami berdua memindahkan barang-barang, termasuk tas punggung Seoyeon ke dalam rumah. Omong-omong tentang Seoyeon, aku teringat dia belum juga muncul setelah ia masuk ke dalam tadi. Aku mencari-carinya, dan aku menemukannya. Sedang berdiri di depan sebuah pot tanaman dan wajahnya tepat di depan sebuah bunga berwarna merah nyala. Aku mendekatinya pelan-pelan.
“Sedang apa disini ?” tanyaku padanya, membuatnya memalingkan wajahnya dari bunga itu
“Oppa ? Hmm… aku rindu pada bunga ini.” Ia kembali menatap bunga itu
“Ada apa dengan bunga ini ?”
“Eomma suka sekali dengan bunga ini.” Katanya tersenyum

BINGO ! Dugaanku selama ini benar, dia merindukan eomma-nya. Untung sekali aku membawanya kesini. Aku lantas tersenyum padanya lalu meninggalkannya dan menghampiri Teukie-hyung.
“Sudah lihat ritualnya ?” tanya Teukie-hyung, aku mengangkat alisku
“Ritual apa ?”
“Kalau dia kesini, pasti dia akan langsung ke halaman belakang dan memandangi bunga itu. Kadang-kadang ekspresinya akan kecewa jika menemukan tanaman itu belum mengeluarkan bunganya, oleh karena itu dia akan menyiraminya setiap hari. Tapi kalau dia menemukan tanaman itu berbunga, dia akan berdiri menatapi bunga itu beberapa menit lamanya. Nanti dia juga kembali.” Jelas Leeteuk
“Aah begitu ternyata…” aku baru mengetahui ritualnya itu
Leeteuk berdeham, “Jadi apa yang membuatmu membawanya kesini ?”
“Akhir-akhir ini dia suka murung. Dan yang terpikir olehku adalah mungkin dia merindukan keluarganya, makanya aku mengajaknya kesini berhubung ini adalah long weekend.”
“Jeongmal gomawoyo, Sungmin-ah. Terima kasih untuk semua yang kau lakukan untuk Seoyeon.”

***
Leeteuk’s POV

Malam hari, jam 11.00…

Sungmin sudah tidur. Tampaknya dia kelelahan hari ini, selain dia harus menyetir sendiri mobilnya dari Seoul ke Busan, dia juga membantuku bersih-bersih rumah bersama Seoyeon. Itu permintaan Seoyeon karena dongsaeng-ku satu-satunya itu protes atas kebersihan dan kerapihan rumah itu. Malam itu aku duduk di kamarku, memikirkan keadaan Seoyeon. Mengapa Sungmin bilang dia sangat murung ? Apakah dia terlalu kesepian sampai ia tidak bisa berpura-pura tegar lagi ? apakah aku sudah terlalu lama membiarkannya di Seoul tanpa ada aku sebagai oppa, keluarga paling dekat yang dimilikinya ? Aku tahu ahjumma baik padanya, bahkan ahjumma sudah menganggap kami sebagai anaknya sendiri walaupun ahjumma tidak memiliki suami. Aku menyalahkan diriku karena tidak bisa berada di sisi dongsaeng-nya. Tidak lama, pintu kamarku diketuk.
“Nuguseyo ?” tanyaku
“Aah aku mengganggumu tidak, Oppa ?”
“Masuklah.” Kataku sambil tersenyum

Seoyeon membuka pintu dan masuk ke dalam. Ia lalu duduk di sebelahku dengan wajah sedikit murung.
“Gwenchana, Saeng ?” tanyaku
“Ne, gwenchaneyo.”
“Seoyeon-ah apa ada masalah selama kau di Seoul ?”
“Anhi… semuanya baik-baik saja, Oppa. Hanya saja…” Seoyeon tidak meneruskan kalimatnya, membuatku penasaran
“Apa karena aku tidak ada di dekatmu ?” aku segera menambahkan, aku tahu Seoyeon merasa sungkan untuk mengucapkan hal ini
“Ne…” ia menjawab dengan kepalanya yang tertunduk
“Mianhae… kalau aku sudah selesai dengan sekolahku, aku akan kembali ke Seoul.”
“Kamsahamnida, Oppa.” Kata Seoyeon menyandarkan kepalanya di lenganku
“Ada lagi yang mengganggu pikiranmu ?”
“Oppa memang paling bisa menebak.” Seoyeon kembali ke psisi duduk tegapnya dan tersenyum padaku
“Kau bisa cerita padaku.”
“Sungmin-oppa… maksudku Sungmin-ssi itu orangnya bagaimana ?”
“Sungmin ? Dia namja yang sangat baik, aku mengenalnya dengan baik. Sungmin itu juga pintar dan popular. Dia banyak berteman dengan yeoja seusianya. Dia baik padamu kan ?”
“Ne… sangat baik malah…” Seoyeon masih belum mau cerita
“Malah kalau bisa, aku menginginkannya untuk selalu bersamamu.” Celetekku yang membuat Seoyeon melotot bingung padaku
“Oppa ! Kau sembarangan bicaranya.” Katanya sambil menepuk bahuku dengan wajahnya yang memerah
“Wae ? Boleh kan aku berharap begitu ? Dia namja yang paling bisa aku percaya.”
Seoyeon menunduk, “Kau ini, Oppa.”
“Omong-omong, kau belum cerita maksudmu menanyaiku tentang Sungmin. Ada apa ? Ini ada hubungannya dengan Sungmin ‘kan ?” aku menggodanya agar mau cerita
“Ne… aku… tidak mengerti sejak kapan tapi… Entah sejak kapan aku melihat Sungmin-ssi bukan sebagai oppa… aku merasakan sesuatu yang berbeda…”
“Lalu ?” pancingku
“Aku tidak tahu apa, tapi saat melihat Sungmin-ssi bersama dengan teman-temannya yang kebanyakan yeoja itu aku jadi salah tingkah. Aku tidak senang melihatnya bersama mereka. Padahal biasanya, aku biasa saja melihatnya. Aku tidak tahu aku ini kenapa, tapi ini membebani pikiranku.” Jelasnya lagi
“Apa kau menjadi salah tingkah jika berhadapan dengannya ?”
“NE ! Ah kau bisa menebaknya ! Sungmin-ssi suka sekali mengantar jemput aku…”
“Aku tahu, dia cerita padaku.” potongku
“Dan akhir-akhir ini aku jadi tidak tahu harus bersikap apa di depannya. Akhirnya aku hanya diam saja. Jantungku berdetak lebih cepat, Oppa. Berkali-kali Sungmin-ssi menanyakan keadaanku, tapi itu malah membuatku salah tingkah. Dan saat aku cerita pada sahabatku, mereka bilang aku… Aku menyukainya.” Di akhir kalimatnya suaranya memelan
“Jadi ini yang membuatmu murung akhir-akhir ini ?”
“N-ne… darimana Oppa tahu ?”
“Sungmin sendiri cerita padaku, katanya kau lebih sering diam belakangan ini. Kupikir yang dikatakan teman-temanmu benar.” Jawabku ringan
“Mworago ? Tapi bagaimana bisa ?”
Aku mengangkat bahuku, “Entahlah… Yang mengetahui alasannya hanya kau sendiri.”
“Aah… sebenarnya sih aku selalu merasa aman saat Sungmin-ssi di dekatku. Aku merasa aku bisa senang, marah dan melakukan hal-hal lain ketika bersamanya. Dia peduli segala tentangku, setidaknya itu yang kurasakan.”
“Itu namanya kau jatuh cinta, Seosaeng.” Aku meraih pipinya dan mengguncangnya ke kanan dan ke kiri
“Jjinja ? Apa itu sesuatu yang buruk ?” ia bertanya dengan wajah polosnya
“Hahaha…kalau kau mencintai seseorang, tidak ada istilah baik ataupun buruk. Hanya saja, kau perlu menggengam terus cintamu agar tidak lepas.”
“Oppa pernah jatuh cinta ?” tanyanya lagi
“Pernah, tapi itu sudah lama sekali…” aku tertawa ringan
“Bagaimana rasanya ?”
“Rasanya menyenangkan. Tapi saat dia pergi, kau akan merasakan kehilangan yang luar biasa. Seolah hidupmu hampa.”
“Seperti saat eomma dan appa pergi ?”
Aku tercengang mendengarnya, “Ne…”
“Hmm… aku tidak ingin merasakan itu lagi… Aku tidak ingin cinta.” kata Seoyeon dengan suara seperti anak kecil yang takut
“Seosaeng-ah dengarkan aku.” aku berdeham, “Aku tidak bisa selamanya berada di sisimu. Aku khawatir suatu saat nanti aku akan mempunyai keluargaku sendiri dan mulai sibuk memikirkan keluargaku itu. Meskipun kau tetaplah dongsaengku, tapi aku tidak bisa selamanya menjagamu dan kau tidak bisa selamanya hidup bahagia denganku. Kau juga semakin dewasa, seiring berjalannya waktu kau akan menemui cintamu sendiri dan bahagia atas hal itu. Kau tidak boleh takut menghadapi cinta.”
“Tapi aku takut…”
“Aku mengerti kau takut kehilangan, tapi ingatlah kata-kataku. Kalau kau sebegitu takutnya merasakan kehilangan, yang perlu kau lakukan adalah menjaganya sekuat mungkin.”

***
Seoyeon’s POV

Aku kembali ke kamarku setelah lega menceritakan segalanya. Perasaanku bercampur aduk. Lega dan senang tetapi aku takut juga. Takut kalau aku merasakan pahitnya kehilangan lagi. Tapi Jungsoo-oppa menyuruhku untuk tidak takut. Malam itu malam kesekian kalinya  aku tidak bisa tidur.

***
Sungmin’s POV

Keesokan harinya…

Aku dan Seoyeon sudah harus pulang hari ini. Walaupun hanya sebentar, tapi setidaknya aku kembali melihat Seoyeon bahagia berada di sini. Aku sedikit merasa tidak enak untuk membawanya pulang. Pagi itu, aku dan Teukie-hyung saling bertukar cerita sementara Seoyeon sedang pergi keluar, entahlah sepertinya ia sedang belanja.
“Bagaimana denganmu ? Apa kau masih suka bermain dengan para yeoja ?” tanya Leeteuk padaku tiba-tiba
“Ne ? Akhir-akhir ini sih tidak terlalu, aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama Kyuhyun.”
“Bagaimana dengan dongsaeng-ku ?” tanyanya singkat

Oh tidak. Rasa bersalahku pada Seoyeon muncul lagi. Aku sedikit merasa bersalah karena belakangan aku sering menghabiskan waktu bersama Kyu untuk belajar, walaupun Kyu baru menghadapi ujian-ujian itu tahun depan bersama Seoyeon. Tapi aku tidak punya pilihan lain, karena kalau nilaiku jelek appa dan eomma akan memarahiku habis-habisan. Bodohnya aku tidak menjelaskan keadaanku pada Seoyeon. Dan sekarang Teukie-hyung bertanya padaku, menagih janjiku yang pernah aku buat saat aku pertama kali kerumah ini. Janji untuk selalu menemaninya dalam keadaan apapun. Aku merasa bersalah, bersalah pada Seoyeon dan bersalah pada hyung terbaikku ini.
“Aku… mianhae, aku akhir-akhir ini sedang mempersiapkan diriku untuk ujian. Jadi aku… tidak banyak mengabiskan waktu bersamanya. Mianhae… jeongmal mianhae…” aku membungkuk beberapa kali, berharap ia mau memaafkan aku
“Tidak apa-apa. Aku juga tidak boleh egois. Bagaimanapun kau juga punya urusanmu sendiri.”
“Mianhae, Hyung.” Kataku masih dengan nada bersalah
“Hei tidak apa-apa, tidak perlu meminta maaf berkali-kali seperti ini. Aku benar-benar mengerti keadaanmu. Tapi apa boleh aku bertanya padamu satu hal ?”
“Apa itu, Hyung ?” tanyaku antisipasi
“Kamu… kamu sayang pada adikku tidak ?” tanyanya gugup

Wajahku memerah dan aku diam saja. Leeteuk memperhatikan wajahku.
“Aku tepat sasaran ya ?” tanya Leeteuk sambil tersenyum licik padaku, entah kenapa aku merasa Kyu ada disini dengan wujud Teukie-hyung
“Aku boleh jujur ? Aku sudah memperhatikan dongsaeng-mu jauh sebelum aku tahu bahwa dia dongsaeng-mu. Saat aku mengenalnya lebih jauh aku semakin yakin pada perasaanku terhadapnya. Teukie-hyung, kalau boleh… kalau boleh aku ingin meminta persetujuanmu. Boleh…bolehkah aku memintanya ? Memintanya untuk menjadi pacarku, menjadi pendampingku yang akan aku jaga selalu ?”
“Kau serius ?” Leeteuk tampak terkejut mendengar jawabanku
“Ne. Aku serius.” Kataku memasang tampang serius
“Aku bersyukur.” Leeteuk tersenyum puas dan membuatku terkejut
“Mwo ?” tanyaku heran
“Aku bersyukur karena aku bisa mempercayakannya padamu.”
“Jjinja ???”
“Ne… tolong jaga dia untukku ya.” Teukie-hyung tersenyum lagi padaku
“Kau bisa menjaga kata-kataku, Hyung. Aku akan mencari waktu yang tepat untuk menyatakan ini padanya. Sebelum itu terjadi, tolong rahasiakan hal ini ya, Hyung.”

***

Sudah dua bulan setelah kunjungan kami ke Busan, aku masih belum juga menyatakan perasaanku pada Seoyeon. Aku bingung kalau menghadapi yeoja itu karena pasti aku akan canggung duluan saat melihatnya. Ayolah Lee Sungmin, kau tidak biasanya bersikap seperti ini. Kuakui aku dekat dengan banyak yeoja tapi belum pernah aku bersikap secanggung ini saat di depan yeoja. Omong-omong, aku belum tahu bagaimana perasaan Seoyeon juga. Habis dia tidak memberiku sinyal, dan sikapnya padaku jadi kaku. Mungkin itu karena aku belakangan ini semakin jarang menemuinya dengan ujian-ujianku yang sudah selesai aku laksanakan. Lega sekali karena aku sudah menyelesaikan ujian itu dan sekarang aku tinggal menunggu hasilnya. Nah sekaranglah saatnya aku kembali kepada Seoyeon. Aku menghampiri kelas Seoyeon, berharap menemukannya. Dan ya, aku menemukannya… bersama seorang namja yang tertawa di sebelahnya. Aku buru-buru menangkap lengan Kyuhyun yang sedang memakan es krim.
“Kyu !” seruku
“Mwo ? Wae, Hyung ?!” tanya Kyuhyun panik mendengar seruanku
“Itu… itu siapa yang ada di sebelah Seoyeon ?” tanyaku sambil menatap tajam namja yang masih tertawa bersama Seoyeon itu
“Nugu ?” Kyu menyipitkan matanya, “Ah… itu namanya Donghae. Lee Donghae. Dia anak baru.”
“Mereka dekat ??” aku semakin penasaran
“Cukup dekat. Yang kudengar sih Seoyeon-ssi satu-satunya teman yang paling dekatnya Donghae. Wae ?”
“Ya ! Hyung ! Kau mau kemana ?! Aku belum selesai bicara !” seru Kyuhyun saat aku lancang masuk ke kelas

Aku tidak ingin mendengar penjelasan selanjutnya dari Kyu yang hanya membuat telingaku panas. Apa ini… apa ini alasannya Seoyeon jadi pendiam dan sedikit menjauhiku ? Apa karena dia, Park Seoyeon ?!! Aku masuk ke kelas itu dengan langkah lebar-lebar, tidak peduli semua orang di kelas itu menatapku bingung karena di mataku sekarang hanya ada bayangan yeoja yang kusayangi itu. Aku sampai di hadapannya, membuatnya dan namja itu berhenti dari tawa mereka.
“Oppa ?” Seoyeon memanggilku dengan ragu-ragu
“Jadi ini alasannya ?” tanyaku padanya dengan wajah geram
“Alasan apa ?” Seoyeon mengangkat alisnya, menunjukkan wajah tidak mengerti
“Ikut aku.” Aku menarik tangannya dan segera berjalan keluar kelas

Seoyeon tampak merintih saat aku menariknya (atau lebih tepatnya menyeretnya) keluar kelas. Berkali-kali ia meronta agar aku melepaskan cengkramanku dari tangannya, tapi aku tetap tidak menghiraukannya. Kubawa dia ke samping sekolah, tempat yang jarang sekali bahkan tidak ada orang disitu. Kulepaskan tangannya sehingga akhirnya ia lepas. Ia mengusap-usap bagian tangannya yang sakit sambil merintih. Aku sedikit merasa bersalah karena aku menyakitinya yang rapuh itu, tapi masa bodoh. Aku mendorong tubuhnya ke tembok lalu kurentangkan kedua tanganku hingga ia terperangkap di antara aku dan tembok bangunan sekolah.
“Kau sedang apa tadi ?” tanyaku dengan menekan seluruh emosiku
“Aku sedang bercanda-canda tadi.” Ia menatapku dengan rasa takut, seolah aku ingin membunuhnya
“Dengan siapa ?”
“D-dengan Youngra, Yoonrin, Taehee dan Donghae.”
“Kau mau berbohong ya ?” tanyaku sambil tersenyum mengejek padanya
“Berbohong apa ?” Seoyeon bertanya balik padaku, dia tidak mengerti arah pembicaraanku
“Tadi aku melihatmu hanya bercanda dengan namja itu saja. Jadi sekarang kau sudah mulai berbohong padaku ya, Park Seoyeon ?”
“A-aku tidak berbohong !” Seoyeon mulai memberontak namun nada bicaranya masih sama seperti tadi, nada seorang anak kecil yang ketakutan
“Eo… Kamu itu… sikapmu sekarang ini berubah padaku. Kau jarang membalas pesanku bahkan handphone-mu tidak aktif.”
“Itu karena handphone-ku mati dan charger-ku hilang.” Ia membela diri
“Kau jarang menyapaku juga di sekolah.” Aku menambahkan
“Aku ingin menyapamu, tapi kau malah pergi dengan teman-temanmu.” Ia membela diri lagi, kali ini matanya sudah membendung air mata
“Jadi sekarang kau dekat dengan namja bernama Donghae itu ?” aku mencecarnya lagi, tidak peduli dengan pembelaan dirinya
“Donghae itu saudara jauhku !” kali ini Seoyeon membentakku, menjatuhkan air matanya dan aku terkejut
“Saudara jauh ?” kali ini aku memasang tampang seperti orang bodoh
“Ne… dengarkan aku… Dengarkan penjelasanku, aku mohon.” Katanya dengan air mata yang masih mengalir, aku ingin menghapusnya tapi pada akhirnya aku tidak melakukannya
“Mianhae kalau aku tidak membalas pesan singkatmu atau mengangkat teleponmu, aku bahkan tidak tahu kau menghubungi handphone-ku. Itu semua terjadi karena charger handphone-ku hilang entah kemana dan sudah kucari-cari tetap saja tidak kutemukan.”
“Lalu ?” tanyaku ketus
“Aku melihatmu bersama teman-temanmu. Teman yang kebanyakan yeoja tepatnya. Saat kau melihatku, aku sudah tersenyum padamu tapi kau memalingkan wajahmu ke temanmu dan berlalu begitu saja. Aku tidak tahu apa yang salah padaku hingga kau sepertinya cuek padaku.”
“Selanjutnya aku ingin mendengar penjelasan tentang Donghae.”
“Donghae… Lee Donghae itu saudara jauhku. Ia anak dari sepupunya ahjumma-ku. Sebelumnya ia sekolah di Mokpo, namun setelah appa-nya meninggal dunia, ia, hyung-nya dan eomma-nya pindah ke Seoul dan memulai hidup baru. Setelah itu ia masuk ke sekolah yang sama denganku dan karena itulah dia hanya dekat denganku karena aku satu-satunya orang yang dia kenal. Tapi sekarang ia sudah mengenal ketiga sahabatku sehingga ia tidak kesepian lagi.”

Seoyeon mengusap air matanya dengan sebelah tangannya. Sementara aku ? Aku masih terpaku dengan penjelasan Seoyeon barusan. Apa yang telah aku perbuat ? Marah padanya tanpa bukti yang jelas, mengintrogasinya seperti penjahat dan membuatnya menangis seperti ini. Tuhan, bagaimana bisa aku gelap mata seperti ini ? Aku marah, tapi marah pada siapa ? Pada Seoyeon yang sekarang jauh dariku atau pada diriku sendiri yang sudah membiarkan Seoyeon jauh dariku ? Aku melemahkan rentangan tangaku dan memperhatikannya terisak.
“Apa itu yang sebenarnya ?” tanyaku dengan suara lemah
“Ne… Jjinja… jeongmal mianhae kalau aku membuatmu salah paham seperti ini.”

Kenapa dia yang meminta maaf padaku ? Harusnya aku yang minta maaf padanya atas semua yang kulakukan padanya ! Ia menutupi wajahnya, tidak ingin aku melihat air matanya. Namun aku memegang kedua tangannya dan menjauhkannya dari wajahnya. Daripada menyeka air mata pada wajahnya, aku lebih memilih untuk memeluknya.
“Mianhae… Jeongmal mianhae… harusnya aku yang meminta maaf, bukan kau… Mianhae, Seoyeon…” kataku lirih sambil membelai lembut kepalanya

Beberapa saat dia tidak menjawab apapun yang kukatakan padanya. Dia terus mengeluarkan air matanya dan aku tidak tahu harus berbuat apa lagi selain mendekapnya seperti ini. Aku telah menyakitinya lebih dari yang kubayangkan. Perasaan marahku sekarang jelas tertuju pada diriku sendiri. Aku mengutuk diriku yang sudah membuatnya seperti ini. Tuhan, maafkan aku sudah bersikap jahat kepadanya.
“Seoyeon-ah ?” panggilku
Dia tidak menjawabku dan tetap menangis
Aku melepaskannya dari pelukanku, “Seoyeon-ah, jawab aku.” Kataku sambil mensejajarkan tinggi kepalaku dengan kepalanya
“Ne…” akhirnya ia mengeluarkan suaranya
“Mianhae untuk semuanya… Boleh… boleh aku jujur padamu ?”
“Ne…” jawabnya sambil mengangguk
Aku memegang kepalanya dengan kedua tanganku, memaksanya untuk menatap mataku, “Sejujurnya aku sayang padamu.”
Seoyeon menghentikan tangisannya, ia menatap lekat-lekat mataku, “Mwo ?”
“Aku suka kamu. Aku sayang kamu dan aku ingin melindungimu. Aku sudah memintamu pada oppa-mu dan dia setuju. Sekarang giliranku untuk memintamu secara langsung. Maukah… maukah kau menjadi yeoja chingu-ku ? Yang bisa mendampingiku dan aku lindungi ?”
“Oppa… apa ini sungguhan ?”
“Ini sungguhan…” kataku sambil tersenyum padanya
“Aku ingin dengar perasaanmu padaku, boleh ?” tanyaku
Ia mengangguk, “Aku juga sebenarnya suka padamu, Oppa. Tapi aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya. Lalu beberapa waktu ini, aku melihatmu dan menyadari betapa kau jauh dariku. Aku takut kau membenciku makanya aku lebih memilih untuk diam di depanmu.”
“Mianhae…” suaraku kembali lirih, “Sekarang kita sama-sama tahu perasaan masing-masing. Apa kau… apa kau mau menerimaku ?” tanyaku ragu-ragu

Seoyeon diam sebentar, tetapi kemudian ia mengangguk dan tersenyum padaku. Aku takjub melihatnya, seolah melihat pelangi setelah badai yang sudah lama melanda. Aku spontan memeluknya lagi.
“Gomawo, Seoyeon. Gomawo…jeongmal gomawo… aku janji, aku akan menyayangimu, melindungimu dan menemanimu mulai sekarang dan seterusnya…”

Hari itu, saat aku mengucapkan janji itu, segalanya dimulai. Kehidupanku yang baru, hari-hariku yang menyenangkan dan penuh kenangan bersamanya. Kehidupan bahagia yang berlangsung sampai hal buruk itu terjadi…






***

fanfic ini masih akan berlanjut ^^
tunggu chapter berikutnya. kamsahamnida :)

2 komentar:

Ni Wayan mengatakan...

mengerling cikiciw :3 akhirnya keluar juga Donghaenya...

Adhita Putri mengatakan...

pasti lo antisipasi donghae ya ? haha
ada kooook tenang aja :D
ada apa dengan mengerling ? kau suka kata itu ? bagaimana dengan geurigo ? wkwk

Posting Komentar