Cast : Lee Sungmin, Park Seoyeon, Cho Kyuhyun, Park Jungsoo and others
follow me on @adhweet ^^
please leave your comment after reading my fanfics, kamsahamnida
Hello, this is fanfiction about our pink prince Sungmin :)
follow me on @adhweet ^^
please leave your comment after reading my fanfics, kamsahamnida
Hello, this is fanfiction about our pink prince Sungmin :)
Sepuluh hari kemudian…
Sejak kepulanganku dari Busan, aku jadi terus
memikirkan Seoyeon. Entah apa yang merasukiku tetapi satu hal yang aku tahu,
aku ingin melihat senyumnya lagi. Dua hari lagi liburan akan berakhir dan apa
kalian tahu ? Hari ini aku akan menjemput Seoyeon di bandara Incheon. Rupanya
Teukie-hyung tidak ingin terjadi apa-apa pada Seoyeon sehingga ia memaksa
Seoyeon naik pesawat lalu memintaku yang ia percayakan untuk menjemputnya dan
mengantarnya kerumah ahjumma-nya. Aku sih tidak keberatan karena memang aku
tidak ada kegiatan, selain itu karena memang aku ingin bertemu dengannya.
Sebenarnya sudah lebih dari sebulan aku memperhatikan yeoja yang satu ini tapi aku
tidak pernah bisa mendekati atau bahkan mengetahui nama dan sekolahnya, itu
karena ia selalu memakai jaket untuk menutupi seragam yang dipakainya. Tapi
sekarang, semuanya sudah jelas.
Aku memarkirkan mobilku di parkiran lalu aku berjalan
ke pintu kedatangan. Aku menunggunya 5 menit, 10 menit lalu 15 menit dan
akhirnya ia muncul juga. Ia celingukan mencariku, lalu ketika ia menemukanku ia
langsung menghampiriku.
"Annyeong haseyo, Sungmin-ssi.” Sapanya padaku
“Kau panggil aku apa ?” aku mengerling padanya
“Ah emm… maksudku Sungmin-oppa.”
“Nah begitu !” kataku sambil tersenyum padanya
“Oppa sudah menunggu lama ya ? Mianhaeyo…”
“Gwenchaneyo. Sudah makan ?”
“Sudah… Oppa sudah makan ?”
“Aku juga sudah makan. Kalau begitu sekarang kita
kerumah ahjumma-mu saja ?”
“Ne…” jawabnya sambil mengangguk
Aku mengambil alih koper yang yang dipegangnya lalu
berjalan. Seoyeon mengikutiku. Akhirnya kami sampai di parkiran dan aku membawa
mobilku keluar dari bandara dan melesat menuju rumah ahjumma-nya Seoyeon.
“Apa Leeteuk-oppa yang memintamu menjemputku ?” tanya
Seoyeon padaku
“Ne…”
“Ah cwesonghamnida, oppa suka merepotkan orang lain
sesukanya.”
“Gwenchaneyo… Lagipula aku juga senang melakukannya.”
Jawabku sambil tersenyum
Seoyeon langsung menatap wajahku, sepertinya ia
bingung mendengar pernyataanku. Tapi aku tidak menengok ke arahnya dan tetap
fokus ke jalanan sambil tersenyum. Aku sengaja melakukannya agar dia merasa
penasaran denganku. Itulah trik yang aku pakai untuknya. Setelah kurang dari
satu jam, mobilku sampai di depan rumah ahjumma-nya. Ia turun dari mobil, aku
juga turun dari mobil dan mengambilkan kopernya yang ada di bagasi mobilku.
“Kenapa Oppa tidak naik mobil ke Busan ?” tanya
Seoyeon tiba-tiba
“Aku tidak mau. Kalau liburan lebih asyik kalau naik
angkutan umum saja.”
“Aah padahal kan kalau membawa mobil lebih enak, kau
bisa berjalan kesana kemari sesukamu.”
“Akan lebih asyik kalau hanya berjalan kaki. Haha…”
“Kalau begitu aku masuk dulu ya, Oppa. Apa Oppa mau
mampir ?”
“Hmm sepertinya tidak. Aku ada janji untuk menemani
Kyu ke game centre hehe…”
“Oh algesseumnida. Jeongmal gomawo, Oppa ! Hati-hati
ya…”
Aku berjalan masuk ke mobilku dan membuka jendela
mobilku untuk melihat Seoyeon. Ia tersenyum padaku, aah senyum yang sangat
kulihat itu. Aku melambai padanya dan ia membalas lambaian tanganku. Aku pun
menjalankan mobilku dan menjauh dari rumah itu. Beruntung tadi saat di
perjalanan aku tidak lupa untuk meminta nomor handphone-nya ^^
***
Seoyeon’s POV
Pagi hari jam 06.00…
Aku mempersiapkan sarapan untukku dan ahjumma-ku.
Segala keperluan sekolah sudah aku persiapkan sejak malam hari sehingga nanti
setelah aku selesai sarapan dan membereskan meja makan aku tinggal berangkat ke
sekolah. Ahjumma adalah orang yang sangat sibuk, beliau merupakan asisten
manajer di perusahaannya, aku tidak tahu nama perusahaannya. Setiap pagi aku
harus menyiapkan sarapan untuknya, dan begitu selesai sarapan ia akan langsung
pergi meninggalkanku. Biasanya beliau baru akan pulang sekitar jam 9 malam. Aku
yakin dia pasti sibuk sekali. Meskipun begitu, ia tidak jahat padaku, malah ia
sangat perhatian denganku.
Sarapan sudah kubuatkan, ahjumma keluar dari kamar dengan
pakaian kerjanya. Aku pun melahap sarapanku. Lima belas menit kemudian, ahjumma
sudah selesai dengan sarapannya lalu ia berangkat kerja. Aku merapikan meja dan
pas jam 06.30 aku mengunci rumahku. Saat selesai mengunci pintu, aku berbalik
dan menemukan mobil putih kecil di depan pagar rumah. Seseorang keluar dari
mobil itu dan tersenyum padaku.
“Omona ! Sungmin-ssi ??!”
“Annyeong haseyo. Apa kabarmu pagi ini ?” ia masih
tersenyum manis padaku
“Baik-baik saja. Tapi kenapa Oppa ada disini ?”
tanyaku heran
“Aku kesini untuk menjemput Nona Seoyeon ke sekolah.”
“Aku ?”
“Ne…”, Sungmin berjalan mendekatiku dan menyodorkan
tangan kanannya, “Come on.”
Aku menyambut tangannya masih dengan ekspresi bingung.
Sungmin menuntunku berjalan ke mobilnya dan aku duduk di kursi belakang
mobilnya. Saat masuk ke mobilnya, aku terkejut melihat Kyuhyun yang duduk di
samping Sungmin.
“Annyeong haseyo, Kyuhyun-ssi.” Sapaku pada Kyuhyun
“Annyeong haseyo. Jadi ternyata kita kesini untuk
menjemput dia ya, Hyung ?” kata Kyuhyun sambil melihat ke Sungmin dengan evil
smile yang merekah di bibirnya
Sungmin hanya tersenyum melihat Kyuhyun. Ya Tuhan
senyumnya imut sekali. Ia lalu menjalankan mobilnya dan tidak bisa kupercaya
aku berangkat bersama dua orang namja yang cukup eksis di sekolahku ini. Apa
jadinya nanti saat para yeoja melihatku turun dari mobil Sungmin ?
“Oppa, apa ini karena Leeteuk-oppa lagi ?” tanyaku
curiga
“Oppa ? Whoa jadi hubungan kalian sudah sejauh ini ?”
Kyuhyun melebarkan evil smile-nya
“Aish kau ini, Kyu.” Omel Sungmin, “Anhi… ini
keinginanku sendiri. Jarak rumahmu ke sekolah kan cukup jauh. Jadi kupikir
lebih baik kita berangkat bersama. Toh kita satu jalan.”
“Jjinja ? Geurigo, bagaimana Oppa bisa tahu jadwal aku
berangkat sekolah ?”
“Aku tanya pada Teukie… maksudku Leeteuk-hyung.
Hahaha…”
PANTAS SAJA !!! Kemarin aku menerima sms dari
Leeteuk-oppa yang menanyakan jam berangkatku ke sekolah. Jadi ini alasannya,
karena Sungmin-oppa ingin menjemputku. Tapi… kenapa ?
***
Jam tujuh tepat mobil Sungmin memasuki gerbang
sekolah. Aku takut-takut untuk keluar dari mobil sementara Kyuhyun sudah turun
dari mobil. Sungmin sudah bersiap untuk turun.
“Tidak turun, Seoyeon-ssi ?” tanya Sungmin padaku
“Ah ne… Ini aku mau turun.” Jawabku
“Oh jamkanman !”
Sungmin langsung keluar dari mobil lalu berlari kecil
ke pintu yang ada di sebelahku. Ia membukakan pintu untukku. Aku kaget sekali
melihatnya, tapi entah apa yang mendorongku aku keluar dari mobil itu.
“Kamsahamnida, Oppa. Tapi harusnya Oppa tidak perlu
melakukan hal itu padaku, aku kan bisa membukanya sendiri.” Kataku tidak enak
“Tidak apa-apa kok.” Sungmin tersenyum padaku, entah
untuk keberapa kali aku melihatnya tersenyum seperti ini
Aku menengok ke kanan dan kiri, takut kalau ada yang
melihatku. Karena kalau sampai ada yang melihatku, bisa habis aku ditanyai oleh
teman-temanku. Sungmin tampak bingung melihatku seperti ini.
“Gwenchana, Saeng ?” tanyanya padaku
“G-gwenchaneyo. Ah boleh aku duluan ?”
“Ada yang tidak beres ya ?”
Bagaimana dia bisa tahu ? “Sejujurnya kalau ada yang
melihatku berangkat bersamamu, pasti nanti ada yang curiga.”
“Nuguseyo ?”
“Teman-temanku…” jawabku dengan suara yang pelan
“Ayolaaah… Kaja !”
Sungmin membawaku ke kelasku, sementara Kyuhyun sudah
berjalan sendirian ke kelasnya tadi. Aku berjalan sambil menunduk dan Sungmin ?
Dia berjalan dengan senyum cerah di wajahnya. Ya ampun kalau aku terus melihat
senyumnya, bisa-bisa aku menyukainya. Di koridor sekolah banyak sekali yeoja
yang memperhatikan kami berdua, itulah sebabnya aku hanya menunduk saja. Di
depan kelas aku berterima kasih pada Sungmin lalu berjalan ke mejaku. Disana, di
tempat dudukku tiga orang yeoja berkumpul. Mereka bertiga teman-temanku,
Taehee,Youngra dan Yoonrin. Aku banyak menghabiskan waktuku bersama ketiga
yeoja ini. Mereka bertiga menatapku dengan tatapan penasaran. Aku tidak
mempedulikan tatapan mereka, jadi aku terus melangkah maju dan menaruh tas
punggungku di meja.
“Kamu tadi… berangkat sekolah dengan siapa ?” tanya
Taehee
“Dengan Sungmin-op- ah maksudku
Sungmin-sunbaenim.” Jawabku
“Kalian saling kenal ?!” sekarang Yoonrin penasaran
denganku
“Eh yaa… bisa dibilang begitu.” Kataku sungkan, “Ah
tapi kami juga baru kenal kok. Saat kami di Busan.” Tambahku saat aku melihat
mulut Yoonrin yang siap menambahkan pertanyaan
“Busan ?” Youngra mengernyitkan alisnya
“Aku liburan kesana dan tidak sengaja bertemu
dengannya bersama Kyuhyun. Ah sudahlah jangan mencurigaiku seperti itu, aku
merasa terpojok nih.”
“Arasseo arasseo.” Kata Taehee menyerah
***
Entah bagaimana caranya, aku dan Sungmin menjadi
sangat dekat. Sungmin setia menjemputku setiap pagi bersama Kyuhyun lalu saat
bel pulang, ia lantas menungguku di depan kelas. Pernah suatu kali kelasku
lebih cepat keluar dan aku berjalan meninggalkan sekolah lebih dulu. Saat aku
di gerbang, Sungmin langsung menarik tanganku dan menggeretku masuk ke dalam
mobilnya sambil mengomel. Dan di dalam mobil aku harus mendengarkannya
marah-marah padaku. ‘Harusnya tunggu aku dulu baru kau boleh pulang !’, begitu
inti omelannya saat itu. Aku pasrah saja mendengarnya, tidak ada yang bisa
mengganggu Sungmin saat dia sudah marah saat itu. Tapi setelah marah-marah, dia
melanjutkannya dengan curhatan saat dia dihukum di kelas karena mengunyah
permen karet saat pelajaran.
Sungmin peduli sekali padaku tapi aku tidak
mempertanyakan sikapnya yang baik itu padaku. Aku menganggapnya itu sikap
seorang oppa pada dongsaeng-nya saja, mungkin ini juga ada kaitannya dengan
Leeteuk-oppa yang meminta Sungmin untuk selalu menemaniku. Teman-temanku
meragukan status kami yang hanya seorang oppa dan dongsaeng, mereka mengira ada
sesuatu yang lebih dari itu. Walaupun sebenarnya tidak mengherankan kalau
Sungmin punya teman dekat seorang yeoja, tapi mereka tetap bersikeras
mengatakan bahwa ada yang lain antara aku dengannya. Aku hanya mengerlingkan
mataku saja kalau mereka sudah berbicara hal macam itu. Sebenarnya aku sendiri
mulai menerima keadaan ini, dimana aku dan Sungmin selalu bersama. Aku menyukai
kebersamaan ini, tapi lama-kelamaan aku mulai menyadari ada yang berubah di
antara aku dan Sungmin.
***
Sungmin’s POV
Sebentar lagi aku akan menghadapi ujian-ujian yang
bersangkutan dengan kelulusanku pertengahan tahun ini. Aku jadi jarang memiliki
waktu untuk bertemu dengan Seoyeon. Untuk rutinitas menjemputnya di pagi hari
dan mengantarnya saat pulang sekolah tidak pernah aku lupakan, namun semakin
lama sikap Seoyeon berubah padaku. Biasanya dia akan mencurahkan segala ceritanya
padaku atau bahkan berceloteh riang saat di mobil. Tapi akhir-akhir ini,
Seoyeon lebih sering diam. Kalau aku tanya apa ada yang membebani pikirannya,
pipinya akan langsung memerah dan dia menjadi salah tingkah. Aku sedikit
terusik dengan keadaan ini. Aku kangen pada sifatnya yang periang dan tegar
itu,tapi kenapa dia sekarang menjadi rapuh begini ? Apa dia kembali merasakan
kesepiannya ?
Minggu ini akan ada long weekend, dimana kami
mendapatkan tiga hari libur pada hari Jum’at, Sabtu dan Minggu. Aku berniat
mengajak Seoyeon berjalan-jalan untuk menghabiskan waktu bersamanya, serta
untuk mengurangi rasa bersalahku karena tidak bisa menemaninya beberapa waktu
belakangan. Tapi aku tidak punya ide mau membawanya kemana. Saat itu
Teukie-hyung memberi pesan singkat dan menanyakan kabarku. Pada saat itulah aku
mendapat ide untuk membawanya ke Busan, ke tempat oppa-nya berada. Walau hanya
dua hari satu malam, aku ingin kepergian kami kali ini memberi kesan baik pada
Seoyeon.
Jum’at paginya aku membawa mobilku ke depan rumah
Seoyeon, dan menunggunya. Tidak lama ia keluar dengan tas punggungnya. Aku
berlari menghampirinya dan mengambil tasnya lalu meletakkannya di bagasi. Dia
senang sekali saat aku mengatakan bahwa kami akan ke Busan. Dan Seoyeon yang
biasanya riang pun kembali dan aku bersyukur atas hal itu. Setelah beberapa jam
kami habiskan di mobil, akhirnya sampai juga di depan rumah Teukie-hyung. Aku
membangunkan Seoyeon yang tertidur, beginilah Seoyeon kalau menempuh peralanan
jauh, dia akan tertidur.
“OPPA !” serunya saat keluar dari mobilku
“Annyeong haseyo, Hyung.” Sapaku sambil melepaskan
kacamata hitamku
“Anyyeong, Sungmin-ssi !” kata Teukie-hyung sambil
melambai padaku, “Bagaimana kabarmu, Seosaeng ?” Teukie-hyung tersenyum lebar
kepada dongsaeng-nya itu, Seosaeng adalah panggilan Teukie-hyung pada Seoyeon
“Baik ! Aku punya banyak cerita untukmu, Oppa !”
serunya riang lagi
“Jjinja ? Arasseo, nanti kau harus menceritakan
semuanya padaku. Kau tidak merepotkan Sungmin-ssi kan saat di Seoul ?”
Seoyeon menggeleng cepat, “Anhi…”
“Anak baik.” Teukie-hyung mengacak rambut Seoyeon,
“Sebaiknya kita masuk ke dalam, kalian pasti lelah kan ?”
“Ne, kamsahamnida.”
Aku mengambil barang-barang yang ada di bagasi,
Teukie-hyung membantuku. Kami berdua memindahkan barang-barang, termasuk tas
punggung Seoyeon ke dalam rumah. Omong-omong tentang Seoyeon, aku teringat dia
belum juga muncul setelah ia masuk ke dalam tadi. Aku mencari-carinya, dan aku
menemukannya. Sedang berdiri di depan sebuah pot tanaman dan wajahnya tepat di
depan sebuah bunga berwarna merah nyala. Aku mendekatinya pelan-pelan.
“Sedang apa disini ?” tanyaku padanya, membuatnya
memalingkan wajahnya dari bunga itu
“Oppa ? Hmm… aku rindu pada bunga ini.” Ia kembali
menatap bunga itu
“Ada apa dengan bunga ini ?”
“Eomma suka sekali dengan bunga ini.” Katanya
tersenyum
BINGO ! Dugaanku selama ini benar, dia merindukan
eomma-nya. Untung sekali aku membawanya kesini. Aku lantas tersenyum padanya
lalu meninggalkannya dan menghampiri Teukie-hyung.
“Sudah lihat ritualnya ?” tanya Teukie-hyung, aku
mengangkat alisku
“Ritual apa ?”
“Kalau dia kesini, pasti dia akan langsung ke halaman
belakang dan memandangi bunga itu. Kadang-kadang ekspresinya akan kecewa jika
menemukan tanaman itu belum mengeluarkan bunganya, oleh karena itu dia akan
menyiraminya setiap hari. Tapi kalau dia menemukan tanaman itu berbunga, dia
akan berdiri menatapi bunga itu beberapa menit lamanya. Nanti dia juga
kembali.” Jelas Leeteuk
“Aah begitu ternyata…” aku baru mengetahui ritualnya
itu
Leeteuk berdeham, “Jadi apa yang membuatmu membawanya
kesini ?”
“Akhir-akhir ini dia suka murung. Dan yang terpikir
olehku adalah mungkin dia merindukan keluarganya, makanya aku mengajaknya
kesini berhubung ini adalah long weekend.”
“Jeongmal gomawoyo, Sungmin-ah. Terima kasih untuk
semua yang kau lakukan untuk Seoyeon.”
***
Leeteuk’s POV
Malam hari, jam 11.00…
Sungmin sudah tidur. Tampaknya dia kelelahan hari ini,
selain dia harus menyetir sendiri mobilnya dari Seoul ke Busan, dia juga
membantuku bersih-bersih rumah bersama Seoyeon. Itu permintaan Seoyeon karena
dongsaeng-ku satu-satunya itu protes atas kebersihan dan kerapihan rumah itu. Malam
itu aku duduk di kamarku, memikirkan keadaan Seoyeon. Mengapa Sungmin bilang
dia sangat murung ? Apakah dia terlalu kesepian sampai ia tidak bisa
berpura-pura tegar lagi ? apakah aku sudah terlalu lama membiarkannya di Seoul
tanpa ada aku sebagai oppa, keluarga paling dekat yang dimilikinya ? Aku tahu
ahjumma baik padanya, bahkan ahjumma sudah menganggap kami sebagai anaknya
sendiri walaupun ahjumma tidak memiliki suami. Aku menyalahkan diriku karena
tidak bisa berada di sisi dongsaeng-nya. Tidak lama, pintu kamarku diketuk.
“Nuguseyo ?” tanyaku
“Aah aku mengganggumu tidak, Oppa ?”
“Masuklah.” Kataku sambil tersenyum
Seoyeon membuka pintu dan masuk ke dalam. Ia lalu
duduk di sebelahku dengan wajah sedikit murung.
“Gwenchana, Saeng ?” tanyaku
“Ne, gwenchaneyo.”
“Seoyeon-ah apa ada masalah selama kau di Seoul ?”
“Anhi… semuanya baik-baik saja, Oppa. Hanya saja…”
Seoyeon tidak meneruskan kalimatnya, membuatku penasaran
“Apa karena aku tidak ada di dekatmu ?” aku segera
menambahkan, aku tahu Seoyeon merasa sungkan untuk mengucapkan hal ini
“Ne…” ia menjawab dengan kepalanya yang tertunduk
“Mianhae… kalau aku sudah selesai dengan sekolahku,
aku akan kembali ke Seoul.”
“Kamsahamnida, Oppa.” Kata Seoyeon menyandarkan kepalanya
di lenganku
“Ada lagi yang mengganggu pikiranmu ?”
“Oppa memang paling bisa menebak.” Seoyeon kembali ke
psisi duduk tegapnya dan tersenyum padaku
“Kau bisa cerita padaku.”
“Sungmin-oppa… maksudku Sungmin-ssi itu orangnya
bagaimana ?”
“Sungmin ? Dia namja yang sangat baik, aku mengenalnya
dengan baik. Sungmin itu juga pintar dan popular. Dia banyak berteman dengan
yeoja seusianya. Dia baik padamu kan ?”
“Ne… sangat baik malah…” Seoyeon masih belum mau
cerita
“Malah kalau bisa, aku menginginkannya untuk selalu
bersamamu.” Celetekku yang membuat Seoyeon melotot bingung padaku
“Oppa ! Kau sembarangan bicaranya.” Katanya sambil
menepuk bahuku dengan wajahnya yang memerah
“Wae ? Boleh kan aku berharap begitu ? Dia namja yang
paling bisa aku percaya.”
Seoyeon menunduk, “Kau ini, Oppa.”
“Omong-omong, kau belum cerita maksudmu menanyaiku
tentang Sungmin. Ada apa ? Ini ada hubungannya dengan Sungmin ‘kan ?” aku
menggodanya agar mau cerita
“Ne… aku… tidak mengerti sejak kapan tapi… Entah sejak
kapan aku melihat Sungmin-ssi bukan sebagai oppa… aku merasakan sesuatu yang
berbeda…”
“Lalu ?” pancingku
“Aku tidak tahu apa, tapi saat melihat Sungmin-ssi
bersama dengan teman-temannya yang kebanyakan yeoja itu aku jadi salah tingkah.
Aku tidak senang melihatnya bersama mereka. Padahal biasanya, aku biasa saja
melihatnya. Aku tidak tahu aku ini kenapa, tapi ini membebani pikiranku.”
Jelasnya lagi
“Apa kau menjadi salah tingkah jika berhadapan
dengannya ?”
“NE ! Ah kau bisa menebaknya ! Sungmin-ssi suka sekali
mengantar jemput aku…”
“Aku tahu, dia cerita padaku.” potongku
“Dan akhir-akhir ini aku jadi tidak tahu harus
bersikap apa di depannya. Akhirnya aku hanya diam saja. Jantungku berdetak
lebih cepat, Oppa. Berkali-kali Sungmin-ssi menanyakan keadaanku, tapi itu
malah membuatku salah tingkah. Dan saat aku cerita pada sahabatku, mereka
bilang aku… Aku menyukainya.” Di akhir kalimatnya suaranya memelan
“Jadi ini yang membuatmu murung akhir-akhir ini ?”
“N-ne… darimana Oppa tahu ?”
“Sungmin sendiri cerita padaku, katanya kau lebih
sering diam belakangan ini. Kupikir yang dikatakan teman-temanmu benar.”
Jawabku ringan
“Mworago ? Tapi bagaimana bisa ?”
Aku mengangkat bahuku, “Entahlah… Yang mengetahui
alasannya hanya kau sendiri.”
“Aah… sebenarnya sih aku selalu merasa aman saat
Sungmin-ssi di dekatku. Aku merasa aku bisa senang, marah dan melakukan hal-hal
lain ketika bersamanya. Dia peduli segala tentangku, setidaknya itu yang
kurasakan.”
“Itu namanya kau jatuh cinta, Seosaeng.” Aku meraih
pipinya dan mengguncangnya ke kanan dan ke kiri
“Jjinja ? Apa itu sesuatu yang buruk ?” ia bertanya
dengan wajah polosnya
“Hahaha…kalau kau mencintai seseorang, tidak ada
istilah baik ataupun buruk. Hanya saja, kau perlu menggengam terus cintamu agar
tidak lepas.”
“Oppa pernah jatuh cinta ?” tanyanya lagi
“Pernah, tapi itu sudah lama sekali…” aku tertawa
ringan
“Bagaimana rasanya ?”
“Rasanya menyenangkan. Tapi saat dia pergi, kau akan
merasakan kehilangan yang luar biasa. Seolah hidupmu hampa.”
“Seperti saat eomma dan appa pergi ?”
Aku tercengang mendengarnya, “Ne…”
“Hmm… aku tidak ingin merasakan itu lagi… Aku tidak
ingin cinta.” kata Seoyeon dengan suara seperti anak kecil yang takut
“Seosaeng-ah dengarkan aku.” aku berdeham, “Aku tidak
bisa selamanya berada di sisimu. Aku khawatir suatu saat nanti aku akan
mempunyai keluargaku sendiri dan mulai sibuk memikirkan keluargaku itu.
Meskipun kau tetaplah dongsaengku, tapi aku tidak bisa selamanya menjagamu dan
kau tidak bisa selamanya hidup bahagia denganku. Kau juga semakin dewasa,
seiring berjalannya waktu kau akan menemui cintamu sendiri dan bahagia atas hal
itu. Kau tidak boleh takut menghadapi cinta.”
“Tapi aku takut…”
“Aku mengerti kau takut kehilangan, tapi ingatlah
kata-kataku. Kalau kau sebegitu takutnya merasakan kehilangan, yang perlu kau
lakukan adalah menjaganya sekuat mungkin.”
***
Seoyeon’s POV
Aku kembali ke kamarku setelah lega menceritakan
segalanya. Perasaanku bercampur aduk. Lega dan senang tetapi aku takut juga.
Takut kalau aku merasakan pahitnya kehilangan lagi. Tapi Jungsoo-oppa
menyuruhku untuk tidak takut. Malam itu malam kesekian kalinya aku tidak bisa tidur.
***
Sungmin’s POV
Keesokan harinya…
Aku dan Seoyeon sudah harus pulang hari ini. Walaupun
hanya sebentar, tapi setidaknya aku kembali melihat Seoyeon bahagia berada di
sini. Aku sedikit merasa tidak enak untuk membawanya pulang. Pagi itu, aku dan
Teukie-hyung saling bertukar cerita sementara Seoyeon sedang pergi keluar,
entahlah sepertinya ia sedang belanja.
“Bagaimana denganmu ? Apa kau masih suka bermain
dengan para yeoja ?” tanya Leeteuk padaku tiba-tiba
“Ne ? Akhir-akhir ini sih tidak terlalu, aku lebih
banyak menghabiskan waktu bersama Kyuhyun.”
“Bagaimana dengan dongsaeng-ku ?” tanyanya singkat
Oh tidak. Rasa bersalahku pada Seoyeon muncul lagi.
Aku sedikit merasa bersalah karena belakangan aku sering menghabiskan waktu
bersama Kyu untuk belajar, walaupun Kyu baru menghadapi ujian-ujian itu tahun
depan bersama Seoyeon. Tapi aku tidak punya pilihan lain, karena kalau nilaiku
jelek appa dan eomma akan memarahiku habis-habisan. Bodohnya aku tidak
menjelaskan keadaanku pada Seoyeon. Dan sekarang Teukie-hyung bertanya padaku,
menagih janjiku yang pernah aku buat saat aku pertama kali kerumah ini. Janji
untuk selalu menemaninya dalam keadaan apapun. Aku merasa bersalah, bersalah
pada Seoyeon dan bersalah pada hyung terbaikku ini.
“Aku… mianhae, aku akhir-akhir ini sedang
mempersiapkan diriku untuk ujian. Jadi aku… tidak banyak mengabiskan waktu
bersamanya. Mianhae… jeongmal mianhae…” aku membungkuk beberapa kali, berharap
ia mau memaafkan aku
“Tidak apa-apa. Aku juga tidak boleh egois.
Bagaimanapun kau juga punya urusanmu sendiri.”
“Mianhae, Hyung.” Kataku masih dengan nada bersalah
“Hei tidak apa-apa, tidak perlu meminta maaf
berkali-kali seperti ini. Aku benar-benar mengerti keadaanmu. Tapi apa boleh
aku bertanya padamu satu hal ?”
“Apa itu, Hyung ?” tanyaku antisipasi
“Kamu… kamu sayang pada adikku tidak ?” tanyanya gugup
Wajahku memerah dan aku diam saja. Leeteuk
memperhatikan wajahku.
“Aku tepat sasaran ya ?” tanya Leeteuk sambil
tersenyum licik padaku, entah kenapa aku merasa Kyu ada disini dengan wujud
Teukie-hyung
“Aku boleh jujur ? Aku sudah memperhatikan
dongsaeng-mu jauh sebelum aku tahu bahwa dia dongsaeng-mu. Saat aku mengenalnya
lebih jauh aku semakin yakin pada perasaanku terhadapnya. Teukie-hyung, kalau
boleh… kalau boleh aku ingin meminta persetujuanmu. Boleh…bolehkah aku
memintanya ? Memintanya untuk menjadi pacarku, menjadi pendampingku yang akan
aku jaga selalu ?”
“Kau serius ?” Leeteuk tampak terkejut mendengar
jawabanku
“Ne. Aku serius.” Kataku memasang tampang serius
“Aku bersyukur.” Leeteuk tersenyum puas dan membuatku
terkejut
“Mwo ?” tanyaku heran
“Aku bersyukur karena aku bisa mempercayakannya
padamu.”
“Jjinja ???”
“Ne… tolong jaga dia untukku ya.” Teukie-hyung
tersenyum lagi padaku
“Kau bisa menjaga kata-kataku, Hyung. Aku akan mencari
waktu yang tepat untuk menyatakan ini padanya. Sebelum itu terjadi, tolong
rahasiakan hal ini ya, Hyung.”
***
Sudah dua bulan setelah kunjungan kami ke Busan, aku
masih belum juga menyatakan perasaanku pada Seoyeon. Aku bingung kalau
menghadapi yeoja itu karena pasti aku akan canggung duluan saat melihatnya.
Ayolah Lee Sungmin, kau tidak biasanya bersikap seperti ini. Kuakui aku dekat
dengan banyak yeoja tapi belum pernah aku bersikap secanggung ini saat di depan
yeoja. Omong-omong, aku belum tahu bagaimana perasaan Seoyeon juga. Habis dia
tidak memberiku sinyal, dan sikapnya padaku jadi kaku. Mungkin itu karena aku
belakangan ini semakin jarang menemuinya dengan ujian-ujianku yang sudah
selesai aku laksanakan. Lega sekali karena aku sudah menyelesaikan ujian itu
dan sekarang aku tinggal menunggu hasilnya. Nah sekaranglah saatnya aku kembali
kepada Seoyeon. Aku menghampiri kelas Seoyeon, berharap menemukannya. Dan ya,
aku menemukannya… bersama seorang namja yang tertawa di sebelahnya. Aku
buru-buru menangkap lengan Kyuhyun yang sedang memakan es krim.
“Kyu !” seruku
“Mwo ? Wae, Hyung ?!” tanya Kyuhyun panik mendengar
seruanku
“Itu… itu siapa yang ada di sebelah Seoyeon ?” tanyaku
sambil menatap tajam namja yang masih tertawa bersama Seoyeon itu
“Nugu ?” Kyu menyipitkan matanya, “Ah… itu namanya
Donghae. Lee Donghae. Dia anak baru.”
“Mereka dekat ??” aku semakin penasaran
“Cukup dekat. Yang kudengar sih Seoyeon-ssi
satu-satunya teman yang paling dekatnya Donghae. Wae ?”
“Ya ! Hyung ! Kau mau kemana ?! Aku belum selesai
bicara !” seru Kyuhyun saat aku lancang masuk ke kelas
Aku tidak ingin mendengar penjelasan selanjutnya dari
Kyu yang hanya membuat telingaku panas. Apa ini… apa ini alasannya Seoyeon jadi
pendiam dan sedikit menjauhiku ? Apa karena dia, Park Seoyeon ?!! Aku masuk ke
kelas itu dengan langkah lebar-lebar, tidak peduli semua orang di kelas itu
menatapku bingung karena di mataku sekarang hanya ada bayangan yeoja yang
kusayangi itu. Aku sampai di hadapannya, membuatnya dan namja itu berhenti dari
tawa mereka.
“Oppa ?” Seoyeon memanggilku dengan ragu-ragu
“Jadi ini alasannya ?” tanyaku padanya dengan wajah
geram
“Alasan apa ?” Seoyeon mengangkat alisnya, menunjukkan
wajah tidak mengerti
“Ikut aku.” Aku menarik tangannya dan segera berjalan
keluar kelas
Seoyeon tampak merintih saat aku menariknya (atau
lebih tepatnya menyeretnya) keluar kelas. Berkali-kali ia meronta agar aku
melepaskan cengkramanku dari tangannya, tapi aku tetap tidak menghiraukannya.
Kubawa dia ke samping sekolah, tempat yang jarang sekali bahkan tidak ada orang
disitu. Kulepaskan tangannya sehingga akhirnya ia lepas. Ia mengusap-usap
bagian tangannya yang sakit sambil merintih. Aku sedikit merasa bersalah karena
aku menyakitinya yang rapuh itu, tapi masa bodoh. Aku mendorong tubuhnya ke tembok
lalu kurentangkan kedua tanganku hingga ia terperangkap di antara aku dan tembok
bangunan sekolah.
“Kau sedang apa tadi ?” tanyaku dengan menekan seluruh
emosiku
“Aku sedang bercanda-canda tadi.” Ia menatapku dengan
rasa takut, seolah aku ingin membunuhnya
“Dengan siapa ?”
“D-dengan Youngra, Yoonrin, Taehee dan Donghae.”
“Kau mau berbohong ya ?” tanyaku sambil tersenyum
mengejek padanya
“Berbohong apa ?” Seoyeon bertanya balik padaku, dia
tidak mengerti arah pembicaraanku
“Tadi aku melihatmu hanya bercanda dengan namja itu
saja. Jadi sekarang kau sudah mulai berbohong padaku ya, Park Seoyeon ?”
“A-aku tidak berbohong !” Seoyeon mulai memberontak
namun nada bicaranya masih sama seperti tadi, nada seorang anak kecil yang
ketakutan
“Eo… Kamu itu… sikapmu sekarang ini berubah padaku.
Kau jarang membalas pesanku bahkan handphone-mu tidak aktif.”
“Itu karena handphone-ku mati dan charger-ku hilang.”
Ia membela diri
“Kau jarang menyapaku juga di sekolah.” Aku
menambahkan
“Aku ingin menyapamu, tapi kau malah pergi dengan
teman-temanmu.” Ia membela diri lagi, kali ini matanya sudah membendung air
mata
“Jadi sekarang kau dekat dengan namja bernama Donghae
itu ?” aku mencecarnya lagi, tidak peduli dengan pembelaan dirinya
“Donghae itu saudara jauhku !” kali ini Seoyeon
membentakku, menjatuhkan air matanya dan aku terkejut
“Saudara jauh ?” kali ini aku memasang tampang seperti
orang bodoh
“Ne… dengarkan aku… Dengarkan penjelasanku, aku
mohon.” Katanya dengan air mata yang masih mengalir, aku ingin menghapusnya
tapi pada akhirnya aku tidak melakukannya
“Mianhae kalau aku tidak membalas pesan singkatmu atau
mengangkat teleponmu, aku bahkan tidak tahu kau menghubungi handphone-ku. Itu
semua terjadi karena charger handphone-ku hilang entah kemana dan sudah
kucari-cari tetap saja tidak kutemukan.”
“Lalu ?” tanyaku ketus
“Aku melihatmu bersama teman-temanmu. Teman yang
kebanyakan yeoja tepatnya. Saat kau melihatku, aku sudah tersenyum padamu tapi
kau memalingkan wajahmu ke temanmu dan berlalu begitu saja. Aku tidak tahu apa
yang salah padaku hingga kau sepertinya cuek padaku.”
“Selanjutnya aku ingin mendengar penjelasan tentang
Donghae.”
“Donghae… Lee Donghae itu saudara jauhku. Ia anak dari
sepupunya ahjumma-ku. Sebelumnya ia sekolah di Mokpo, namun setelah appa-nya
meninggal dunia, ia, hyung-nya dan eomma-nya pindah ke Seoul dan memulai hidup
baru. Setelah itu ia masuk ke sekolah yang sama denganku dan karena itulah dia
hanya dekat denganku karena aku satu-satunya orang yang dia kenal. Tapi
sekarang ia sudah mengenal ketiga sahabatku sehingga ia tidak kesepian lagi.”
Seoyeon mengusap air matanya dengan sebelah tangannya.
Sementara aku ? Aku masih terpaku dengan penjelasan Seoyeon barusan. Apa yang
telah aku perbuat ? Marah padanya tanpa bukti yang jelas, mengintrogasinya
seperti penjahat dan membuatnya menangis seperti ini. Tuhan, bagaimana bisa aku
gelap mata seperti ini ? Aku marah, tapi marah pada siapa ? Pada Seoyeon yang
sekarang jauh dariku atau pada diriku sendiri yang sudah membiarkan Seoyeon
jauh dariku ? Aku melemahkan rentangan tangaku dan memperhatikannya terisak.
“Apa itu yang sebenarnya ?” tanyaku dengan suara lemah
“Ne… Jjinja… jeongmal mianhae kalau aku membuatmu
salah paham seperti ini.”
Kenapa dia yang meminta maaf padaku ? Harusnya aku
yang minta maaf padanya atas semua yang kulakukan padanya ! Ia menutupi
wajahnya, tidak ingin aku melihat air matanya. Namun aku memegang kedua
tangannya dan menjauhkannya dari wajahnya. Daripada menyeka air mata pada
wajahnya, aku lebih memilih untuk memeluknya.
“Mianhae… Jeongmal mianhae… harusnya aku yang meminta
maaf, bukan kau… Mianhae, Seoyeon…” kataku lirih sambil membelai lembut
kepalanya
Beberapa saat dia tidak menjawab apapun yang kukatakan
padanya. Dia terus mengeluarkan air matanya dan aku tidak tahu harus berbuat
apa lagi selain mendekapnya seperti ini. Aku telah menyakitinya lebih dari yang
kubayangkan. Perasaan marahku sekarang jelas tertuju pada diriku sendiri. Aku
mengutuk diriku yang sudah membuatnya seperti ini. Tuhan, maafkan aku sudah
bersikap jahat kepadanya.
“Seoyeon-ah ?” panggilku
Dia tidak menjawabku dan tetap menangis
Aku melepaskannya dari pelukanku, “Seoyeon-ah, jawab
aku.” Kataku sambil mensejajarkan tinggi kepalaku dengan kepalanya
“Ne…” akhirnya ia mengeluarkan suaranya
“Mianhae untuk semuanya… Boleh… boleh aku jujur padamu
?”
“Ne…” jawabnya sambil mengangguk
Aku memegang kepalanya dengan kedua tanganku,
memaksanya untuk menatap mataku, “Sejujurnya aku sayang padamu.”
Seoyeon menghentikan tangisannya, ia menatap
lekat-lekat mataku, “Mwo ?”
“Aku suka kamu. Aku sayang kamu dan aku ingin
melindungimu. Aku sudah memintamu pada oppa-mu dan dia setuju. Sekarang
giliranku untuk memintamu secara langsung. Maukah… maukah kau menjadi yeoja
chingu-ku ? Yang bisa mendampingiku dan aku lindungi ?”
“Oppa… apa ini sungguhan ?”
“Ini sungguhan…” kataku sambil tersenyum padanya
“Aku ingin dengar perasaanmu padaku, boleh ?” tanyaku
Ia mengangguk, “Aku juga sebenarnya suka padamu, Oppa.
Tapi aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya. Lalu beberapa waktu ini,
aku melihatmu dan menyadari betapa kau jauh dariku. Aku takut kau membenciku
makanya aku lebih memilih untuk diam di depanmu.”
“Mianhae…” suaraku kembali lirih, “Sekarang kita
sama-sama tahu perasaan masing-masing. Apa kau… apa kau mau menerimaku ?”
tanyaku ragu-ragu
Seoyeon diam sebentar, tetapi kemudian ia mengangguk
dan tersenyum padaku. Aku takjub melihatnya, seolah melihat pelangi setelah
badai yang sudah lama melanda. Aku spontan memeluknya lagi.
“Gomawo, Seoyeon. Gomawo…jeongmal gomawo… aku janji,
aku akan menyayangimu, melindungimu dan menemanimu mulai sekarang dan
seterusnya…”
Hari itu, saat aku mengucapkan janji itu, segalanya
dimulai. Kehidupanku yang baru, hari-hariku yang menyenangkan dan penuh
kenangan bersamanya. Kehidupan bahagia yang berlangsung sampai hal buruk itu
terjadi…
***
fanfic ini masih akan berlanjut ^^
tunggu chapter berikutnya. kamsahamnida :)
2 komentar:
mengerling cikiciw :3 akhirnya keluar juga Donghaenya...
pasti lo antisipasi donghae ya ? haha
ada kooook tenang aja :D
ada apa dengan mengerling ? kau suka kata itu ? bagaimana dengan geurigo ? wkwk
Posting Komentar