Senin, 23 Februari 2015

ELF4 DIARIES part fifteen

Haaaaaaaaaiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
Serius lama banget udah nggak post.
Akhirnya sekarang keingetan lagi sama ff ini dan bertekad mau menyelesaikannya. (MWAHAHA)
Nggak panjang sih, paling cuma beberapa chapter terus udah deh perjalanannya berakhir.
So yeah, happy reading


***
Seoyeon’s POV

Aku dan Donghae sampai di rumahku tidak lama setelah kami pamit dari Dorm. Sepanjang perjalanan kami tidak bertukar suara sama sekali. Tumben sekali namja ini diam saja dari tadi, padahal aku sebenarnya ingin mendengarnya bicara, topic apapun juga tak masalah asalkan dia mau memenuhi keinginanku. Dan aku sendiri bingung mau membicarakan apa sehingga kami diam saja.
Donghae meletakkan sepeda nya tidak jauh dari pintu masuk rumahku sementara aku membukakan pintu. Lalu kami menerobos masuk sampai ke ruang makan, tempat dimana orang tua kami sedang mengobrol.
“Aah kalian sudah kembali ternyata.” kata Eomma
“Ne eomma aku sudah pulang. Aku juga membawa Donghae kerumah.” balasku
“Annyeong haseyo.” sapa Donghae sambil membungkukkan tubuhnya
“Ya Tuhan. Omonaaaa. Kamu sudah besar ya sekarang, Donghae. Aigoo tampan sekali seperti mendiang ayahnya.” kata Appa
“Ayo ayo bergabunglah kalian, eomma baru saja mau mengajak makan malam. Kalian belum makan malam kan?”
“Sebenarnya sih kami sudah makan tadi di Dorm, Eomma.” kataku
“Benarkah? Aah yasudahlah kalau begitu kalian naik saja ke atas, bergabung bersama Oppa-Oppa mu. Sementara kami makan malam disini.” kata Appa
“Ah sebelum itu, eomma mau bilang bahwa malam ini eomma Donghae akan diantar pulang oleh Appa, jadi Donghae kamu tidak perlu khawatir. Tolong minta temanmu membawa Dongsu kemari ya.”
“Ne, nanti aku akan menelepon temanku.”
“Kalau begitu kami permisi dulu.” ijinku

Aku berjalan menuju tangga dan naik ke lantai 2 rumahku, dimana kamarku dan kamar kedua oppa berada dengan Donghae mengikutiku dari belakang. Lalu kami berjalan menuju kamar Oppa ku dalam diam. Aneh. Aku merasa sangat awkward. Kulirik namja yang ada di sebelahku sekarang dan ekspresi wajahnya sama saja, tidak ada yang berubah. Lalu aku memutuskan untuk membuka pintu kamar Oppa dan mereka menyambut kami. Lalu aku duduk dalam diam di kasur Oppa sementara Donghae dan para Oppa ku berbincang seru tentang game Grand Theft Auto yang sedang dimainkan oleh Jonghwa Oppa. Setelah beberapa lama aku ingin buang air sehingga aku keluar dan pergi menuju toilet yang berada disebelah kamar ini.
Setelah beberapa menit di dalam kamar mandi, aku keluar dan hendak melangkahkan kakiku menuju kamar Oppa namun mengurungkan niatku  begitu pintu kamar Oppa terbuka dan sosok Donghae muncul dalam penglihatanku.
Hening
Mata kami bertemu
Dan masih hening
Aku terdiam di tempat, mendadak pikiranku kosong dan terasa ringan seolah tidak ada beban pikiran sama sekali dalam otakku. Pipiku terasa hangat dan tanpa sadar sudah memerah. Jantungku sedikit demi sedikit mempercepat detaknya hingga terasa sedikit sakit dan sesak. Pertanyaan demi pertanyaan membanjiri otakku, seperti ‘Apakah pakaianku rapi? Apakah rambutku tidak berantakan? Bagaimana penampilanku saat ini?’.
“Gwaenchana?” tanyanya sambil berjalan terburu-buru menghampiriku
“Eoh?” hanya itu responku saat aku tersadar dari lamunanku
“Dari tadi kau melihatku seperti aku ini makhluk halus saja.”
“Mian! A-aku tadi melamun. Mian!” kataku gugup
“Jinjja? Kamu sakit?” tanya Donghae sambil menyentuh dahiku dengan telapak tangannya, “Yah! Kamu sakit?? Kenapa dahimu hangat begini?”
Aku memegang kedua pipiku, ah benar saja mereka hangat, “Anhiyo, aku tidak sakit. Mungkin aku hanya kedinginan sedikit saja. Gwaenchanayo! Jangan khawatir.” Lalu aku berjalan cepat menuju ke kamarku dan berdiri di belakang pintu kamarku sendiri, melupakan Donghae dan kedua Oppa-ku
Ya Tuhan aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Tapi sebenarnya aku sedikit demi sedikit mulai mengerti keadaan ini. Aku memang tidak punya pengalaman dalam urusan percintaan tapi aku banyak membaca buku novel percintaan saat aku masih SMP. Semua yang aku rasakan ini mirip dengan apa yang telah kubaca dalam novel-novel yang telah kubaca. Di dalam novel, tokoh wanita merasakan hal-hal yang asing ketika ia menyukai tokoh pria. Kalau begitu berarti…
Aku buru-buru mendekap mulutku. Astaga. Aku menyukai Donghae. Aku menyukainya bukan sebagai teman, tetapi menyukainya lebih dari itu. Ini menjelaskan kenapa dia bisa selalu ada di pikiranku selama beberapa waktu ini. Ini menjelaskan kenapa aku ingin mendengar suaranya saat aku bosan. Ini menjelaskan kenapa aku hanya memusatkan penglihatanku padanya saat dia ada di dekatku.
Tapi kemudian muncul suatu pertanyaan di pikiranku. Pertanyaan yang membuatku ragu dan takut.
“Bagaimana dengan perasaan Donghae?”

Hey, apakah aku boleh memiliki perasaan seperti ini kepadanya?


***

Ehh gantung ya? Sorry lah yau
Until next chapter :) Byeeee




I dedicated this fanfiction for myself and my dear friends whom I miss in every single second of my life.
I sincerely hope that you are all happy wherever you are.

0 komentar:

Posting Komentar