Cast : Lee Sungmin, Park Seoyeon, Cho Kyuhyun, Park Jungsoo and others
follow me on @adhweet ^^
please leave your comment after reading my fanfics, kamsahamnida
Hello, this is fanfiction about our pink prince Sungmin :)
follow me on @adhweet ^^
please leave your comment after reading my fanfics, kamsahamnida
Hello, this is fanfiction about our pink prince Sungmin :)
Sungmin's POV
Tiga tahun kemudian...
Tidak terasa sudah tiga tahun berlalu sejak aku dan
Seoyeon membuat janji untuk selalu bersama. Kami masih dengan status pacaran
kami. Aku yang sekarang sudah berumur 21 tahun dan Seoyeon yang dua tahun lebih
muda dariku. Kami berdua menikmati hari-hari indah kami sebagai sepasang
kekasih. Walaupun terkadang kami bertengkar, tapi kami tidak pernah bertengkar
hebat seperti sesaat sebelum kami resmi pacaran. Mungkin itu karena aku
mengerti keadaannya dan begitu juga sebaliknya. Aku sudah mengenalkannya pada
appa, eomma dan dongsaeng-ku Sungjin. Aku bersyukur karena mereka semua
menerima Seoyeon dan menyukai kesederhanaanya.
Suatu hari, eomma pernah mengobrol denganku.
"Lee Sungmin anakku... Kau sudah semakin dewasa
sekarang. Seiring dengan pendewasaanmu, apa kau sudah menetapkan pendamping
yang tepat untukmu ?" Kata eomma-ku
"Ne, Eomma. Hanya dia yang aku inginkan."
Aku menjawab dengan segenap hatiku
"Arasseo..." Kata eomma sambil memelukku dan
mengusap kepalaku, sudah lama sekali sejak beliau terakhir memelukku seperti
ini, "Eomma percaya padamu, Eomma percaya kau bisa memilih yang terbaik
untukmu sendiri. Jaga dia baik-baik, jangan pernah kau lepaskan atau kau akan
menyesal seumur hidupmu."
Itulah pesan eomma yang sangat aku ingat sampai
sekarang. Aku tahu usiaku masih sangat muda dan Seoyeon bahkan belum menginjak
usia 20-nya, tapi eomma sudah memberiku nasihat tersebut. Saat ini aku dan
Seoyeon sama-sama berstatus mahasiswa, namun kami berkuliah di tempat berbeda.
Walaupun berbeda tempat, aku masih menyempatkan diriku untuk mengantar-jemput
Seoyeon meskipun yeoja itu sudah menolak berkali-kali. Biarkan saja, apa
salahnya menjemput yeojachingu-ku sendiri ? ^^
"Oppa, kau 'kan sibuk apalagi sekarang kau sedang
mempersiapkan kelulusanmu, kenapa kau masih saja mengantar-jemput aku ? Aku
mampu pulang dan pergi sendirian kok."
"Apa aku salah kalau hanya ingin punya waktu
berdua saja dengan yeojachingu-ku ?" Kataku sambil tersenyum, biasanya
senyumanku bisa melelehkannya
"Arasseo, aku tidak bisa menolakmu lagi. Tapi kau
harus berjanji untuk memikirkan pendidikanmu yang hampir selesai, ne ?"
"Memang tidak boleh kalau aku memikirkanmu juga ?
Aku ingin memikirkanmu dan juga pendidikanku, percuma kan aku menyelesaikan
pendidikan dan bekerja tapi aku tidak memilikimu di sampingku." Aku
tersenyum lagi padanya
Wajahnya sekarang merah padam, "tapi kan sekolah
lebih penting."
"Keduanya penting." Ucapku riang
Begitulah caraku merayu Seoyeon kalau dia sudah membicarakan
masalah pendidikan. Walau begitu, bagaimanapun juga aku berterima kasih padanya
yang selalu memotivasiku sehingga aku bisa meraih nilai-nilai terbaikku. Jujur
saja dia itu bawel sekali kalau sudah menyangkut masalah ini, tapi aku
bersyukur karena itu menunjukkan bahwa dia peduli.
Hanya saja, sampai saat ini aku belum pernah memiliki
kesempatan untuk bertemu dengan ahjumma-nya Seoyeon. Beliau adalah seseorang
yang sangat bekerja keras dan sibuk, begitulah kata Seoyeon. Terkadang aku
bertanya pada diriku sendiri, apakah ahjumma Seoyeon mengetahui hubungan kami ?
Aku telah memacarinya selama tiga tahun tapi aku tidak tahu apakah hubungan
kami direstui oleh ahjumma-nya atau tidak. Kalau dari pihak keluargaku sih,
mereka semua sudah menyetujuinya. Setiap hari aku mengantar jemput Seoyeon namun
belum pernah aku melihat batang hidung ahjumma-nya sekalipun. Sampai suatu
hari, aku mendapatkan kesempatan itu…
***
Malam itu, aku mengantar Seoyeon seperti biasa.
Seoyeon terlihat sangat pucat malam itu, mungkin karena efek mengerjakan tugas
kuliahnya sampai pagi lalu ia harus kuliah hanya beberapa jam setelahnya. Aku
tahu hal ini karena aku yang menemaninya. Aku menelponnya dan menemaninya
sampai tugasnya selesai, aku sendiri yang memintanya agar telponnya tidak
diputus. Sesekali aku memarahinya, wajar saja aku kan khawatir terhadap
kesehatannya. Sekarang kekhawatiranku benar-benar menjadi nyata, dia sakit. Di
mobil dia hanya memejamkan matanya sambil menyenderkan kepalanya. Sepanjang
jalan aku tidak mengajaknya mengobrol, karena aku menginginkan Seoyeon untuk
istirahat. Setelah perjalanan yang cukup lama dari kampus ke rumahnya, akhirnya
kami sampai.
“Seoyeon-ah… ireona…” kataku lembut sambil
membangunkannya
“...ne…” Seoyeon membalas suara yang terdengar seperti
suara rintihan
“Gwenchana ? Aigoo tubuhmu panas sekali, Seoyeon-ah !”
kataku sambil memegang dahi Seoyeon, “Jamkanman !” aku langsung keluar mobil
lalu membuka pintu yang ada di sebelahnya
“Kepalaku berat sekali, Oppa…” ia kembali merintih
“Sini biar aku gendong kau ke dalam.” Aku meraih
tubuhnya
“Andwae ! Oppa… aku bisa berjalan… bantu aku berjalan
saja…”
“Ne…”
Aku membantunya keluar dari mobil lalu memapahnya
sampai ke depan pintu rumahnya. Jujur saja ini pertama kalinya aku melihat kondisi
Seoyeon yang separah ini. Saat aku memapahnya, Seoyeon sama sekali tidak
berjalan sehingga bisa dikatakan aku ‘membawanya’ ke depan pintu. Ia membuka
matanya dan menemukan rumahnya memancarkan sinar lampu.
“Ahjumma ?” gumamnya pelan
“Nugu ? Apa ahjumma-mu sudah pulang ?” tanyaku
“Aku tidak yakin… tapi… sepertinya sudah.”
“Itu bagus !”
Sampai di depan pintu, aku mengetuk pintunya. Hanya
dalam beberapa detik, pintu terbuka dan keluarlah seorang yeoja yang sudah
cukup berumur. Jadi beliau ahjumma-nya Seoyeon.
“Annyeong haseyo.” Sapaku terlebih dahulu
“OMONA !! Seoyeon-ah ! Gwenchana ???” pekiknya saat
melihat Seoyeon yang lemah ada dipelukanku sekarang
“Ahjumma ? Sudah pulang ?” kata Seoyeon mengangkat
kepalanya dari dadaku dan menatap ahjumma-nya
“Ayo cepat masuk !” kata ahjumma Seoyeon sambil
memberikan jalan untuk kami
Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung masuk dan
membawa Seoyeon ke kamarnya dengan bimbingan ahjumma Seoyeon. Ahjumma Seoyeon
berhenti di pintu kamarnya sementara aku membaringkan Seoyeon di tempat
tidurnya dan menyelimutinya. Oh Tuhan, aku harap tidak ada hal buruk yang
menimpanya. Setelah kulihat Seoyeon mulai terlelap, aku menghadapkan diriku ke
ahjumma-nya Seoyeon. Ahjumma Seoyeon mengisyaratkanku untuk mengikutinya ke
ruang tengah dan akupun menurut. Sampai di ruang tengah, beliau mempersilakanku
untuk duduk. Dari wajahnya, aku tahu ia punya banyak pertanyaan dan ingin
bicara serius denganku.
“Annyeong haseyo…” sapaku sebelum aku duduk di sofa
“Ne. Annyeong haseyo. Duduklah.” Katanya
“Sebelumnya aku ucapkan terima kasih banyak telah
mengantar Seoyeon pulang ke rumah. Tapi kalau aku boleh tahu, kamu siapanya
Seoyeon ?” tanyanya membuka pembicaraan
“Ah cwesonghamnida. Aku teman dekatnya Seoyeon.”
Kataku berbohong, aku hanya ingin Seoyeon sendiri yang menjelaskan hubungan
kami berdua pada ahjumma-nya
“Namamu ?”
“Lee Sungmin imnida.” Jawabku sambil menundukkan
kepalaku
“Lee… siapa katamu ?” tanyanya lagi namun dengan
ekspresi yang berbeda
“Lee Sungmin…” jawabku ragu-ragu
“Apakah kau anak dari Lee Chunhwa ?”
“Ne… ah bagaimana Anda bisa kenal appa-ku ?"
"Jadi benar kau anak dari namja tak tahu diri itu
?" Tanyanya dengan suara tinggi
"Mw-mwo ? Ah cwesonghamnida, apa yang Anda
katakan ?" Aku terkejut mendengar perkataannya
"Sebaiknya kau angkat kaki dari sini ! Aku tidak
ingin mendengar namanya bahkan membiarkan anak dari namja itu ada dirumahku
!!!" Bentaknya padaku
"W-wae ??! Apa salahku ?" Protesku
"Aku sangat berterima kasih kau mau mengantar
pulang Seoyeon tapi sebaiknya sekarang juga kau pergi dari sini sebelum aku
mengusirmu lebih kasar dari ini ! Salahmu ? Tanyakan pada appa-mu !"
"Appa tidak punya banyak waktu di rumah. Saya
harap Anda bisa mengatakan maksud Anda. Saya janji akan segera pergi setelah
Anda cerita pada saya." Ujarku dengan menekan segala emosi
"Apakah kau tahu ? Appa-mu itu berpacaran dengan
adikku dan pernah menjanjikan untuk menikahinya, namun tiba-tiba ia pergi
begitu saja. Dua tahun setelahnya, aku dan adikku bertemu lagi dengan namja itu
lengkap dengan istri dan seorang bayi yang masih sangat kecil di gendongannya.
Aku berani bertaruh bayi itu adalah kau. Dan aku sangat bersyukur saat itu
adikku sudah menemukan namja lain yang lebih bisa menjaga ucapannya dibanding
appa-mu itu ! Tahukah kau siapa adikku ? Dia adalah eomma-nya Seoyeon !!!"
Aku terhenyak mendengarnya. Appa dengan eomma-nya
Seoyeon dan Teukie-hyung ? Mereka pernah berpacaran sebelumnya ? Dan apa itu
dengan pernikahan ? Mereka hampir menikah dan... Akh aku tidak mengerti semua
ini !!! Saat ini aku berdiri mematung di hadapan ahjumma-nya Seoyeon, seperti
orang bodoh dan mencoba mencerna setiap kata yang kudengar barusan.
"Sekarang tepati janjimu !!!" Seru ahjumma
Seoyeon padaku yang membuatku kaget
"Jamkanman ! Aku masih tidak mengerti !"
"Baiklah aku akan membuatnya lebih sederhana.
Singkatnya appa-mu adalah satu-satunya namja yang telah membuat adikku
menderita ! Beruntung eomma-ku menikahkannya dengan namja lain dan berbahagia
dengannya. Beliau memiliki dua anak, Jungsoo dan Seoyeon. Sekarang aku tidak
ingin lagi berurusan dengan keluargamu. Lebih baik kau pergi dan jangan pernah
kembali kesini apalagi dekat dengan keponakanku !"
"Ah...jumma ?" Seoyeon keluar dari kamarnya
dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya
"Seoyeon-ah !!!" Seruku sambil berlari
menghampiri Seoyeon yang berdiri sempoyongan
"Kenapa kau keluar ?! Sana kau masuk saja dan
istirahat di dalam."
"Aku... apa benar semua yang Ahjumma katakan
barusan ?" Tanya Seoyeon dengan suara yang sangat lemah
Ahjumma Seoyeon menunduk lama lalu mengangkat
kepalanya dan menghadap Seoyeon, "ne..." Jawabnya singkat
"Seoyeon-ah, kau lebih baik masuk ke dalam."
Bujukku pada Seoyeon
"Shiroh. Aku… aku mau mendengar semuanya.”
Katanya menolak
“Kondisimu lemah saat ini.” Aku menyentuh dahi dan
pipinya sekali lagi, “Seoyeon-ah suhu tubuhmu lebih tinggi dari sebelumnya !
Kaja.” Aku menarik tangan Seoyeon dan ingin sekali aku membawanya ke kamarnya
“Shiroh !!!” kata Seoyeon menepis tanganku
“Ya ! Sebenarnya apa hubungan kalian berdua ? Mengapa
namja itu memanggilmu seperti itu ?” tanya ahjumma Seoyeon
Seoyeon memandangku, menatap lekat mataku lalu
memalingkan wajahnya, “Dia… namjachingu-ku…”
“MWO ?!! Namjachingu apanya ?! Seoyeon-ah, aku jelas
menolak mentah-mentah hubungan kalian !
Ya, Park Seoyeon kemarilah. Tinggalkan namja itu.” Ahjumma Seoyeon
merentangkan kedua tangannya, berharap Seoyeon datang ke dalam pelukannya
“Ahjumma… aku… aku tidak bisa…”
“PARK SEOYEON !!!” bentak ahjumma membuatku dan
Seoyeon sama-sama kaget
Detik kemudian Seoyeon kolaps dalam pelukanku. Aku
bingung setengah mati dan aku menepuk-nepuk pipinya, berharap ia akan sadar.
Namun percuma, suhu tubuh Seoyeon jauh lebih meningkat dari saat dia di mobil
dan ia tidak sadarkan diri. Aku buru-buru menggendong Seoyeon dan beranjak ke
mobilku. Namun saat aku di pintu, ahjumma Seoyeon mencegahku.
“Turunkan dia !” perintahnya sambil menarik lengan
Seoyeon
“Shiroh !” aku tetap mempertahankan Seoyeon di
tanganku
“Kubilang turunkan ! Aku tidak sudi keponakanku
disentuh oleh anak dari namja itu !” serunya lagi, kali ini ia menarik Seoyeon
lebih kuat
“Apa Anda bisa mengesampingkan hal ini dulu ?! Seoyeon
pingsan dan saat ini prioritas utama adalah kesehatannya ! Tolong beri aku
jalan ! Aku akan membawanya ke Rumah Sakit.”
Ahjumma Seoyeon terdiam tapi tidak lama kemudian ia
menatap sedih wajah keponakannya yang ada di dadaku. Aku tidak cukup sabar lagi
untuk menunggu ahjumma itu selesai menatap Seoyeon sehingga aku langsung
berlari ke mobilku dan meninggalkan ahjumma yang masih terdiam di rumahnya.
***
Esoknya jam 9 pagi…
Aku menunggui Seoyeon yang sejak semalam masih belum
membuka matanya. Aku khawatir sekali namun kata Dokter yang merawatnya ia tidak
mengalami penyakit serius. Hanya saja fisiknya sangat lemah dan rentan sehingga
aku diminta untuk tidak terlalu membuat Seoyeon berpikir terlalu keras dan
membuatnya kelelahan. Sedikit lega aku mendengarnya tetapi tetap saja aku
mencemaskannya. Ahjumma-nya belum datang untuk menjenguk dan menungguinya. Aku
terbangun dari tidur singkatku karena jujur saja aku lelah sekali. Beberapa
saat setelah aku membuka mataku, Teukie-hyung masuk ke tempat kami berada.
Semalam aku menelpon Teukie-hyung dan memberitahukan keadaan Seoyeon dan beliau
langsung pergi ke Seoul.
“Sungmin-ah… bagaimana dengan Seoyeon ?” tanyanya
sambil menghampiriku
“Dokter tidak menemukan penyakit serius dalam
tubuhnya, ia hanya kelelahan dan terlalu banyak pikiran.” Jawabku dengan suara
lemah
“Aigoo syukurlah… apa dia belum sadar dari semalam ?”
“Ne…”
“Sungmin-ah… aku sudah dengar dari ahjumma tentang
appamu… aku tidak tahu harus berkata apa tentang hal itu.”
“Aku sendiri bingung, Hyung. Aku harus segera
mengkonfirmasi masalah ini pada appa.” Jawabku menunduk
“Kalau begitu segeralah. Kau boleh pulang sekarang,
aku yang akan menjaga Seoyeon. Kamsahamnida kau telah menjaga Seoyeon-ku.”
“Arasseo. Aku pulang sekarang, Hyung. Aku janji aku
akan segera memberi tahumu.”
Aku mengambil tasku yang ada di sudut ruangan lalu aku
menatap wajah Seoyeon untuk yang terakhir. ‘Aku segera kembali, Seoyeon-ah…’
bisikku dalam hati. Aku berbalik dan membuka pintu.
“Sungmin…” panggil Leeteuk
“Ne, Hyung ?”
“Aku percaya padamu. Jangan kau lupakan itu.”
“Ne. Kamsahamnida, Hyung. Aku pergi.”
Aku menutup pintu dan berjalan menuju mobilku.
Tujuanku saat ini adalah kantor appa-ku…
***
“Mworago ?” tanya seorang namja berusia 50 tahun-an
yang merupakan appa-ku
“Aku tanya apakah Appa kenal dengan Lee Seunghyun ?”
tayaku pada appa, Lee Seunghyun adalah nama eomma-nya Seoyeon, aku ingat karena
aku pernah menanyakannya pada Seyeon dulu
“Darimana…
darimana kau tahu nama yeoja itu ?” tanya appa dengan nada gugup
“Jawab aku, Appa. Jebal…”
“Appa… Appa kenal yeoja itu. Seorang yeoja yang selalu
sok tegar dalam segala hal. Yeoja itu… yeoja itu dulu punya kenangan bersama Appa.”
“Kenangan macam apa ?”
“Kalau Appa boleh jujur padamu, anakku, Seunghyun
adalah yeoja yang sangat Appa cintai. Appa mencintainya lebih dari Appa
mencintai diri Appa sendiri. Appa dulu mengajaknya menikah, namun hubungan kami
ditentang oleh keluarga kami berdua. Itu berat… sungguh menyakitkan. Appa
terpaksa meninggalkannya dan menikahi eomma-mu. Tidak pernah Appa sangka Appa
bertemu dengannya lagi, namun kali ini berbeda. Ia bersama dengan seorang namja
dan eonnie-nya, dan Seunghyun menggendong seorang balita laki-laki. Dia telah
menikah, sama sepertiku dan bahkan anaknya sudah lebih besar dari kau yang baru
lahir. Dan dia telah memiliki kehidupan bahagianya sendiri.”
Aku hanya diam mendengarkan cerita appa. Semua yang
dikatakan ahjumma Seoyeon ternyata benar. Aku menunduk sedih dan mau tidak mau
aku merasa bersalah. Aku mencintai anak perempuan dari yeoja yang pernah
menjadi tambatan hati appa-ku. Apa yang harus kulakukan setelah ini ? Setelah
aku mendengar pengakuan yang akan membuatku semakin ditolak oleh ahjumma-nya
Seoyeon ?
“Giliran Appa yang bertanya padamu. Darimana kau tahu
Seunghyun ?”
“Appa… apakah Appa tahu bahwa Seoyeon… Seoyeon adalah
anak kandung dari Lee Seunghyun ?” tanyaku dengan nada takut-takut
Appa menghela napas lalu tersenyum padaku, “Appa
tahu.”
Aku mendongak dan menatap appa, “Mwo ?”
“Appa tahu dari awal. Sudah terlihat sangat jelas dari
awal. Wajah dan fisik Seoyeon sama persis dengan Seunghyun. Saat kau
mengenalkannya pada Appa, Appa pernah menanyakan eomma-nya yang ternyata Seunghyun.”
“Wae ? Kenapa Appa tidak memberitahuku sebelumnya ?”
“Sungmin anakku, aku tidak ingin menjadi penghalang
cinta kalian berdua. Appa tidak ingin masa lalu Appa menjadi sebuah hambatan
untuk mempersatukan kalian. Pertama kali Appa bertemu dengannya, Appa
mengetahui betapa ia menyukaimu dan menyayangimu. Yeoja itu kelak akan menjadi
pendamping yang sempurna untukmu, untuk anakku Lee Sungmin. Jangan sampai kau
lepaskan dia atau kau akan menyesal seperti Appa.” Appa tersenyum tulus padaku
“Appa… aku… apakah aku boleh menikahi yeoja ini suatu
saat nanti ?”
“Dengan syarat…” jawab Appa cepat
“Mw-mwo ? Apa syaratnya, Appa ? Aku akan
menyanggupinya…”
“Aku tidak akan memintamu untuk menjaganya, karena
Appa tahu kau akan melakukannya tanpa Appa minta. Yang menjadi syaratku adalah,
kau harus menjadi orang yang sukses terlebih dahulu. Setelah kau berhasil, baru
kau boleh menikahinya. Kau tentu tidak ingin kalian berdua hidup susah, bukan
?” Appa tersenyum menggoda padaku
“Appa ini…” mau tidak mau aku tersenyum malu padanya
“Sungmin-ah, meskipun kau memiliki sejuta penghalang
di depanmu, hadapi dan taklukkan mereka dengan segala cara. Nah, Appa harus
kembali bekerja sekarang. Lee Sungmin, Appa percaya padamu.”
Appa menepuk pundakku dua kali lalu berbalik
meninggalkanku. Senyum lega tergambar di wajahku. Appa, kamsahamnida…
***
Malamnya aku kembali ke Rumah Sakit. Seoyeon tampak
sedang tidur. Aku menemui Teukie-hyung dan menjelaskan segalanya termasuk
tekadku untuk selalu menjaga Seoyeon. Aku tidak tahu apa yang akan dikatakan
Teukie-hyung setelah aku selesai menceritakan hal ini. Tapi aku tetap akan
mempertahankan hubunganku dengan Seoyeon apapun yang akan terjadi. Setelah aku
selesai, sebuah senyuman merekah di bibir Teukie-hyung.
“Sudah kubilang aku percaya padamu kan, Sungmin ?”
ucapnya
“Hyung ?” aku mengerjapkan mataku cepat dan menatapnya
“Janjimu padaku untuk menjaganya masih kupegang
erat-erat. Sungmin-ah, aku akan membantumu untuk meyakinkan ahjumma-ku. Kau
tenang saja. Kau, aku dan dongsaengku ini akan mempertahankan hubungan kalian.
Arasseo ?”
“Ne, Hyung. Kamsahamnida. Jeongmal…”
Aku memeluk Teukie-hyung. Tidak lama aku melepaskannya
dan beranjak ke samping Seoyeon. Menatap wajahnya yang sangat kukagumi lalu
mengecup keningnya dengan tulus.
“Ya ya, kau menciumnya di depan oppa-nya.” Ledek
Teukie-hyung
“Memang tidak boleh ?” kataku sambil tersenyum
“Apa yang kau lakukan pada keponakanku, hah ?”
seseorang dari pintu kamar
“Ahjumma…” Teukie-hyung berdiri dan menatap
ahjumma-nya
“Annyeong haseyo…” sapaku sambil membungkuk
“Jungsoo, jelaskan padaku mengapa namja ini ada disini
?” katanya sambil berjalan mendekati kami berdua
“Sungmin-ssi, lebih baik sekarang kau pulang.” Kata
Teukie-hyung padaku
“Ah ? Ne… Kalau begitu aku permisi.” Aku membungkuk
lalu pergi dari kamar itu
Aku menutup pintu kamar itu dan berdiri di depannya.
Alasanku menuruti Teukie-hyung untuk pergi adalah karena hyung berkata dengan
tatapan yang sangat serius. Aku tahu Teukie-hyung pasti lebih tahu apa yang
sebaiknya ia lakukan dan keberadaanku disitu pasti akan membuat suasana menjadi
buruk. Suasana itu tidak baik bagi penyembuhan Seoyeon. Aku menghela napas
sejenak lalu beranjak dari Rumah Sakit dan pulang ke rumahku.
***
Esoknya aku kembali lagi ke Rumah Sakit. Aku mengintip
dan ternyata disana ada ahjumma-nya dan Teukie-hyung yang sedang menyuapi
Seoyeon. Aku tersenyum bahagia melihat Seoyeon yang sudah sadar sekarang. Aku
memberanikan diriku untuk masuk ke dalam ruangan itu. Ahjumma menatapku tajam
sementara Teukie-hyung dan Seoyeon menyambutku dengan senyuman. Tuhan terima
kasih aku bisa melihat Seoyeon tersenyum lagi.
“Annyeong haseyo…” sapaku dengan senyuman
“Oppa…” panggil Seoyeon
“Kalau begitu aku kembali ke kantor. Ada pekerjaan
yang masih harus aku selesaikan.” Kata ahjumma Seoyeon
Ahjumma berjalan meninggalkan kamar inap Seoyeon
sambil menatapku. Aku tahu tatapan itu adalah tatapan tidak suka. Setelah
ahjumma pergi, aku berjalan ke samping ranjang Seoyeon.
“Sepertinya aku keluar dulu. Sungmin-ah, aku titip dia
dulu.” Teukie-hyung berdiri dan keluar dari kamar tersebut, meninggalkan aku
berdua dengan Seoyeon
“Oppa…” panggil Seoyeon lagi, kali ini ia seperti
ingin menangis
“Bogoshippo…” kataku sambil tersenyum
“Sungmin-oppa… mianhae… mianhae sudah membuatmu
khawatir.” Kata Seoyeon sambil meraih tanganku dan menunduk
“Gwenchaneyo, Seoyeon… Aku senang kau sudah sadar
sekarang.” Ucapku sambil mengusap kepala Seoyeon
“Mianhae… jeongmal mianhae…” Seoyeon menangis sekarang
“Ya ya, jangan menangis !”
“Aku merasa sangat merepotkanmu…”
“Aku sudah bilang tidak apa-apa kan ? Aigoo jangan
menangis lagi…”
“Oppa… aku… sudah dengar cerita dari Junsgoo-oppa. Aku
bingung apa yang harus aku lakukan tapi Jungsoo-oppa menyuruhku untuk tidak
meragukan perasaanmu padaku. Jujur aku ingin seperti itu tapi aku takut."
"Kenapa kamu takut ? Aku tidak akan
meninggalkanmu seperti yang appa-ku lakukan. Aku tidak akan mengulangi
kesalahan appa-ku. Dan lagi aku tidak akan pernah melepaskanmu, aku mencintaimu
jadi aku tidak mau kehilanganmu. Aku mohon kamu jangan meragukan perasaanku
padamu."
"Ne..." Seoyeon mengangguk, "mianhae,
Sungmin..."
"Saat ini aku sangat memerlukan dukunganmu, aku
membutuhkannya untuk meyakinkan ahjumma-mu. Aku ingin beliau menerima hubungan
kita berdua. Tentu kamu ingin aku diterima oleh ahjumma-mu kan ?"
"Ne..." Kata Seoyeon mengangguk lagi tetapi
sekarang dengan senyuman
***
Tiga hari setelahnya aku datang lagi kerumah ahjumma
itu. Seoyeon sudah pulang dari rumah sakit saat itu jadi itung-itung aku
menjenguknya sekaligus melaksanakan rencanaku dan Teukie-hyung. Hari ini, aku
akan bicara serius dengan ahjumma-nya. Namun naas, aku ditolak mentah-mentah
oleh ahjumma itu.
"Kau berani kesini lagi ?! Punya nyali juga kau
!” seru ahjumma Seoyeon
“Ahjumma… aku kesini ingin serius bicara denganmu..”
kataku
“Kau panggil aku apa ?!”
“Ah, Sungmin-ssi ! Masuklah !” seru Teukie-hyung
padaku
“Kau pikir ini rumah siapa, Jungsoo ?”
“Cwesonghamnida, Ahjumma. Tapiada yang harus kukatakan
juga padamu. Aku dan Sungmin.”
“Baiklah, masuk.”
Aku masuk ke dalam rumahnya. Baru kali ini aku
memperhatikan desain rumah ini yang ternyata indah sekali. Maklum, ahjumma-nya
Seoyeon bekerja pada salah satu perusahaan interior. Aku duduk bersebelahan
dengan Teukie-hyung dan ahjumma ada di hadapan kami.
“Jadi apa yang mau kalian katakan ?” tanya ahjumma
“Ahjumma aku… aku ingin kau merestui hubungan
dongsaeng-ku dan Sungmin…”
“Park Jungsoo, aku tanya pada namja ini.”
“Ahjumma aku… aku ingin memohon padamu untuk merestui
hubungan kami.”
“Apa yang bisa kau janjikan untuk keponakanku ? Kau
masih seorang mahasiswa bukan ?” kata ahjumma sinis
“Mianhae, mungkin aku memang masih mahasiswa tapi
kelak aku akan menjadikan diriku seorang yang sukses dan membuat Seoyeon hidup
bahagia denganku.”
“Hah, kau bermimpi !!”
“Anhi. Aku serius.”
“Jungsoo, bagaimana bisa kau merestui namja ini
menjadi namjachingu dongsaeng-mu hah ? Pada namja yang merupakan anak dari
seorang namja yang sudah menyakiti eomma-mu ?”
“Ahjumma. Aku mohon jangan kau ungkit masa lalu eomma.
Aku tidak mempermasalahkan latar belakang Sungmin. Sungmin adalah namja yang
sangat kukenal. Dan diantara semua namja yang dikenal olehku dan Seoyeon, aku
tau hanya Sungmin yang kelak bisa menjadi pasangan hidup Seoyeon. Ahjumma
percayalah…”
“Tidak semudah itu, hai Park Jungsoo. Mungkin kalau
kita menghapus latar belakangnya, apakah ada jaminan bahwa dia akan selalu
menjaganya ? Jangan-jangan nanti dia akan meninggalkan Seoyeon.”
“Aku tidak akan seperti itu, Ahjumma. Aku
mencintainya, lebih dari aku mencintai diriku sendiri. Dan aku tidak akan
pernah melakukan kesalahan yang sama dengan appa-ku. Jebal… Kumohon mengertilah
perasaan kami berdua.”
Lama sekali aku, Teukie-hyung dan ahjumma-nya Seoyeon
berdebat. Ahjumma masih saja keras hatinya. Namun dengan kata-kata yang
dikeluarkan oleh Teukie-hyung dan segala keseriusan komitmenku pada Seoyeon,
akhirnya hati ahjumma melunak.
“Apa kau bisa menjaga kata-katamu ?” tanya ahjumma
“Sampai mati akan kujaga kata-kataku.” Kataku
sungguh-sungguh
“Aku tidak bisa lagi menolakmu…”
“Jeongmalyo ?! Kamsahamnida, Ahjumma !” seru
Teukie-hyung senang
“Ne… Jaga keponakanku, aku menitipkannya padamu selagi
aku dan Jungsoo tidak ada di sisinya.”
“Ne, Ahjumma. Kmsahamnida !” kataku riang
“Kalau begitu aku permisi dulu.” Kataku lagi
Aku beranjak dari rumah Seoyeon menuju kampusnya.
Kulihat jam tangan, kelasnya akan selesai setengah jam lagi. Waktu yang sangat
cukup untuk menempuh perjalanan menuju kampusnya. Aku sampai di depan kampusnya
dan mengirim sms pada Seoyeon bahwa aku sudah sampai di depan gedung fakultasnya.
Tidak lama kemudian, dia keluar dan langsung berlari ke arahku.
“Ya, jangan lari ! Kau mau sakit lagi ?” omelku
“Sungmin-oppa ? Kenapa bisa ada disini ?” tanyanya
“Kenapa ? Nggak boleh ?” tanyaku balik sambil senyum
nakal
“Ahjumma…” dia tidak meneruskan kata-katanya tapi aku
mengerti arah pembicaraannya
“Kita… Kita direstui.” Ucapku pelan
“Mwo ? Kau bilang apa, Oppa ?”
“Hubungan kau dan aku, direstui.” Kataku jelas sambil
senyum
“Jinjja ??! Aaaaaaaaahh…..” Seoyeon langsung memelukku
Memeluknya balik, “Seoyeon, saranghae…”
Seoyeon melepaskan pelukannya dan menatapku, lalu
kembali memelukku, “Nado…”
***
Sepuluh tahun kemudian…
“Yeobo, ireona…” kata seorang yeoja membangunkanku
“Aku masih ngantuk, Yeobo…” kataku
“Ayolaah ini sudah terlambat, nanti Seungyeon bisa
terlambat masuk sekolah.”
Aku langsung bangun dari tempat tidurku. YA TUHAN !!!
20 menit lagi Seungyeon masuk sekolah ! Aku bangkit dan mencium kening istriku
lalu berlari ke kamar mandi. Bagaimana bisa aku terlambat bangun seperti ini ?
Tidak lama kemudian, aku menuju ke ruang makan dan menemui Seungyeon, anak
perempuanku yang berumur tujuh tahun. Istriku, Park Seoyeon muncul dari dapur
membawa makanan yang baru ia buat. Aku langsung menyambar roti dan melahapnya
sambil memakai sepatu.
“Seungyeon-ah, mianhae.. Appa terlambat bangun.”
Kataku
“Gwenchaneyo, Appa…”
Pintu kamar Seungyeon terbuka, dan keluarlah seorang
anak laki-laki berusia lima tahun yang tidak lain adalah Seungri, anak
keduaku.
“Aah Seungri, sudah bangun. Appa pergi dulu yaa,
nanti kita bermain, arachi ?” aku mengecup kedua pipi anak laki-lakiku itu
Seungri mengangguk. Aku lalu mengambil kunci mobil
dan menghampiri Seoyeon yang membawa mantelku. Ia memakaikan mantelku.
“Diluar dingin, pakai ini.” Katanya
“Ne… aku pergi dulu ya, Yeobo.”
“Eomma aku pergi dulu.”
Aku mencium cepat keningnya lagi lalu kemudian
beranjak meninggalkan rumah menuju sekolah Seungyeon. Inilah kehidupanku, aku
bersama Seoyeon dan kedua anakku. Kami hidup bahagia bersama. Aku sudah cerita
kalau aku tangan kanan appa-ku di perusahaan ? Kalau begitu aku ceritakan, aku
memegang beberapa kantor cabang milik appa. Bisa dibilang aku menjadi orang
sukses sekarang. Tapi kesuksesanku tidak akan berarti kalau aku tidak
mendapatkan Seoyeon sebagai pendamping hidupku. Ini mungkin hanya cerita
sederhanaku. Tapi lewat cerita ini, aku hanya mengharapkan kalian bisa bahagia
dengan hidup dan keputusan kalian sendiri...
END