Sabtu, 21 Januari 2012

WITH YOU chapter three


Cast     : Lee Sungmin, Park Seoyeon, Cho Kyuhyun, Park Jungsoo and others

follow me on @adhweet ^^
please leave your comment after reading my fanfics, kamsahamnida

Hello, this is fanfiction about our pink prince Sungmin :)




Sungmin's POV

Tiga tahun kemudian...

Tidak terasa sudah tiga tahun berlalu sejak aku dan Seoyeon membuat janji untuk selalu bersama. Kami masih dengan status pacaran kami. Aku yang sekarang sudah berumur 21 tahun dan Seoyeon yang dua tahun lebih muda dariku. Kami berdua menikmati hari-hari indah kami sebagai sepasang kekasih. Walaupun terkadang kami bertengkar, tapi kami tidak pernah bertengkar hebat seperti sesaat sebelum kami resmi pacaran. Mungkin itu karena aku mengerti keadaannya dan begitu juga sebaliknya. Aku sudah mengenalkannya pada appa, eomma dan dongsaeng-ku Sungjin. Aku bersyukur karena mereka semua menerima Seoyeon dan menyukai kesederhanaanya.
Suatu hari, eomma pernah mengobrol denganku.
"Lee Sungmin anakku... Kau sudah semakin dewasa sekarang. Seiring dengan pendewasaanmu, apa kau sudah menetapkan pendamping yang tepat untukmu ?" Kata eomma-ku
"Ne, Eomma. Hanya dia yang aku inginkan." Aku menjawab dengan segenap hatiku
"Arasseo..." Kata eomma sambil memelukku dan mengusap kepalaku, sudah lama sekali sejak beliau terakhir memelukku seperti ini, "Eomma percaya padamu, Eomma percaya kau bisa memilih yang terbaik untukmu sendiri. Jaga dia baik-baik, jangan pernah kau lepaskan atau kau akan menyesal seumur hidupmu."

Itulah pesan eomma yang sangat aku ingat sampai sekarang. Aku tahu usiaku masih sangat muda dan Seoyeon bahkan belum menginjak usia 20-nya, tapi eomma sudah memberiku nasihat tersebut. Saat ini aku dan Seoyeon sama-sama berstatus mahasiswa, namun kami berkuliah di tempat berbeda. Walaupun berbeda tempat, aku masih menyempatkan diriku untuk mengantar-jemput Seoyeon meskipun yeoja itu sudah menolak berkali-kali. Biarkan saja, apa salahnya menjemput yeojachingu-ku sendiri ? ^^
"Oppa, kau 'kan sibuk apalagi sekarang kau sedang mempersiapkan kelulusanmu, kenapa kau masih saja mengantar-jemput aku ? Aku mampu pulang dan pergi sendirian kok."
"Apa aku salah kalau hanya ingin punya waktu berdua saja dengan yeojachingu-ku ?" Kataku sambil tersenyum, biasanya senyumanku bisa melelehkannya
"Arasseo, aku tidak bisa menolakmu lagi. Tapi kau harus berjanji untuk memikirkan pendidikanmu yang hampir selesai, ne ?"
"Memang tidak boleh kalau aku memikirkanmu juga ? Aku ingin memikirkanmu dan juga pendidikanku, percuma kan aku menyelesaikan pendidikan dan bekerja tapi aku tidak memilikimu di sampingku." Aku tersenyum lagi padanya
Wajahnya sekarang merah padam, "tapi kan sekolah lebih penting."
"Keduanya penting." Ucapku riang

Begitulah caraku merayu Seoyeon kalau dia sudah membicarakan masalah pendidikan. Walau begitu, bagaimanapun juga aku berterima kasih padanya yang selalu memotivasiku sehingga aku bisa meraih nilai-nilai terbaikku. Jujur saja dia itu bawel sekali kalau sudah menyangkut masalah ini, tapi aku bersyukur karena itu menunjukkan bahwa dia peduli.
Hanya saja, sampai saat ini aku belum pernah memiliki kesempatan untuk bertemu dengan ahjumma-nya Seoyeon. Beliau adalah seseorang yang sangat bekerja keras dan sibuk, begitulah kata Seoyeon. Terkadang aku bertanya pada diriku sendiri, apakah ahjumma Seoyeon mengetahui hubungan kami ? Aku telah memacarinya selama tiga tahun tapi aku tidak tahu apakah hubungan kami direstui oleh ahjumma-nya atau tidak. Kalau dari pihak keluargaku sih, mereka semua sudah menyetujuinya. Setiap hari aku mengantar jemput Seoyeon namun belum pernah aku melihat batang hidung ahjumma-nya sekalipun. Sampai suatu hari, aku mendapatkan kesempatan itu…

***

Malam itu, aku mengantar Seoyeon seperti biasa. Seoyeon terlihat sangat pucat malam itu, mungkin karena efek mengerjakan tugas kuliahnya sampai pagi lalu ia harus kuliah hanya beberapa jam setelahnya. Aku tahu hal ini karena aku yang menemaninya. Aku menelponnya dan menemaninya sampai tugasnya selesai, aku sendiri yang memintanya agar telponnya tidak diputus. Sesekali aku memarahinya, wajar saja aku kan khawatir terhadap kesehatannya. Sekarang kekhawatiranku benar-benar menjadi nyata, dia sakit. Di mobil dia hanya memejamkan matanya sambil menyenderkan kepalanya. Sepanjang jalan aku tidak mengajaknya mengobrol, karena aku menginginkan Seoyeon untuk istirahat. Setelah perjalanan yang cukup lama dari kampus ke rumahnya, akhirnya kami sampai.
“Seoyeon-ah… ireona…” kataku lembut sambil membangunkannya
“...ne…” Seoyeon membalas suara yang terdengar seperti suara rintihan
“Gwenchana ? Aigoo tubuhmu panas sekali, Seoyeon-ah !” kataku sambil memegang dahi Seoyeon, “Jamkanman !” aku langsung keluar mobil lalu membuka pintu yang ada di sebelahnya
“Kepalaku berat sekali, Oppa…” ia kembali merintih
“Sini biar aku gendong kau ke dalam.” Aku meraih tubuhnya
“Andwae ! Oppa… aku bisa berjalan… bantu aku berjalan saja…”
“Ne…”

Aku membantunya keluar dari mobil lalu memapahnya sampai ke depan pintu rumahnya. Jujur saja ini pertama kalinya aku melihat kondisi Seoyeon yang separah ini. Saat aku memapahnya, Seoyeon sama sekali tidak berjalan sehingga bisa dikatakan aku ‘membawanya’ ke depan pintu. Ia membuka matanya dan menemukan rumahnya memancarkan sinar lampu.
“Ahjumma ?” gumamnya pelan
“Nugu ? Apa ahjumma-mu sudah pulang ?” tanyaku
“Aku tidak yakin… tapi… sepertinya sudah.”
“Itu bagus !”

Sampai di depan pintu, aku mengetuk pintunya. Hanya dalam beberapa detik, pintu terbuka dan keluarlah seorang yeoja yang sudah cukup berumur. Jadi beliau ahjumma-nya Seoyeon.
“Annyeong haseyo.” Sapaku terlebih dahulu
“OMONA !! Seoyeon-ah ! Gwenchana ???” pekiknya saat melihat Seoyeon yang lemah ada dipelukanku sekarang
“Ahjumma ? Sudah pulang ?” kata Seoyeon mengangkat kepalanya dari dadaku dan menatap ahjumma-nya
“Ayo cepat masuk !” kata ahjumma Seoyeon sambil memberikan jalan untuk kami

Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung masuk dan membawa Seoyeon ke kamarnya dengan bimbingan ahjumma Seoyeon. Ahjumma Seoyeon berhenti di pintu kamarnya sementara aku membaringkan Seoyeon di tempat tidurnya dan menyelimutinya. Oh Tuhan, aku harap tidak ada hal buruk yang menimpanya. Setelah kulihat Seoyeon mulai terlelap, aku menghadapkan diriku ke ahjumma-nya Seoyeon. Ahjumma Seoyeon mengisyaratkanku untuk mengikutinya ke ruang tengah dan akupun menurut. Sampai di ruang tengah, beliau mempersilakanku untuk duduk. Dari wajahnya, aku tahu ia punya banyak pertanyaan dan ingin bicara serius denganku.
“Annyeong haseyo…” sapaku sebelum aku duduk di sofa
“Ne. Annyeong haseyo. Duduklah.” Katanya
“Sebelumnya aku ucapkan terima kasih banyak telah mengantar Seoyeon pulang ke rumah. Tapi kalau aku boleh tahu, kamu siapanya Seoyeon ?” tanyanya membuka pembicaraan
“Ah cwesonghamnida. Aku teman dekatnya Seoyeon.” Kataku berbohong, aku hanya ingin Seoyeon sendiri yang menjelaskan hubungan kami berdua pada ahjumma-nya
“Namamu ?”
“Lee Sungmin imnida.” Jawabku sambil menundukkan kepalaku
“Lee… siapa katamu ?” tanyanya lagi namun dengan ekspresi yang berbeda
“Lee Sungmin…” jawabku ragu-ragu
“Apakah kau anak dari Lee Chunhwa ?”
“Ne… ah bagaimana Anda bisa kenal appa-ku ?"
"Jadi benar kau anak dari namja tak tahu diri itu ?" Tanyanya dengan suara tinggi
"Mw-mwo ? Ah cwesonghamnida, apa yang Anda katakan ?" Aku terkejut mendengar perkataannya
"Sebaiknya kau angkat kaki dari sini ! Aku tidak ingin mendengar namanya bahkan membiarkan anak dari namja itu ada dirumahku !!!" Bentaknya padaku
"W-wae ??! Apa salahku ?" Protesku
"Aku sangat berterima kasih kau mau mengantar pulang Seoyeon tapi sebaiknya sekarang juga kau pergi dari sini sebelum aku mengusirmu lebih kasar dari ini ! Salahmu ? Tanyakan pada appa-mu !"
"Appa tidak punya banyak waktu di rumah. Saya harap Anda bisa mengatakan maksud Anda. Saya janji akan segera pergi setelah Anda cerita pada saya." Ujarku dengan menekan segala emosi
"Apakah kau tahu ? Appa-mu itu berpacaran dengan adikku dan pernah menjanjikan untuk menikahinya, namun tiba-tiba ia pergi begitu saja. Dua tahun setelahnya, aku dan adikku bertemu lagi dengan namja itu lengkap dengan istri dan seorang bayi yang masih sangat kecil di gendongannya. Aku berani bertaruh bayi itu adalah kau. Dan aku sangat bersyukur saat itu adikku sudah menemukan namja lain yang lebih bisa menjaga ucapannya dibanding appa-mu itu ! Tahukah kau siapa adikku ? Dia adalah eomma-nya Seoyeon !!!"

Aku terhenyak mendengarnya. Appa dengan eomma-nya Seoyeon dan Teukie-hyung ? Mereka pernah berpacaran sebelumnya ? Dan apa itu dengan pernikahan ? Mereka hampir menikah dan... Akh aku tidak mengerti semua ini !!! Saat ini aku berdiri mematung di hadapan ahjumma-nya Seoyeon, seperti orang bodoh dan mencoba mencerna setiap kata yang kudengar barusan.
"Sekarang tepati janjimu !!!" Seru ahjumma Seoyeon padaku yang membuatku kaget
"Jamkanman ! Aku masih tidak mengerti !"
"Baiklah aku akan membuatnya lebih sederhana. Singkatnya appa-mu adalah satu-satunya namja yang telah membuat adikku menderita ! Beruntung eomma-ku menikahkannya dengan namja lain dan berbahagia dengannya. Beliau memiliki dua anak, Jungsoo dan Seoyeon. Sekarang aku tidak ingin lagi berurusan dengan keluargamu. Lebih baik kau pergi dan jangan pernah kembali kesini apalagi dekat dengan keponakanku !"
"Ah...jumma ?" Seoyeon keluar dari kamarnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya
"Seoyeon-ah !!!" Seruku sambil berlari menghampiri Seoyeon yang berdiri sempoyongan
"Kenapa kau keluar ?! Sana kau masuk saja dan istirahat di dalam."
"Aku... apa benar semua yang Ahjumma katakan barusan ?" Tanya Seoyeon dengan suara yang sangat lemah
Ahjumma Seoyeon menunduk lama lalu mengangkat kepalanya dan menghadap Seoyeon, "ne..." Jawabnya singkat
"Seoyeon-ah, kau lebih baik masuk ke dalam." Bujukku pada Seoyeon
"Shiroh. Aku… aku mau mendengar semuanya.” Katanya menolak
“Kondisimu lemah saat ini.” Aku menyentuh dahi dan pipinya sekali lagi, “Seoyeon-ah suhu tubuhmu lebih tinggi dari sebelumnya ! Kaja.” Aku menarik tangan Seoyeon dan ingin sekali aku membawanya ke kamarnya
“Shiroh !!!” kata Seoyeon menepis tanganku
“Ya ! Sebenarnya apa hubungan kalian berdua ? Mengapa namja itu memanggilmu seperti itu ?” tanya ahjumma Seoyeon
Seoyeon memandangku, menatap lekat mataku lalu memalingkan wajahnya, “Dia… namjachingu-ku…”
“MWO ?!! Namjachingu apanya ?! Seoyeon-ah, aku jelas menolak mentah-mentah hubungan kalian !  Ya, Park Seoyeon kemarilah. Tinggalkan namja itu.” Ahjumma Seoyeon merentangkan kedua tangannya, berharap Seoyeon datang ke dalam pelukannya
“Ahjumma… aku… aku tidak bisa…”
“PARK SEOYEON !!!” bentak ahjumma membuatku dan Seoyeon sama-sama kaget

Detik kemudian Seoyeon kolaps dalam pelukanku. Aku bingung setengah mati dan aku menepuk-nepuk pipinya, berharap ia akan sadar. Namun percuma, suhu tubuh Seoyeon jauh lebih meningkat dari saat dia di mobil dan ia tidak sadarkan diri. Aku buru-buru menggendong Seoyeon dan beranjak ke mobilku. Namun saat aku di pintu, ahjumma Seoyeon mencegahku.
“Turunkan dia !” perintahnya sambil menarik lengan Seoyeon
“Shiroh !” aku tetap mempertahankan Seoyeon di tanganku
“Kubilang turunkan ! Aku tidak sudi keponakanku disentuh oleh anak dari namja itu !” serunya lagi, kali ini ia menarik Seoyeon lebih kuat
“Apa Anda bisa mengesampingkan hal ini dulu ?! Seoyeon pingsan dan saat ini prioritas utama adalah kesehatannya ! Tolong beri aku jalan ! Aku akan membawanya ke Rumah Sakit.”

Ahjumma Seoyeon terdiam tapi tidak lama kemudian ia menatap sedih wajah keponakannya yang ada di dadaku. Aku tidak cukup sabar lagi untuk menunggu ahjumma itu selesai menatap Seoyeon sehingga aku langsung berlari ke mobilku dan meninggalkan ahjumma yang masih terdiam di rumahnya.

***

Esoknya jam 9 pagi…

Aku menunggui Seoyeon yang sejak semalam masih belum membuka matanya. Aku khawatir sekali namun kata Dokter yang merawatnya ia tidak mengalami penyakit serius. Hanya saja fisiknya sangat lemah dan rentan sehingga aku diminta untuk tidak terlalu membuat Seoyeon berpikir terlalu keras dan membuatnya kelelahan. Sedikit lega aku mendengarnya tetapi tetap saja aku mencemaskannya. Ahjumma-nya belum datang untuk menjenguk dan menungguinya. Aku terbangun dari tidur singkatku karena jujur saja aku lelah sekali. Beberapa saat setelah aku membuka mataku, Teukie-hyung masuk ke tempat kami berada. Semalam aku menelpon Teukie-hyung dan memberitahukan keadaan Seoyeon dan beliau langsung pergi ke Seoul.
“Sungmin-ah… bagaimana dengan Seoyeon ?” tanyanya sambil menghampiriku
“Dokter tidak menemukan penyakit serius dalam tubuhnya, ia hanya kelelahan dan terlalu banyak pikiran.” Jawabku dengan suara lemah
“Aigoo syukurlah… apa dia belum sadar dari semalam ?”
“Ne…”
“Sungmin-ah… aku sudah dengar dari ahjumma tentang appamu… aku tidak tahu harus berkata apa tentang hal itu.”
“Aku sendiri bingung, Hyung. Aku harus segera mengkonfirmasi masalah ini pada appa.” Jawabku menunduk
“Kalau begitu segeralah. Kau boleh pulang sekarang, aku yang akan menjaga Seoyeon. Kamsahamnida kau telah menjaga Seoyeon-ku.”
“Arasseo. Aku pulang sekarang, Hyung. Aku janji aku akan segera memberi tahumu.”

Aku mengambil tasku yang ada di sudut ruangan lalu aku menatap wajah Seoyeon untuk yang terakhir. ‘Aku segera kembali, Seoyeon-ah…’ bisikku dalam hati. Aku berbalik dan membuka pintu.
“Sungmin…” panggil Leeteuk
“Ne, Hyung ?”
“Aku percaya padamu. Jangan kau lupakan itu.”
“Ne. Kamsahamnida, Hyung. Aku pergi.”

Aku menutup pintu dan berjalan menuju mobilku. Tujuanku saat ini adalah kantor appa-ku…

***

“Mworago ?” tanya seorang namja berusia 50 tahun-an yang merupakan appa-ku
“Aku tanya apakah Appa kenal dengan Lee Seunghyun ?” tayaku pada appa, Lee Seunghyun adalah nama eomma-nya Seoyeon, aku ingat karena aku pernah menanyakannya pada Seyeon dulu
“Darimana…  darimana kau tahu nama yeoja itu ?” tanya appa dengan nada gugup
“Jawab aku, Appa. Jebal…”
“Appa… Appa kenal yeoja itu. Seorang yeoja yang selalu sok tegar dalam segala hal. Yeoja itu… yeoja itu dulu punya kenangan bersama Appa.”
“Kenangan macam apa ?”
“Kalau Appa boleh jujur padamu, anakku, Seunghyun adalah yeoja yang sangat Appa cintai. Appa mencintainya lebih dari Appa mencintai diri Appa sendiri. Appa dulu mengajaknya menikah, namun hubungan kami ditentang oleh keluarga kami berdua. Itu berat… sungguh menyakitkan. Appa terpaksa meninggalkannya dan menikahi eomma-mu. Tidak pernah Appa sangka Appa bertemu dengannya lagi, namun kali ini berbeda. Ia bersama dengan seorang namja dan eonnie-nya, dan Seunghyun menggendong seorang balita laki-laki. Dia telah menikah, sama sepertiku dan bahkan anaknya sudah lebih besar dari kau yang baru lahir. Dan dia telah memiliki kehidupan bahagianya sendiri.”

Aku hanya diam mendengarkan cerita appa. Semua yang dikatakan ahjumma Seoyeon ternyata benar. Aku menunduk sedih dan mau tidak mau aku merasa bersalah. Aku mencintai anak perempuan dari yeoja yang pernah menjadi tambatan hati appa-ku. Apa yang harus kulakukan setelah ini ? Setelah aku mendengar pengakuan yang akan membuatku semakin ditolak oleh ahjumma-nya Seoyeon ?
“Giliran Appa yang bertanya padamu. Darimana kau tahu Seunghyun ?”
“Appa… apakah Appa tahu bahwa Seoyeon… Seoyeon adalah anak kandung dari Lee Seunghyun ?” tanyaku dengan nada takut-takut
Appa menghela napas lalu tersenyum padaku, “Appa tahu.”
Aku mendongak dan menatap appa, “Mwo ?”
“Appa tahu dari awal. Sudah terlihat sangat jelas dari awal. Wajah dan fisik Seoyeon sama persis dengan Seunghyun. Saat kau mengenalkannya pada Appa, Appa pernah menanyakan eomma-nya yang ternyata Seunghyun.”
“Wae ? Kenapa Appa tidak memberitahuku sebelumnya ?”
“Sungmin anakku, aku tidak ingin menjadi penghalang cinta kalian berdua. Appa tidak ingin masa lalu Appa menjadi sebuah hambatan untuk mempersatukan kalian. Pertama kali Appa bertemu dengannya, Appa mengetahui betapa ia menyukaimu dan menyayangimu. Yeoja itu kelak akan menjadi pendamping yang sempurna untukmu, untuk anakku Lee Sungmin. Jangan sampai kau lepaskan dia atau kau akan menyesal seperti Appa.” Appa tersenyum tulus padaku
“Appa… aku… apakah aku boleh menikahi yeoja ini suatu saat nanti ?”
“Dengan syarat…” jawab Appa cepat
“Mw-mwo ? Apa syaratnya, Appa ? Aku akan menyanggupinya…”
“Aku tidak akan memintamu untuk menjaganya, karena Appa tahu kau akan melakukannya tanpa Appa minta. Yang menjadi syaratku adalah, kau harus menjadi orang yang sukses terlebih dahulu. Setelah kau berhasil, baru kau boleh menikahinya. Kau tentu tidak ingin kalian berdua hidup susah, bukan ?” Appa tersenyum menggoda padaku
“Appa ini…” mau tidak mau aku tersenyum malu padanya
“Sungmin-ah, meskipun kau memiliki sejuta penghalang di depanmu, hadapi dan taklukkan mereka dengan segala cara. Nah, Appa harus kembali bekerja sekarang. Lee Sungmin, Appa percaya padamu.”

Appa menepuk pundakku dua kali lalu berbalik meninggalkanku. Senyum lega tergambar di wajahku. Appa, kamsahamnida…

***

Malamnya aku kembali ke Rumah Sakit. Seoyeon tampak sedang tidur. Aku menemui Teukie-hyung dan menjelaskan segalanya termasuk tekadku untuk selalu menjaga Seoyeon. Aku tidak tahu apa yang akan dikatakan Teukie-hyung setelah aku selesai menceritakan hal ini. Tapi aku tetap akan mempertahankan hubunganku dengan Seoyeon apapun yang akan terjadi. Setelah aku selesai, sebuah senyuman merekah di bibir Teukie-hyung.
“Sudah kubilang aku percaya padamu kan, Sungmin ?” ucapnya
“Hyung ?” aku mengerjapkan mataku cepat dan menatapnya
“Janjimu padaku untuk menjaganya masih kupegang erat-erat. Sungmin-ah, aku akan membantumu untuk meyakinkan ahjumma-ku. Kau tenang saja. Kau, aku dan dongsaengku ini akan mempertahankan hubungan kalian. Arasseo ?”
“Ne, Hyung. Kamsahamnida. Jeongmal…”

Aku memeluk Teukie-hyung. Tidak lama aku melepaskannya dan beranjak ke samping Seoyeon. Menatap wajahnya yang sangat kukagumi lalu mengecup keningnya dengan tulus.
“Ya ya, kau menciumnya di depan oppa-nya.” Ledek Teukie-hyung
“Memang tidak boleh ?” kataku sambil tersenyum
“Apa yang kau lakukan pada keponakanku, hah ?” seseorang dari pintu kamar
“Ahjumma…” Teukie-hyung berdiri dan menatap ahjumma-nya
“Annyeong haseyo…” sapaku sambil membungkuk
“Jungsoo, jelaskan padaku mengapa namja ini ada disini ?” katanya sambil berjalan mendekati kami berdua
“Sungmin-ssi, lebih baik sekarang kau pulang.” Kata Teukie-hyung padaku
“Ah ? Ne… Kalau begitu aku permisi.” Aku membungkuk lalu pergi dari kamar itu

Aku menutup pintu kamar itu dan berdiri di depannya. Alasanku menuruti Teukie-hyung untuk pergi adalah karena hyung berkata dengan tatapan yang sangat serius. Aku tahu Teukie-hyung pasti lebih tahu apa yang sebaiknya ia lakukan dan keberadaanku disitu pasti akan membuat suasana menjadi buruk. Suasana itu tidak baik bagi penyembuhan Seoyeon. Aku menghela napas sejenak lalu beranjak dari Rumah Sakit dan pulang ke rumahku.

***

Esoknya aku kembali lagi ke Rumah Sakit. Aku mengintip dan ternyata disana ada ahjumma-nya dan Teukie-hyung yang sedang menyuapi Seoyeon. Aku tersenyum bahagia melihat Seoyeon yang sudah sadar sekarang. Aku memberanikan diriku untuk masuk ke dalam ruangan itu. Ahjumma menatapku tajam sementara Teukie-hyung dan Seoyeon menyambutku dengan senyuman. Tuhan terima kasih aku bisa melihat Seoyeon tersenyum lagi.
“Annyeong haseyo…” sapaku dengan senyuman
“Oppa…” panggil Seoyeon
“Kalau begitu aku kembali ke kantor. Ada pekerjaan yang masih harus aku selesaikan.” Kata ahjumma Seoyeon

Ahjumma berjalan meninggalkan kamar inap Seoyeon sambil menatapku. Aku tahu tatapan itu adalah tatapan tidak suka. Setelah ahjumma pergi, aku berjalan ke samping ranjang Seoyeon.
“Sepertinya aku keluar dulu. Sungmin-ah, aku titip dia dulu.” Teukie-hyung berdiri dan keluar dari kamar tersebut, meninggalkan aku berdua dengan Seoyeon
“Oppa…” panggil Seoyeon lagi, kali ini ia seperti ingin menangis
“Bogoshippo…” kataku sambil tersenyum
“Sungmin-oppa… mianhae… mianhae sudah membuatmu khawatir.” Kata Seoyeon sambil meraih tanganku dan menunduk
“Gwenchaneyo, Seoyeon… Aku senang kau sudah sadar sekarang.” Ucapku sambil mengusap kepala Seoyeon
“Mianhae… jeongmal mianhae…” Seoyeon menangis sekarang
“Ya ya, jangan menangis !”
“Aku merasa sangat merepotkanmu…”
“Aku sudah bilang tidak apa-apa kan ? Aigoo jangan menangis lagi…”
“Oppa… aku… sudah dengar cerita dari Junsgoo-oppa. Aku bingung apa yang harus aku lakukan tapi Jungsoo-oppa menyuruhku untuk tidak meragukan perasaanmu padaku. Jujur aku ingin seperti itu tapi aku takut."
"Kenapa kamu takut ? Aku tidak akan meninggalkanmu seperti yang appa-ku lakukan. Aku tidak akan mengulangi kesalahan appa-ku. Dan lagi aku tidak akan pernah melepaskanmu, aku mencintaimu jadi aku tidak mau kehilanganmu. Aku mohon kamu jangan meragukan perasaanku padamu."
"Ne..." Seoyeon mengangguk, "mianhae, Sungmin..."
"Saat ini aku sangat memerlukan dukunganmu, aku membutuhkannya untuk meyakinkan ahjumma-mu. Aku ingin beliau menerima hubungan kita berdua. Tentu kamu ingin aku diterima oleh ahjumma-mu kan ?"
"Ne..." Kata Seoyeon mengangguk lagi tetapi sekarang dengan senyuman

***

Tiga hari setelahnya aku datang lagi kerumah ahjumma itu. Seoyeon sudah pulang dari rumah sakit saat itu jadi itung-itung aku menjenguknya sekaligus melaksanakan rencanaku dan Teukie-hyung. Hari ini, aku akan bicara serius dengan ahjumma-nya. Namun naas, aku ditolak mentah-mentah oleh ahjumma itu.
"Kau berani kesini lagi ?! Punya nyali juga kau !” seru ahjumma Seoyeon
“Ahjumma… aku kesini ingin serius bicara denganmu..” kataku
“Kau panggil aku apa ?!”
“Ah, Sungmin-ssi ! Masuklah !” seru Teukie-hyung padaku
“Kau pikir ini rumah siapa, Jungsoo ?”
“Cwesonghamnida, Ahjumma. Tapiada yang harus kukatakan juga padamu. Aku dan Sungmin.”
“Baiklah, masuk.”

Aku masuk ke dalam rumahnya. Baru kali ini aku memperhatikan desain rumah ini yang ternyata indah sekali. Maklum, ahjumma-nya Seoyeon bekerja pada salah satu perusahaan interior. Aku duduk bersebelahan dengan Teukie-hyung dan ahjumma ada di hadapan kami.
“Jadi apa yang mau kalian katakan ?” tanya ahjumma
“Ahjumma aku… aku ingin kau merestui hubungan dongsaeng-ku dan Sungmin…”
“Park Jungsoo, aku tanya pada namja ini.”
“Ahjumma aku… aku ingin memohon padamu untuk merestui hubungan kami.”
“Apa yang bisa kau janjikan untuk keponakanku ? Kau masih seorang mahasiswa bukan ?” kata ahjumma sinis
“Mianhae, mungkin aku memang masih mahasiswa tapi kelak aku akan menjadikan diriku seorang yang sukses dan membuat Seoyeon hidup bahagia denganku.”
“Hah, kau bermimpi !!”
“Anhi. Aku serius.”
“Jungsoo, bagaimana bisa kau merestui namja ini menjadi namjachingu dongsaeng-mu hah ? Pada namja yang merupakan anak dari seorang namja yang sudah menyakiti eomma-mu ?”
“Ahjumma. Aku mohon jangan kau ungkit masa lalu eomma. Aku tidak mempermasalahkan latar belakang Sungmin. Sungmin adalah namja yang sangat kukenal. Dan diantara semua namja yang dikenal olehku dan Seoyeon, aku tau hanya Sungmin yang kelak bisa menjadi pasangan hidup Seoyeon. Ahjumma percayalah…”
“Tidak semudah itu, hai Park Jungsoo. Mungkin kalau kita menghapus latar belakangnya, apakah ada jaminan bahwa dia akan selalu menjaganya ? Jangan-jangan nanti dia akan meninggalkan Seoyeon.”
“Aku tidak akan seperti itu, Ahjumma. Aku mencintainya, lebih dari aku mencintai diriku sendiri. Dan aku tidak akan pernah melakukan kesalahan yang sama dengan appa-ku. Jebal… Kumohon mengertilah perasaan kami berdua.”

Lama sekali aku, Teukie-hyung dan ahjumma-nya Seoyeon berdebat. Ahjumma masih saja keras hatinya. Namun dengan kata-kata yang dikeluarkan oleh Teukie-hyung dan segala keseriusan komitmenku pada Seoyeon, akhirnya hati ahjumma melunak.
“Apa kau bisa menjaga kata-katamu ?” tanya ahjumma
“Sampai mati akan kujaga kata-kataku.” Kataku sungguh-sungguh
“Aku tidak bisa lagi menolakmu…”
“Jeongmalyo ?! Kamsahamnida, Ahjumma !” seru Teukie-hyung senang
“Ne… Jaga keponakanku, aku menitipkannya padamu selagi aku dan Jungsoo tidak ada di sisinya.”
“Ne, Ahjumma. Kmsahamnida !” kataku riang
“Kalau begitu aku permisi dulu.” Kataku lagi

Aku beranjak dari rumah Seoyeon menuju kampusnya. Kulihat jam tangan, kelasnya akan selesai setengah jam lagi. Waktu yang sangat cukup untuk menempuh perjalanan menuju kampusnya. Aku sampai di depan kampusnya dan mengirim sms pada Seoyeon bahwa aku sudah sampai di depan gedung fakultasnya. Tidak lama kemudian, dia keluar dan langsung berlari ke arahku.
“Ya, jangan lari ! Kau mau sakit lagi ?” omelku
“Sungmin-oppa ? Kenapa bisa ada disini ?” tanyanya
“Kenapa ? Nggak boleh ?” tanyaku balik sambil senyum nakal
“Ahjumma…” dia tidak meneruskan kata-katanya tapi aku mengerti arah pembicaraannya
“Kita… Kita direstui.” Ucapku pelan
“Mwo ? Kau bilang apa, Oppa ?”
“Hubungan kau dan aku, direstui.” Kataku jelas sambil senyum
“Jinjja ??! Aaaaaaaaahh…..” Seoyeon langsung memelukku
Memeluknya balik, “Seoyeon, saranghae…”
Seoyeon melepaskan pelukannya dan menatapku, lalu kembali memelukku, “Nado…”

***

Sepuluh tahun kemudian…

“Yeobo, ireona…” kata seorang yeoja membangunkanku
“Aku masih ngantuk, Yeobo…” kataku
“Ayolaah ini sudah terlambat, nanti Seungyeon bisa terlambat masuk sekolah.”

Aku langsung bangun dari tempat tidurku. YA TUHAN !!! 20 menit lagi Seungyeon masuk sekolah ! Aku bangkit dan mencium kening istriku lalu berlari ke kamar mandi. Bagaimana bisa aku terlambat bangun seperti ini ? Tidak lama kemudian, aku menuju ke ruang makan dan menemui Seungyeon, anak perempuanku yang berumur tujuh tahun. Istriku, Park Seoyeon muncul dari dapur membawa makanan yang baru ia buat. Aku langsung menyambar roti dan melahapnya sambil memakai sepatu.
“Seungyeon-ah, mianhae.. Appa terlambat bangun.” Kataku
“Gwenchaneyo, Appa…”

Pintu kamar Seungyeon terbuka, dan keluarlah seorang anak laki-laki berusia lima tahun yang tidak lain adalah Seungri, anak keduaku.
“Aah Seungri, sudah bangun. Appa pergi dulu yaa, nanti kita bermain, arachi ?” aku mengecup kedua pipi anak laki-lakiku itu

Seungri mengangguk. Aku lalu mengambil kunci mobil dan menghampiri Seoyeon yang membawa mantelku. Ia memakaikan mantelku.
“Diluar dingin, pakai ini.” Katanya
“Ne… aku pergi dulu ya, Yeobo.”
“Eomma aku pergi dulu.”

Aku mencium cepat keningnya lagi lalu kemudian beranjak meninggalkan rumah menuju sekolah Seungyeon. Inilah kehidupanku, aku bersama Seoyeon dan kedua anakku. Kami hidup bahagia bersama. Aku sudah cerita kalau aku tangan kanan appa-ku di perusahaan ? Kalau begitu aku ceritakan, aku memegang beberapa kantor cabang milik appa. Bisa dibilang aku menjadi orang sukses sekarang. Tapi kesuksesanku tidak akan berarti kalau aku tidak mendapatkan Seoyeon sebagai pendamping hidupku. Ini mungkin hanya cerita sederhanaku. Tapi lewat cerita ini, aku hanya mengharapkan kalian bisa bahagia dengan hidup dan keputusan kalian sendiri...

END

2 komentar:

Ni Wayan mengatakan...

anaknya 3 O.o seungyeon seunghyun dan seungri?? Sungmin appa keren! Ohoho ._.b

Adhita Putri mengatakan...

anaknya duaaa. mian saya typo ahahahaha

Posting Komentar