Sabtu, 21 Januari 2012

WITH YOU chapter three


Cast     : Lee Sungmin, Park Seoyeon, Cho Kyuhyun, Park Jungsoo and others

follow me on @adhweet ^^
please leave your comment after reading my fanfics, kamsahamnida

Hello, this is fanfiction about our pink prince Sungmin :)




Sungmin's POV

Tiga tahun kemudian...

Tidak terasa sudah tiga tahun berlalu sejak aku dan Seoyeon membuat janji untuk selalu bersama. Kami masih dengan status pacaran kami. Aku yang sekarang sudah berumur 21 tahun dan Seoyeon yang dua tahun lebih muda dariku. Kami berdua menikmati hari-hari indah kami sebagai sepasang kekasih. Walaupun terkadang kami bertengkar, tapi kami tidak pernah bertengkar hebat seperti sesaat sebelum kami resmi pacaran. Mungkin itu karena aku mengerti keadaannya dan begitu juga sebaliknya. Aku sudah mengenalkannya pada appa, eomma dan dongsaeng-ku Sungjin. Aku bersyukur karena mereka semua menerima Seoyeon dan menyukai kesederhanaanya.
Suatu hari, eomma pernah mengobrol denganku.
"Lee Sungmin anakku... Kau sudah semakin dewasa sekarang. Seiring dengan pendewasaanmu, apa kau sudah menetapkan pendamping yang tepat untukmu ?" Kata eomma-ku
"Ne, Eomma. Hanya dia yang aku inginkan." Aku menjawab dengan segenap hatiku
"Arasseo..." Kata eomma sambil memelukku dan mengusap kepalaku, sudah lama sekali sejak beliau terakhir memelukku seperti ini, "Eomma percaya padamu, Eomma percaya kau bisa memilih yang terbaik untukmu sendiri. Jaga dia baik-baik, jangan pernah kau lepaskan atau kau akan menyesal seumur hidupmu."

Itulah pesan eomma yang sangat aku ingat sampai sekarang. Aku tahu usiaku masih sangat muda dan Seoyeon bahkan belum menginjak usia 20-nya, tapi eomma sudah memberiku nasihat tersebut. Saat ini aku dan Seoyeon sama-sama berstatus mahasiswa, namun kami berkuliah di tempat berbeda. Walaupun berbeda tempat, aku masih menyempatkan diriku untuk mengantar-jemput Seoyeon meskipun yeoja itu sudah menolak berkali-kali. Biarkan saja, apa salahnya menjemput yeojachingu-ku sendiri ? ^^
"Oppa, kau 'kan sibuk apalagi sekarang kau sedang mempersiapkan kelulusanmu, kenapa kau masih saja mengantar-jemput aku ? Aku mampu pulang dan pergi sendirian kok."
"Apa aku salah kalau hanya ingin punya waktu berdua saja dengan yeojachingu-ku ?" Kataku sambil tersenyum, biasanya senyumanku bisa melelehkannya
"Arasseo, aku tidak bisa menolakmu lagi. Tapi kau harus berjanji untuk memikirkan pendidikanmu yang hampir selesai, ne ?"
"Memang tidak boleh kalau aku memikirkanmu juga ? Aku ingin memikirkanmu dan juga pendidikanku, percuma kan aku menyelesaikan pendidikan dan bekerja tapi aku tidak memilikimu di sampingku." Aku tersenyum lagi padanya
Wajahnya sekarang merah padam, "tapi kan sekolah lebih penting."
"Keduanya penting." Ucapku riang

Begitulah caraku merayu Seoyeon kalau dia sudah membicarakan masalah pendidikan. Walau begitu, bagaimanapun juga aku berterima kasih padanya yang selalu memotivasiku sehingga aku bisa meraih nilai-nilai terbaikku. Jujur saja dia itu bawel sekali kalau sudah menyangkut masalah ini, tapi aku bersyukur karena itu menunjukkan bahwa dia peduli.
Hanya saja, sampai saat ini aku belum pernah memiliki kesempatan untuk bertemu dengan ahjumma-nya Seoyeon. Beliau adalah seseorang yang sangat bekerja keras dan sibuk, begitulah kata Seoyeon. Terkadang aku bertanya pada diriku sendiri, apakah ahjumma Seoyeon mengetahui hubungan kami ? Aku telah memacarinya selama tiga tahun tapi aku tidak tahu apakah hubungan kami direstui oleh ahjumma-nya atau tidak. Kalau dari pihak keluargaku sih, mereka semua sudah menyetujuinya. Setiap hari aku mengantar jemput Seoyeon namun belum pernah aku melihat batang hidung ahjumma-nya sekalipun. Sampai suatu hari, aku mendapatkan kesempatan itu…

***

Malam itu, aku mengantar Seoyeon seperti biasa. Seoyeon terlihat sangat pucat malam itu, mungkin karena efek mengerjakan tugas kuliahnya sampai pagi lalu ia harus kuliah hanya beberapa jam setelahnya. Aku tahu hal ini karena aku yang menemaninya. Aku menelponnya dan menemaninya sampai tugasnya selesai, aku sendiri yang memintanya agar telponnya tidak diputus. Sesekali aku memarahinya, wajar saja aku kan khawatir terhadap kesehatannya. Sekarang kekhawatiranku benar-benar menjadi nyata, dia sakit. Di mobil dia hanya memejamkan matanya sambil menyenderkan kepalanya. Sepanjang jalan aku tidak mengajaknya mengobrol, karena aku menginginkan Seoyeon untuk istirahat. Setelah perjalanan yang cukup lama dari kampus ke rumahnya, akhirnya kami sampai.
“Seoyeon-ah… ireona…” kataku lembut sambil membangunkannya
“...ne…” Seoyeon membalas suara yang terdengar seperti suara rintihan
“Gwenchana ? Aigoo tubuhmu panas sekali, Seoyeon-ah !” kataku sambil memegang dahi Seoyeon, “Jamkanman !” aku langsung keluar mobil lalu membuka pintu yang ada di sebelahnya
“Kepalaku berat sekali, Oppa…” ia kembali merintih
“Sini biar aku gendong kau ke dalam.” Aku meraih tubuhnya
“Andwae ! Oppa… aku bisa berjalan… bantu aku berjalan saja…”
“Ne…”

Aku membantunya keluar dari mobil lalu memapahnya sampai ke depan pintu rumahnya. Jujur saja ini pertama kalinya aku melihat kondisi Seoyeon yang separah ini. Saat aku memapahnya, Seoyeon sama sekali tidak berjalan sehingga bisa dikatakan aku ‘membawanya’ ke depan pintu. Ia membuka matanya dan menemukan rumahnya memancarkan sinar lampu.
“Ahjumma ?” gumamnya pelan
“Nugu ? Apa ahjumma-mu sudah pulang ?” tanyaku
“Aku tidak yakin… tapi… sepertinya sudah.”
“Itu bagus !”

Sampai di depan pintu, aku mengetuk pintunya. Hanya dalam beberapa detik, pintu terbuka dan keluarlah seorang yeoja yang sudah cukup berumur. Jadi beliau ahjumma-nya Seoyeon.
“Annyeong haseyo.” Sapaku terlebih dahulu
“OMONA !! Seoyeon-ah ! Gwenchana ???” pekiknya saat melihat Seoyeon yang lemah ada dipelukanku sekarang
“Ahjumma ? Sudah pulang ?” kata Seoyeon mengangkat kepalanya dari dadaku dan menatap ahjumma-nya
“Ayo cepat masuk !” kata ahjumma Seoyeon sambil memberikan jalan untuk kami

Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung masuk dan membawa Seoyeon ke kamarnya dengan bimbingan ahjumma Seoyeon. Ahjumma Seoyeon berhenti di pintu kamarnya sementara aku membaringkan Seoyeon di tempat tidurnya dan menyelimutinya. Oh Tuhan, aku harap tidak ada hal buruk yang menimpanya. Setelah kulihat Seoyeon mulai terlelap, aku menghadapkan diriku ke ahjumma-nya Seoyeon. Ahjumma Seoyeon mengisyaratkanku untuk mengikutinya ke ruang tengah dan akupun menurut. Sampai di ruang tengah, beliau mempersilakanku untuk duduk. Dari wajahnya, aku tahu ia punya banyak pertanyaan dan ingin bicara serius denganku.
“Annyeong haseyo…” sapaku sebelum aku duduk di sofa
“Ne. Annyeong haseyo. Duduklah.” Katanya
“Sebelumnya aku ucapkan terima kasih banyak telah mengantar Seoyeon pulang ke rumah. Tapi kalau aku boleh tahu, kamu siapanya Seoyeon ?” tanyanya membuka pembicaraan
“Ah cwesonghamnida. Aku teman dekatnya Seoyeon.” Kataku berbohong, aku hanya ingin Seoyeon sendiri yang menjelaskan hubungan kami berdua pada ahjumma-nya
“Namamu ?”
“Lee Sungmin imnida.” Jawabku sambil menundukkan kepalaku
“Lee… siapa katamu ?” tanyanya lagi namun dengan ekspresi yang berbeda
“Lee Sungmin…” jawabku ragu-ragu
“Apakah kau anak dari Lee Chunhwa ?”
“Ne… ah bagaimana Anda bisa kenal appa-ku ?"
"Jadi benar kau anak dari namja tak tahu diri itu ?" Tanyanya dengan suara tinggi
"Mw-mwo ? Ah cwesonghamnida, apa yang Anda katakan ?" Aku terkejut mendengar perkataannya
"Sebaiknya kau angkat kaki dari sini ! Aku tidak ingin mendengar namanya bahkan membiarkan anak dari namja itu ada dirumahku !!!" Bentaknya padaku
"W-wae ??! Apa salahku ?" Protesku
"Aku sangat berterima kasih kau mau mengantar pulang Seoyeon tapi sebaiknya sekarang juga kau pergi dari sini sebelum aku mengusirmu lebih kasar dari ini ! Salahmu ? Tanyakan pada appa-mu !"
"Appa tidak punya banyak waktu di rumah. Saya harap Anda bisa mengatakan maksud Anda. Saya janji akan segera pergi setelah Anda cerita pada saya." Ujarku dengan menekan segala emosi
"Apakah kau tahu ? Appa-mu itu berpacaran dengan adikku dan pernah menjanjikan untuk menikahinya, namun tiba-tiba ia pergi begitu saja. Dua tahun setelahnya, aku dan adikku bertemu lagi dengan namja itu lengkap dengan istri dan seorang bayi yang masih sangat kecil di gendongannya. Aku berani bertaruh bayi itu adalah kau. Dan aku sangat bersyukur saat itu adikku sudah menemukan namja lain yang lebih bisa menjaga ucapannya dibanding appa-mu itu ! Tahukah kau siapa adikku ? Dia adalah eomma-nya Seoyeon !!!"

Aku terhenyak mendengarnya. Appa dengan eomma-nya Seoyeon dan Teukie-hyung ? Mereka pernah berpacaran sebelumnya ? Dan apa itu dengan pernikahan ? Mereka hampir menikah dan... Akh aku tidak mengerti semua ini !!! Saat ini aku berdiri mematung di hadapan ahjumma-nya Seoyeon, seperti orang bodoh dan mencoba mencerna setiap kata yang kudengar barusan.
"Sekarang tepati janjimu !!!" Seru ahjumma Seoyeon padaku yang membuatku kaget
"Jamkanman ! Aku masih tidak mengerti !"
"Baiklah aku akan membuatnya lebih sederhana. Singkatnya appa-mu adalah satu-satunya namja yang telah membuat adikku menderita ! Beruntung eomma-ku menikahkannya dengan namja lain dan berbahagia dengannya. Beliau memiliki dua anak, Jungsoo dan Seoyeon. Sekarang aku tidak ingin lagi berurusan dengan keluargamu. Lebih baik kau pergi dan jangan pernah kembali kesini apalagi dekat dengan keponakanku !"
"Ah...jumma ?" Seoyeon keluar dari kamarnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya
"Seoyeon-ah !!!" Seruku sambil berlari menghampiri Seoyeon yang berdiri sempoyongan
"Kenapa kau keluar ?! Sana kau masuk saja dan istirahat di dalam."
"Aku... apa benar semua yang Ahjumma katakan barusan ?" Tanya Seoyeon dengan suara yang sangat lemah
Ahjumma Seoyeon menunduk lama lalu mengangkat kepalanya dan menghadap Seoyeon, "ne..." Jawabnya singkat
"Seoyeon-ah, kau lebih baik masuk ke dalam." Bujukku pada Seoyeon
"Shiroh. Aku… aku mau mendengar semuanya.” Katanya menolak
“Kondisimu lemah saat ini.” Aku menyentuh dahi dan pipinya sekali lagi, “Seoyeon-ah suhu tubuhmu lebih tinggi dari sebelumnya ! Kaja.” Aku menarik tangan Seoyeon dan ingin sekali aku membawanya ke kamarnya
“Shiroh !!!” kata Seoyeon menepis tanganku
“Ya ! Sebenarnya apa hubungan kalian berdua ? Mengapa namja itu memanggilmu seperti itu ?” tanya ahjumma Seoyeon
Seoyeon memandangku, menatap lekat mataku lalu memalingkan wajahnya, “Dia… namjachingu-ku…”
“MWO ?!! Namjachingu apanya ?! Seoyeon-ah, aku jelas menolak mentah-mentah hubungan kalian !  Ya, Park Seoyeon kemarilah. Tinggalkan namja itu.” Ahjumma Seoyeon merentangkan kedua tangannya, berharap Seoyeon datang ke dalam pelukannya
“Ahjumma… aku… aku tidak bisa…”
“PARK SEOYEON !!!” bentak ahjumma membuatku dan Seoyeon sama-sama kaget

Detik kemudian Seoyeon kolaps dalam pelukanku. Aku bingung setengah mati dan aku menepuk-nepuk pipinya, berharap ia akan sadar. Namun percuma, suhu tubuh Seoyeon jauh lebih meningkat dari saat dia di mobil dan ia tidak sadarkan diri. Aku buru-buru menggendong Seoyeon dan beranjak ke mobilku. Namun saat aku di pintu, ahjumma Seoyeon mencegahku.
“Turunkan dia !” perintahnya sambil menarik lengan Seoyeon
“Shiroh !” aku tetap mempertahankan Seoyeon di tanganku
“Kubilang turunkan ! Aku tidak sudi keponakanku disentuh oleh anak dari namja itu !” serunya lagi, kali ini ia menarik Seoyeon lebih kuat
“Apa Anda bisa mengesampingkan hal ini dulu ?! Seoyeon pingsan dan saat ini prioritas utama adalah kesehatannya ! Tolong beri aku jalan ! Aku akan membawanya ke Rumah Sakit.”

Ahjumma Seoyeon terdiam tapi tidak lama kemudian ia menatap sedih wajah keponakannya yang ada di dadaku. Aku tidak cukup sabar lagi untuk menunggu ahjumma itu selesai menatap Seoyeon sehingga aku langsung berlari ke mobilku dan meninggalkan ahjumma yang masih terdiam di rumahnya.

***

Esoknya jam 9 pagi…

Aku menunggui Seoyeon yang sejak semalam masih belum membuka matanya. Aku khawatir sekali namun kata Dokter yang merawatnya ia tidak mengalami penyakit serius. Hanya saja fisiknya sangat lemah dan rentan sehingga aku diminta untuk tidak terlalu membuat Seoyeon berpikir terlalu keras dan membuatnya kelelahan. Sedikit lega aku mendengarnya tetapi tetap saja aku mencemaskannya. Ahjumma-nya belum datang untuk menjenguk dan menungguinya. Aku terbangun dari tidur singkatku karena jujur saja aku lelah sekali. Beberapa saat setelah aku membuka mataku, Teukie-hyung masuk ke tempat kami berada. Semalam aku menelpon Teukie-hyung dan memberitahukan keadaan Seoyeon dan beliau langsung pergi ke Seoul.
“Sungmin-ah… bagaimana dengan Seoyeon ?” tanyanya sambil menghampiriku
“Dokter tidak menemukan penyakit serius dalam tubuhnya, ia hanya kelelahan dan terlalu banyak pikiran.” Jawabku dengan suara lemah
“Aigoo syukurlah… apa dia belum sadar dari semalam ?”
“Ne…”
“Sungmin-ah… aku sudah dengar dari ahjumma tentang appamu… aku tidak tahu harus berkata apa tentang hal itu.”
“Aku sendiri bingung, Hyung. Aku harus segera mengkonfirmasi masalah ini pada appa.” Jawabku menunduk
“Kalau begitu segeralah. Kau boleh pulang sekarang, aku yang akan menjaga Seoyeon. Kamsahamnida kau telah menjaga Seoyeon-ku.”
“Arasseo. Aku pulang sekarang, Hyung. Aku janji aku akan segera memberi tahumu.”

Aku mengambil tasku yang ada di sudut ruangan lalu aku menatap wajah Seoyeon untuk yang terakhir. ‘Aku segera kembali, Seoyeon-ah…’ bisikku dalam hati. Aku berbalik dan membuka pintu.
“Sungmin…” panggil Leeteuk
“Ne, Hyung ?”
“Aku percaya padamu. Jangan kau lupakan itu.”
“Ne. Kamsahamnida, Hyung. Aku pergi.”

Aku menutup pintu dan berjalan menuju mobilku. Tujuanku saat ini adalah kantor appa-ku…

***

“Mworago ?” tanya seorang namja berusia 50 tahun-an yang merupakan appa-ku
“Aku tanya apakah Appa kenal dengan Lee Seunghyun ?” tayaku pada appa, Lee Seunghyun adalah nama eomma-nya Seoyeon, aku ingat karena aku pernah menanyakannya pada Seyeon dulu
“Darimana…  darimana kau tahu nama yeoja itu ?” tanya appa dengan nada gugup
“Jawab aku, Appa. Jebal…”
“Appa… Appa kenal yeoja itu. Seorang yeoja yang selalu sok tegar dalam segala hal. Yeoja itu… yeoja itu dulu punya kenangan bersama Appa.”
“Kenangan macam apa ?”
“Kalau Appa boleh jujur padamu, anakku, Seunghyun adalah yeoja yang sangat Appa cintai. Appa mencintainya lebih dari Appa mencintai diri Appa sendiri. Appa dulu mengajaknya menikah, namun hubungan kami ditentang oleh keluarga kami berdua. Itu berat… sungguh menyakitkan. Appa terpaksa meninggalkannya dan menikahi eomma-mu. Tidak pernah Appa sangka Appa bertemu dengannya lagi, namun kali ini berbeda. Ia bersama dengan seorang namja dan eonnie-nya, dan Seunghyun menggendong seorang balita laki-laki. Dia telah menikah, sama sepertiku dan bahkan anaknya sudah lebih besar dari kau yang baru lahir. Dan dia telah memiliki kehidupan bahagianya sendiri.”

Aku hanya diam mendengarkan cerita appa. Semua yang dikatakan ahjumma Seoyeon ternyata benar. Aku menunduk sedih dan mau tidak mau aku merasa bersalah. Aku mencintai anak perempuan dari yeoja yang pernah menjadi tambatan hati appa-ku. Apa yang harus kulakukan setelah ini ? Setelah aku mendengar pengakuan yang akan membuatku semakin ditolak oleh ahjumma-nya Seoyeon ?
“Giliran Appa yang bertanya padamu. Darimana kau tahu Seunghyun ?”
“Appa… apakah Appa tahu bahwa Seoyeon… Seoyeon adalah anak kandung dari Lee Seunghyun ?” tanyaku dengan nada takut-takut
Appa menghela napas lalu tersenyum padaku, “Appa tahu.”
Aku mendongak dan menatap appa, “Mwo ?”
“Appa tahu dari awal. Sudah terlihat sangat jelas dari awal. Wajah dan fisik Seoyeon sama persis dengan Seunghyun. Saat kau mengenalkannya pada Appa, Appa pernah menanyakan eomma-nya yang ternyata Seunghyun.”
“Wae ? Kenapa Appa tidak memberitahuku sebelumnya ?”
“Sungmin anakku, aku tidak ingin menjadi penghalang cinta kalian berdua. Appa tidak ingin masa lalu Appa menjadi sebuah hambatan untuk mempersatukan kalian. Pertama kali Appa bertemu dengannya, Appa mengetahui betapa ia menyukaimu dan menyayangimu. Yeoja itu kelak akan menjadi pendamping yang sempurna untukmu, untuk anakku Lee Sungmin. Jangan sampai kau lepaskan dia atau kau akan menyesal seperti Appa.” Appa tersenyum tulus padaku
“Appa… aku… apakah aku boleh menikahi yeoja ini suatu saat nanti ?”
“Dengan syarat…” jawab Appa cepat
“Mw-mwo ? Apa syaratnya, Appa ? Aku akan menyanggupinya…”
“Aku tidak akan memintamu untuk menjaganya, karena Appa tahu kau akan melakukannya tanpa Appa minta. Yang menjadi syaratku adalah, kau harus menjadi orang yang sukses terlebih dahulu. Setelah kau berhasil, baru kau boleh menikahinya. Kau tentu tidak ingin kalian berdua hidup susah, bukan ?” Appa tersenyum menggoda padaku
“Appa ini…” mau tidak mau aku tersenyum malu padanya
“Sungmin-ah, meskipun kau memiliki sejuta penghalang di depanmu, hadapi dan taklukkan mereka dengan segala cara. Nah, Appa harus kembali bekerja sekarang. Lee Sungmin, Appa percaya padamu.”

Appa menepuk pundakku dua kali lalu berbalik meninggalkanku. Senyum lega tergambar di wajahku. Appa, kamsahamnida…

***

Malamnya aku kembali ke Rumah Sakit. Seoyeon tampak sedang tidur. Aku menemui Teukie-hyung dan menjelaskan segalanya termasuk tekadku untuk selalu menjaga Seoyeon. Aku tidak tahu apa yang akan dikatakan Teukie-hyung setelah aku selesai menceritakan hal ini. Tapi aku tetap akan mempertahankan hubunganku dengan Seoyeon apapun yang akan terjadi. Setelah aku selesai, sebuah senyuman merekah di bibir Teukie-hyung.
“Sudah kubilang aku percaya padamu kan, Sungmin ?” ucapnya
“Hyung ?” aku mengerjapkan mataku cepat dan menatapnya
“Janjimu padaku untuk menjaganya masih kupegang erat-erat. Sungmin-ah, aku akan membantumu untuk meyakinkan ahjumma-ku. Kau tenang saja. Kau, aku dan dongsaengku ini akan mempertahankan hubungan kalian. Arasseo ?”
“Ne, Hyung. Kamsahamnida. Jeongmal…”

Aku memeluk Teukie-hyung. Tidak lama aku melepaskannya dan beranjak ke samping Seoyeon. Menatap wajahnya yang sangat kukagumi lalu mengecup keningnya dengan tulus.
“Ya ya, kau menciumnya di depan oppa-nya.” Ledek Teukie-hyung
“Memang tidak boleh ?” kataku sambil tersenyum
“Apa yang kau lakukan pada keponakanku, hah ?” seseorang dari pintu kamar
“Ahjumma…” Teukie-hyung berdiri dan menatap ahjumma-nya
“Annyeong haseyo…” sapaku sambil membungkuk
“Jungsoo, jelaskan padaku mengapa namja ini ada disini ?” katanya sambil berjalan mendekati kami berdua
“Sungmin-ssi, lebih baik sekarang kau pulang.” Kata Teukie-hyung padaku
“Ah ? Ne… Kalau begitu aku permisi.” Aku membungkuk lalu pergi dari kamar itu

Aku menutup pintu kamar itu dan berdiri di depannya. Alasanku menuruti Teukie-hyung untuk pergi adalah karena hyung berkata dengan tatapan yang sangat serius. Aku tahu Teukie-hyung pasti lebih tahu apa yang sebaiknya ia lakukan dan keberadaanku disitu pasti akan membuat suasana menjadi buruk. Suasana itu tidak baik bagi penyembuhan Seoyeon. Aku menghela napas sejenak lalu beranjak dari Rumah Sakit dan pulang ke rumahku.

***

Esoknya aku kembali lagi ke Rumah Sakit. Aku mengintip dan ternyata disana ada ahjumma-nya dan Teukie-hyung yang sedang menyuapi Seoyeon. Aku tersenyum bahagia melihat Seoyeon yang sudah sadar sekarang. Aku memberanikan diriku untuk masuk ke dalam ruangan itu. Ahjumma menatapku tajam sementara Teukie-hyung dan Seoyeon menyambutku dengan senyuman. Tuhan terima kasih aku bisa melihat Seoyeon tersenyum lagi.
“Annyeong haseyo…” sapaku dengan senyuman
“Oppa…” panggil Seoyeon
“Kalau begitu aku kembali ke kantor. Ada pekerjaan yang masih harus aku selesaikan.” Kata ahjumma Seoyeon

Ahjumma berjalan meninggalkan kamar inap Seoyeon sambil menatapku. Aku tahu tatapan itu adalah tatapan tidak suka. Setelah ahjumma pergi, aku berjalan ke samping ranjang Seoyeon.
“Sepertinya aku keluar dulu. Sungmin-ah, aku titip dia dulu.” Teukie-hyung berdiri dan keluar dari kamar tersebut, meninggalkan aku berdua dengan Seoyeon
“Oppa…” panggil Seoyeon lagi, kali ini ia seperti ingin menangis
“Bogoshippo…” kataku sambil tersenyum
“Sungmin-oppa… mianhae… mianhae sudah membuatmu khawatir.” Kata Seoyeon sambil meraih tanganku dan menunduk
“Gwenchaneyo, Seoyeon… Aku senang kau sudah sadar sekarang.” Ucapku sambil mengusap kepala Seoyeon
“Mianhae… jeongmal mianhae…” Seoyeon menangis sekarang
“Ya ya, jangan menangis !”
“Aku merasa sangat merepotkanmu…”
“Aku sudah bilang tidak apa-apa kan ? Aigoo jangan menangis lagi…”
“Oppa… aku… sudah dengar cerita dari Junsgoo-oppa. Aku bingung apa yang harus aku lakukan tapi Jungsoo-oppa menyuruhku untuk tidak meragukan perasaanmu padaku. Jujur aku ingin seperti itu tapi aku takut."
"Kenapa kamu takut ? Aku tidak akan meninggalkanmu seperti yang appa-ku lakukan. Aku tidak akan mengulangi kesalahan appa-ku. Dan lagi aku tidak akan pernah melepaskanmu, aku mencintaimu jadi aku tidak mau kehilanganmu. Aku mohon kamu jangan meragukan perasaanku padamu."
"Ne..." Seoyeon mengangguk, "mianhae, Sungmin..."
"Saat ini aku sangat memerlukan dukunganmu, aku membutuhkannya untuk meyakinkan ahjumma-mu. Aku ingin beliau menerima hubungan kita berdua. Tentu kamu ingin aku diterima oleh ahjumma-mu kan ?"
"Ne..." Kata Seoyeon mengangguk lagi tetapi sekarang dengan senyuman

***

Tiga hari setelahnya aku datang lagi kerumah ahjumma itu. Seoyeon sudah pulang dari rumah sakit saat itu jadi itung-itung aku menjenguknya sekaligus melaksanakan rencanaku dan Teukie-hyung. Hari ini, aku akan bicara serius dengan ahjumma-nya. Namun naas, aku ditolak mentah-mentah oleh ahjumma itu.
"Kau berani kesini lagi ?! Punya nyali juga kau !” seru ahjumma Seoyeon
“Ahjumma… aku kesini ingin serius bicara denganmu..” kataku
“Kau panggil aku apa ?!”
“Ah, Sungmin-ssi ! Masuklah !” seru Teukie-hyung padaku
“Kau pikir ini rumah siapa, Jungsoo ?”
“Cwesonghamnida, Ahjumma. Tapiada yang harus kukatakan juga padamu. Aku dan Sungmin.”
“Baiklah, masuk.”

Aku masuk ke dalam rumahnya. Baru kali ini aku memperhatikan desain rumah ini yang ternyata indah sekali. Maklum, ahjumma-nya Seoyeon bekerja pada salah satu perusahaan interior. Aku duduk bersebelahan dengan Teukie-hyung dan ahjumma ada di hadapan kami.
“Jadi apa yang mau kalian katakan ?” tanya ahjumma
“Ahjumma aku… aku ingin kau merestui hubungan dongsaeng-ku dan Sungmin…”
“Park Jungsoo, aku tanya pada namja ini.”
“Ahjumma aku… aku ingin memohon padamu untuk merestui hubungan kami.”
“Apa yang bisa kau janjikan untuk keponakanku ? Kau masih seorang mahasiswa bukan ?” kata ahjumma sinis
“Mianhae, mungkin aku memang masih mahasiswa tapi kelak aku akan menjadikan diriku seorang yang sukses dan membuat Seoyeon hidup bahagia denganku.”
“Hah, kau bermimpi !!”
“Anhi. Aku serius.”
“Jungsoo, bagaimana bisa kau merestui namja ini menjadi namjachingu dongsaeng-mu hah ? Pada namja yang merupakan anak dari seorang namja yang sudah menyakiti eomma-mu ?”
“Ahjumma. Aku mohon jangan kau ungkit masa lalu eomma. Aku tidak mempermasalahkan latar belakang Sungmin. Sungmin adalah namja yang sangat kukenal. Dan diantara semua namja yang dikenal olehku dan Seoyeon, aku tau hanya Sungmin yang kelak bisa menjadi pasangan hidup Seoyeon. Ahjumma percayalah…”
“Tidak semudah itu, hai Park Jungsoo. Mungkin kalau kita menghapus latar belakangnya, apakah ada jaminan bahwa dia akan selalu menjaganya ? Jangan-jangan nanti dia akan meninggalkan Seoyeon.”
“Aku tidak akan seperti itu, Ahjumma. Aku mencintainya, lebih dari aku mencintai diriku sendiri. Dan aku tidak akan pernah melakukan kesalahan yang sama dengan appa-ku. Jebal… Kumohon mengertilah perasaan kami berdua.”

Lama sekali aku, Teukie-hyung dan ahjumma-nya Seoyeon berdebat. Ahjumma masih saja keras hatinya. Namun dengan kata-kata yang dikeluarkan oleh Teukie-hyung dan segala keseriusan komitmenku pada Seoyeon, akhirnya hati ahjumma melunak.
“Apa kau bisa menjaga kata-katamu ?” tanya ahjumma
“Sampai mati akan kujaga kata-kataku.” Kataku sungguh-sungguh
“Aku tidak bisa lagi menolakmu…”
“Jeongmalyo ?! Kamsahamnida, Ahjumma !” seru Teukie-hyung senang
“Ne… Jaga keponakanku, aku menitipkannya padamu selagi aku dan Jungsoo tidak ada di sisinya.”
“Ne, Ahjumma. Kmsahamnida !” kataku riang
“Kalau begitu aku permisi dulu.” Kataku lagi

Aku beranjak dari rumah Seoyeon menuju kampusnya. Kulihat jam tangan, kelasnya akan selesai setengah jam lagi. Waktu yang sangat cukup untuk menempuh perjalanan menuju kampusnya. Aku sampai di depan kampusnya dan mengirim sms pada Seoyeon bahwa aku sudah sampai di depan gedung fakultasnya. Tidak lama kemudian, dia keluar dan langsung berlari ke arahku.
“Ya, jangan lari ! Kau mau sakit lagi ?” omelku
“Sungmin-oppa ? Kenapa bisa ada disini ?” tanyanya
“Kenapa ? Nggak boleh ?” tanyaku balik sambil senyum nakal
“Ahjumma…” dia tidak meneruskan kata-katanya tapi aku mengerti arah pembicaraannya
“Kita… Kita direstui.” Ucapku pelan
“Mwo ? Kau bilang apa, Oppa ?”
“Hubungan kau dan aku, direstui.” Kataku jelas sambil senyum
“Jinjja ??! Aaaaaaaaahh…..” Seoyeon langsung memelukku
Memeluknya balik, “Seoyeon, saranghae…”
Seoyeon melepaskan pelukannya dan menatapku, lalu kembali memelukku, “Nado…”

***

Sepuluh tahun kemudian…

“Yeobo, ireona…” kata seorang yeoja membangunkanku
“Aku masih ngantuk, Yeobo…” kataku
“Ayolaah ini sudah terlambat, nanti Seungyeon bisa terlambat masuk sekolah.”

Aku langsung bangun dari tempat tidurku. YA TUHAN !!! 20 menit lagi Seungyeon masuk sekolah ! Aku bangkit dan mencium kening istriku lalu berlari ke kamar mandi. Bagaimana bisa aku terlambat bangun seperti ini ? Tidak lama kemudian, aku menuju ke ruang makan dan menemui Seungyeon, anak perempuanku yang berumur tujuh tahun. Istriku, Park Seoyeon muncul dari dapur membawa makanan yang baru ia buat. Aku langsung menyambar roti dan melahapnya sambil memakai sepatu.
“Seungyeon-ah, mianhae.. Appa terlambat bangun.” Kataku
“Gwenchaneyo, Appa…”

Pintu kamar Seungyeon terbuka, dan keluarlah seorang anak laki-laki berusia lima tahun yang tidak lain adalah Seungri, anak keduaku.
“Aah Seungri, sudah bangun. Appa pergi dulu yaa, nanti kita bermain, arachi ?” aku mengecup kedua pipi anak laki-lakiku itu

Seungri mengangguk. Aku lalu mengambil kunci mobil dan menghampiri Seoyeon yang membawa mantelku. Ia memakaikan mantelku.
“Diluar dingin, pakai ini.” Katanya
“Ne… aku pergi dulu ya, Yeobo.”
“Eomma aku pergi dulu.”

Aku mencium cepat keningnya lagi lalu kemudian beranjak meninggalkan rumah menuju sekolah Seungyeon. Inilah kehidupanku, aku bersama Seoyeon dan kedua anakku. Kami hidup bahagia bersama. Aku sudah cerita kalau aku tangan kanan appa-ku di perusahaan ? Kalau begitu aku ceritakan, aku memegang beberapa kantor cabang milik appa. Bisa dibilang aku menjadi orang sukses sekarang. Tapi kesuksesanku tidak akan berarti kalau aku tidak mendapatkan Seoyeon sebagai pendamping hidupku. Ini mungkin hanya cerita sederhanaku. Tapi lewat cerita ini, aku hanya mengharapkan kalian bisa bahagia dengan hidup dan keputusan kalian sendiri...

END

Rabu, 04 Januari 2012

WITH YOU chapter two


Cast     : Lee Sungmin, Park Seoyeon, Cho Kyuhyun, Park Jungsoo and others

follow me on @adhweet ^^
please leave your comment after reading my fanfics, kamsahamnida

Hello, this is fanfiction about our pink prince Sungmin :)




Sepuluh hari kemudian…

Sejak kepulanganku dari Busan, aku jadi terus memikirkan Seoyeon. Entah apa yang merasukiku tetapi satu hal yang aku tahu, aku ingin melihat senyumnya lagi. Dua hari lagi liburan akan berakhir dan apa kalian tahu ? Hari ini aku akan menjemput Seoyeon di bandara Incheon. Rupanya Teukie-hyung tidak ingin terjadi apa-apa pada Seoyeon sehingga ia memaksa Seoyeon naik pesawat lalu memintaku yang ia percayakan untuk menjemputnya dan mengantarnya kerumah ahjumma-nya. Aku sih tidak keberatan karena memang aku tidak ada kegiatan, selain itu karena memang aku ingin bertemu dengannya. Sebenarnya sudah lebih dari sebulan aku memperhatikan yeoja yang satu ini tapi aku tidak pernah bisa mendekati atau bahkan mengetahui nama dan sekolahnya, itu karena ia selalu memakai jaket untuk menutupi seragam yang dipakainya. Tapi sekarang, semuanya sudah jelas.
Aku memarkirkan mobilku di parkiran lalu aku berjalan ke pintu kedatangan. Aku menunggunya 5 menit, 10 menit lalu 15 menit dan akhirnya ia muncul juga. Ia celingukan mencariku, lalu ketika ia menemukanku ia langsung menghampiriku.
"Annyeong haseyo, Sungmin-ssi.” Sapanya padaku
“Kau panggil aku apa ?” aku mengerling padanya
“Ah emm… maksudku Sungmin-oppa.”
“Nah begitu !” kataku sambil tersenyum padanya
“Oppa sudah menunggu lama ya ? Mianhaeyo…”
“Gwenchaneyo. Sudah makan ?”
“Sudah… Oppa sudah makan ?”
“Aku juga sudah makan. Kalau begitu sekarang kita kerumah ahjumma-mu saja ?”
“Ne…” jawabnya sambil mengangguk

Aku mengambil alih koper yang yang dipegangnya lalu berjalan. Seoyeon mengikutiku. Akhirnya kami sampai di parkiran dan aku membawa mobilku keluar dari bandara dan melesat menuju rumah ahjumma-nya Seoyeon.
“Apa Leeteuk-oppa yang memintamu menjemputku ?” tanya Seoyeon padaku
“Ne…”
“Ah cwesonghamnida, oppa suka merepotkan orang lain sesukanya.”
“Gwenchaneyo… Lagipula aku juga senang melakukannya.” Jawabku sambil tersenyum

Seoyeon langsung menatap wajahku, sepertinya ia bingung mendengar pernyataanku. Tapi aku tidak menengok ke arahnya dan tetap fokus ke jalanan sambil tersenyum. Aku sengaja melakukannya agar dia merasa penasaran denganku. Itulah trik yang aku pakai untuknya. Setelah kurang dari satu jam, mobilku sampai di depan rumah ahjumma-nya. Ia turun dari mobil, aku juga turun dari mobil dan mengambilkan kopernya yang ada di bagasi mobilku.
“Kenapa Oppa tidak naik mobil ke Busan ?” tanya Seoyeon tiba-tiba
“Aku tidak mau. Kalau liburan lebih asyik kalau naik angkutan umum saja.”
“Aah padahal kan kalau membawa mobil lebih enak, kau bisa berjalan kesana kemari sesukamu.”
“Akan lebih asyik kalau hanya berjalan kaki. Haha…”
“Kalau begitu aku masuk dulu ya, Oppa. Apa Oppa mau mampir ?”
“Hmm sepertinya tidak. Aku ada janji untuk menemani Kyu ke game centre hehe…”
“Oh algesseumnida. Jeongmal gomawo, Oppa ! Hati-hati ya…”

Aku berjalan masuk ke mobilku dan membuka jendela mobilku untuk melihat Seoyeon. Ia tersenyum padaku, aah senyum yang sangat kulihat itu. Aku melambai padanya dan ia membalas lambaian tanganku. Aku pun menjalankan mobilku dan menjauh dari rumah itu. Beruntung tadi saat di perjalanan aku tidak lupa untuk meminta nomor handphone-nya ^^

***
Seoyeon’s POV

Pagi hari jam 06.00…

Aku mempersiapkan sarapan untukku dan ahjumma-ku. Segala keperluan sekolah sudah aku persiapkan sejak malam hari sehingga nanti setelah aku selesai sarapan dan membereskan meja makan aku tinggal berangkat ke sekolah. Ahjumma adalah orang yang sangat sibuk, beliau merupakan asisten manajer di perusahaannya, aku tidak tahu nama perusahaannya. Setiap pagi aku harus menyiapkan sarapan untuknya, dan begitu selesai sarapan ia akan langsung pergi meninggalkanku. Biasanya beliau baru akan pulang sekitar jam 9 malam. Aku yakin dia pasti sibuk sekali. Meskipun begitu, ia tidak jahat padaku, malah ia sangat perhatian denganku.
Sarapan sudah kubuatkan, ahjumma keluar dari kamar dengan pakaian kerjanya. Aku pun melahap sarapanku. Lima belas menit kemudian, ahjumma sudah selesai dengan sarapannya lalu ia berangkat kerja. Aku merapikan meja dan pas jam 06.30 aku mengunci rumahku. Saat selesai mengunci pintu, aku berbalik dan menemukan mobil putih kecil di depan pagar rumah. Seseorang keluar dari mobil itu dan tersenyum padaku.
“Omona ! Sungmin-ssi ??!”
“Annyeong haseyo. Apa kabarmu pagi ini ?” ia masih tersenyum manis padaku
“Baik-baik saja. Tapi kenapa Oppa ada disini ?” tanyaku heran
“Aku kesini untuk menjemput Nona Seoyeon ke sekolah.”
“Aku ?”
“Ne…”, Sungmin berjalan mendekatiku dan menyodorkan tangan kanannya, “Come on.”

Aku menyambut tangannya masih dengan ekspresi bingung. Sungmin menuntunku berjalan ke mobilnya dan aku duduk di kursi belakang mobilnya. Saat masuk ke mobilnya, aku terkejut melihat Kyuhyun yang duduk di samping Sungmin.
“Annyeong haseyo, Kyuhyun-ssi.” Sapaku pada Kyuhyun
“Annyeong haseyo. Jadi ternyata kita kesini untuk menjemput dia ya, Hyung ?” kata Kyuhyun sambil melihat ke Sungmin dengan evil smile yang merekah di bibirnya

Sungmin hanya tersenyum melihat Kyuhyun. Ya Tuhan senyumnya imut sekali. Ia lalu menjalankan mobilnya dan tidak bisa kupercaya aku berangkat bersama dua orang namja yang cukup eksis di sekolahku ini. Apa jadinya nanti saat para yeoja melihatku turun dari mobil Sungmin ?
“Oppa, apa ini karena Leeteuk-oppa lagi ?” tanyaku curiga
“Oppa ? Whoa jadi hubungan kalian sudah sejauh ini ?” Kyuhyun melebarkan evil smile-nya
“Aish kau ini, Kyu.” Omel Sungmin, “Anhi… ini keinginanku sendiri. Jarak rumahmu ke sekolah kan cukup jauh. Jadi kupikir lebih baik kita berangkat bersama. Toh kita satu jalan.”
“Jjinja ? Geurigo, bagaimana Oppa bisa tahu jadwal aku berangkat sekolah ?”
“Aku tanya pada Teukie… maksudku Leeteuk-hyung. Hahaha…”

PANTAS SAJA !!! Kemarin aku menerima sms dari Leeteuk-oppa yang menanyakan jam berangkatku ke sekolah. Jadi ini alasannya, karena Sungmin-oppa ingin menjemputku. Tapi… kenapa ?

***

Jam tujuh tepat mobil Sungmin memasuki gerbang sekolah. Aku takut-takut untuk keluar dari mobil sementara Kyuhyun sudah turun dari mobil. Sungmin sudah bersiap untuk turun.
“Tidak turun, Seoyeon-ssi ?” tanya Sungmin padaku
“Ah ne… Ini aku mau turun.” Jawabku
“Oh jamkanman !”

Sungmin langsung keluar dari mobil lalu berlari kecil ke pintu yang ada di sebelahku. Ia membukakan pintu untukku. Aku kaget sekali melihatnya, tapi entah apa yang mendorongku aku keluar dari mobil itu.
“Kamsahamnida, Oppa. Tapi harusnya Oppa tidak perlu melakukan hal itu padaku, aku kan bisa membukanya sendiri.” Kataku tidak enak
“Tidak apa-apa kok.” Sungmin tersenyum padaku, entah untuk keberapa kali aku melihatnya tersenyum seperti ini

Aku menengok ke kanan dan kiri, takut kalau ada yang melihatku. Karena kalau sampai ada yang melihatku, bisa habis aku ditanyai oleh teman-temanku. Sungmin tampak bingung melihatku seperti ini.
“Gwenchana, Saeng ?” tanyanya padaku
“G-gwenchaneyo. Ah boleh aku duluan ?”
“Ada yang tidak beres ya ?”
Bagaimana dia bisa tahu ? “Sejujurnya kalau ada yang melihatku berangkat bersamamu, pasti nanti ada yang curiga.”
“Nuguseyo ?”
“Teman-temanku…” jawabku dengan suara yang pelan
“Ayolaaah… Kaja !”

Sungmin membawaku ke kelasku, sementara Kyuhyun sudah berjalan sendirian ke kelasnya tadi. Aku berjalan sambil menunduk dan Sungmin ? Dia berjalan dengan senyum cerah di wajahnya. Ya ampun kalau aku terus melihat senyumnya, bisa-bisa aku menyukainya. Di koridor sekolah banyak sekali yeoja yang memperhatikan kami berdua, itulah sebabnya aku hanya menunduk saja. Di depan kelas aku berterima kasih pada Sungmin lalu berjalan ke mejaku. Disana, di tempat dudukku tiga orang yeoja berkumpul. Mereka bertiga teman-temanku, Taehee,Youngra dan Yoonrin. Aku banyak menghabiskan waktuku bersama ketiga yeoja ini. Mereka bertiga menatapku dengan tatapan penasaran. Aku tidak mempedulikan tatapan mereka, jadi aku terus melangkah maju dan menaruh tas punggungku di meja.
“Kamu tadi… berangkat sekolah dengan siapa ?” tanya Taehee
“Dengan Sungmin-op- ah maksudku Sungmin-sunbaenim.”  Jawabku
“Kalian saling kenal ?!” sekarang Yoonrin penasaran denganku
“Eh yaa… bisa dibilang begitu.” Kataku sungkan, “Ah tapi kami juga baru kenal kok. Saat kami di Busan.” Tambahku saat aku melihat mulut Yoonrin yang siap menambahkan pertanyaan
“Busan ?” Youngra mengernyitkan alisnya
“Aku liburan kesana dan tidak sengaja bertemu dengannya bersama Kyuhyun. Ah sudahlah jangan mencurigaiku seperti itu, aku merasa terpojok nih.”
“Arasseo arasseo.” Kata Taehee menyerah

***

Entah bagaimana caranya, aku dan Sungmin menjadi sangat dekat. Sungmin setia menjemputku setiap pagi bersama Kyuhyun lalu saat bel pulang, ia lantas menungguku di depan kelas. Pernah suatu kali kelasku lebih cepat keluar dan aku berjalan meninggalkan sekolah lebih dulu. Saat aku di gerbang, Sungmin langsung menarik tanganku dan menggeretku masuk ke dalam mobilnya sambil mengomel. Dan di dalam mobil aku harus mendengarkannya marah-marah padaku. ‘Harusnya tunggu aku dulu baru kau boleh pulang !’, begitu inti omelannya saat itu. Aku pasrah saja mendengarnya, tidak ada yang bisa mengganggu Sungmin saat dia sudah marah saat itu. Tapi setelah marah-marah, dia melanjutkannya dengan curhatan saat dia dihukum di kelas karena mengunyah permen karet saat pelajaran.
Sungmin peduli sekali padaku tapi aku tidak mempertanyakan sikapnya yang baik itu padaku. Aku menganggapnya itu sikap seorang oppa pada dongsaeng-nya saja, mungkin ini juga ada kaitannya dengan Leeteuk-oppa yang meminta Sungmin untuk selalu menemaniku. Teman-temanku meragukan status kami yang hanya seorang oppa dan dongsaeng, mereka mengira ada sesuatu yang lebih dari itu. Walaupun sebenarnya tidak mengherankan kalau Sungmin punya teman dekat seorang yeoja, tapi mereka tetap bersikeras mengatakan bahwa ada yang lain antara aku dengannya. Aku hanya mengerlingkan mataku saja kalau mereka sudah berbicara hal macam itu. Sebenarnya aku sendiri mulai menerima keadaan ini, dimana aku dan Sungmin selalu bersama. Aku menyukai kebersamaan ini, tapi lama-kelamaan aku mulai menyadari ada yang berubah di antara aku dan Sungmin.

***
Sungmin’s POV

Sebentar lagi aku akan menghadapi ujian-ujian yang bersangkutan dengan kelulusanku pertengahan tahun ini. Aku jadi jarang memiliki waktu untuk bertemu dengan Seoyeon. Untuk rutinitas menjemputnya di pagi hari dan mengantarnya saat pulang sekolah tidak pernah aku lupakan, namun semakin lama sikap Seoyeon berubah padaku. Biasanya dia akan mencurahkan segala ceritanya padaku atau bahkan berceloteh riang saat di mobil. Tapi akhir-akhir ini, Seoyeon lebih sering diam. Kalau aku tanya apa ada yang membebani pikirannya, pipinya akan langsung memerah dan dia menjadi salah tingkah. Aku sedikit terusik dengan keadaan ini. Aku kangen pada sifatnya yang periang dan tegar itu,tapi kenapa dia sekarang menjadi rapuh begini ? Apa dia kembali merasakan kesepiannya ?
Minggu ini akan ada long weekend, dimana kami mendapatkan tiga hari libur pada hari Jum’at, Sabtu dan Minggu. Aku berniat mengajak Seoyeon berjalan-jalan untuk menghabiskan waktu bersamanya, serta untuk mengurangi rasa bersalahku karena tidak bisa menemaninya beberapa waktu belakangan. Tapi aku tidak punya ide mau membawanya kemana. Saat itu Teukie-hyung memberi pesan singkat dan menanyakan kabarku. Pada saat itulah aku mendapat ide untuk membawanya ke Busan, ke tempat oppa-nya berada. Walau hanya dua hari satu malam, aku ingin kepergian kami kali ini memberi kesan baik pada Seoyeon.
Jum’at paginya aku membawa mobilku ke depan rumah Seoyeon, dan menunggunya. Tidak lama ia keluar dengan tas punggungnya. Aku berlari menghampirinya dan mengambil tasnya lalu meletakkannya di bagasi. Dia senang sekali saat aku mengatakan bahwa kami akan ke Busan. Dan Seoyeon yang biasanya riang pun kembali dan aku bersyukur atas hal itu. Setelah beberapa jam kami habiskan di mobil, akhirnya sampai juga di depan rumah Teukie-hyung. Aku membangunkan Seoyeon yang tertidur, beginilah Seoyeon kalau menempuh peralanan jauh, dia akan tertidur.
“OPPA !” serunya saat keluar dari mobilku
“Annyeong haseyo, Hyung.” Sapaku sambil melepaskan kacamata hitamku
“Anyyeong, Sungmin-ssi !” kata Teukie-hyung sambil melambai padaku, “Bagaimana kabarmu, Seosaeng ?” Teukie-hyung tersenyum lebar kepada dongsaeng-nya itu, Seosaeng adalah panggilan Teukie-hyung pada Seoyeon
“Baik ! Aku punya banyak cerita untukmu, Oppa !” serunya riang lagi
“Jjinja ? Arasseo, nanti kau harus menceritakan semuanya padaku. Kau tidak merepotkan Sungmin-ssi kan saat di Seoul ?”
Seoyeon menggeleng cepat, “Anhi…”
“Anak baik.” Teukie-hyung mengacak rambut Seoyeon, “Sebaiknya kita masuk ke dalam, kalian pasti lelah kan ?”
“Ne, kamsahamnida.”

Aku mengambil barang-barang yang ada di bagasi, Teukie-hyung membantuku. Kami berdua memindahkan barang-barang, termasuk tas punggung Seoyeon ke dalam rumah. Omong-omong tentang Seoyeon, aku teringat dia belum juga muncul setelah ia masuk ke dalam tadi. Aku mencari-carinya, dan aku menemukannya. Sedang berdiri di depan sebuah pot tanaman dan wajahnya tepat di depan sebuah bunga berwarna merah nyala. Aku mendekatinya pelan-pelan.
“Sedang apa disini ?” tanyaku padanya, membuatnya memalingkan wajahnya dari bunga itu
“Oppa ? Hmm… aku rindu pada bunga ini.” Ia kembali menatap bunga itu
“Ada apa dengan bunga ini ?”
“Eomma suka sekali dengan bunga ini.” Katanya tersenyum

BINGO ! Dugaanku selama ini benar, dia merindukan eomma-nya. Untung sekali aku membawanya kesini. Aku lantas tersenyum padanya lalu meninggalkannya dan menghampiri Teukie-hyung.
“Sudah lihat ritualnya ?” tanya Teukie-hyung, aku mengangkat alisku
“Ritual apa ?”
“Kalau dia kesini, pasti dia akan langsung ke halaman belakang dan memandangi bunga itu. Kadang-kadang ekspresinya akan kecewa jika menemukan tanaman itu belum mengeluarkan bunganya, oleh karena itu dia akan menyiraminya setiap hari. Tapi kalau dia menemukan tanaman itu berbunga, dia akan berdiri menatapi bunga itu beberapa menit lamanya. Nanti dia juga kembali.” Jelas Leeteuk
“Aah begitu ternyata…” aku baru mengetahui ritualnya itu
Leeteuk berdeham, “Jadi apa yang membuatmu membawanya kesini ?”
“Akhir-akhir ini dia suka murung. Dan yang terpikir olehku adalah mungkin dia merindukan keluarganya, makanya aku mengajaknya kesini berhubung ini adalah long weekend.”
“Jeongmal gomawoyo, Sungmin-ah. Terima kasih untuk semua yang kau lakukan untuk Seoyeon.”

***
Leeteuk’s POV

Malam hari, jam 11.00…

Sungmin sudah tidur. Tampaknya dia kelelahan hari ini, selain dia harus menyetir sendiri mobilnya dari Seoul ke Busan, dia juga membantuku bersih-bersih rumah bersama Seoyeon. Itu permintaan Seoyeon karena dongsaeng-ku satu-satunya itu protes atas kebersihan dan kerapihan rumah itu. Malam itu aku duduk di kamarku, memikirkan keadaan Seoyeon. Mengapa Sungmin bilang dia sangat murung ? Apakah dia terlalu kesepian sampai ia tidak bisa berpura-pura tegar lagi ? apakah aku sudah terlalu lama membiarkannya di Seoul tanpa ada aku sebagai oppa, keluarga paling dekat yang dimilikinya ? Aku tahu ahjumma baik padanya, bahkan ahjumma sudah menganggap kami sebagai anaknya sendiri walaupun ahjumma tidak memiliki suami. Aku menyalahkan diriku karena tidak bisa berada di sisi dongsaeng-nya. Tidak lama, pintu kamarku diketuk.
“Nuguseyo ?” tanyaku
“Aah aku mengganggumu tidak, Oppa ?”
“Masuklah.” Kataku sambil tersenyum

Seoyeon membuka pintu dan masuk ke dalam. Ia lalu duduk di sebelahku dengan wajah sedikit murung.
“Gwenchana, Saeng ?” tanyaku
“Ne, gwenchaneyo.”
“Seoyeon-ah apa ada masalah selama kau di Seoul ?”
“Anhi… semuanya baik-baik saja, Oppa. Hanya saja…” Seoyeon tidak meneruskan kalimatnya, membuatku penasaran
“Apa karena aku tidak ada di dekatmu ?” aku segera menambahkan, aku tahu Seoyeon merasa sungkan untuk mengucapkan hal ini
“Ne…” ia menjawab dengan kepalanya yang tertunduk
“Mianhae… kalau aku sudah selesai dengan sekolahku, aku akan kembali ke Seoul.”
“Kamsahamnida, Oppa.” Kata Seoyeon menyandarkan kepalanya di lenganku
“Ada lagi yang mengganggu pikiranmu ?”
“Oppa memang paling bisa menebak.” Seoyeon kembali ke psisi duduk tegapnya dan tersenyum padaku
“Kau bisa cerita padaku.”
“Sungmin-oppa… maksudku Sungmin-ssi itu orangnya bagaimana ?”
“Sungmin ? Dia namja yang sangat baik, aku mengenalnya dengan baik. Sungmin itu juga pintar dan popular. Dia banyak berteman dengan yeoja seusianya. Dia baik padamu kan ?”
“Ne… sangat baik malah…” Seoyeon masih belum mau cerita
“Malah kalau bisa, aku menginginkannya untuk selalu bersamamu.” Celetekku yang membuat Seoyeon melotot bingung padaku
“Oppa ! Kau sembarangan bicaranya.” Katanya sambil menepuk bahuku dengan wajahnya yang memerah
“Wae ? Boleh kan aku berharap begitu ? Dia namja yang paling bisa aku percaya.”
Seoyeon menunduk, “Kau ini, Oppa.”
“Omong-omong, kau belum cerita maksudmu menanyaiku tentang Sungmin. Ada apa ? Ini ada hubungannya dengan Sungmin ‘kan ?” aku menggodanya agar mau cerita
“Ne… aku… tidak mengerti sejak kapan tapi… Entah sejak kapan aku melihat Sungmin-ssi bukan sebagai oppa… aku merasakan sesuatu yang berbeda…”
“Lalu ?” pancingku
“Aku tidak tahu apa, tapi saat melihat Sungmin-ssi bersama dengan teman-temannya yang kebanyakan yeoja itu aku jadi salah tingkah. Aku tidak senang melihatnya bersama mereka. Padahal biasanya, aku biasa saja melihatnya. Aku tidak tahu aku ini kenapa, tapi ini membebani pikiranku.” Jelasnya lagi
“Apa kau menjadi salah tingkah jika berhadapan dengannya ?”
“NE ! Ah kau bisa menebaknya ! Sungmin-ssi suka sekali mengantar jemput aku…”
“Aku tahu, dia cerita padaku.” potongku
“Dan akhir-akhir ini aku jadi tidak tahu harus bersikap apa di depannya. Akhirnya aku hanya diam saja. Jantungku berdetak lebih cepat, Oppa. Berkali-kali Sungmin-ssi menanyakan keadaanku, tapi itu malah membuatku salah tingkah. Dan saat aku cerita pada sahabatku, mereka bilang aku… Aku menyukainya.” Di akhir kalimatnya suaranya memelan
“Jadi ini yang membuatmu murung akhir-akhir ini ?”
“N-ne… darimana Oppa tahu ?”
“Sungmin sendiri cerita padaku, katanya kau lebih sering diam belakangan ini. Kupikir yang dikatakan teman-temanmu benar.” Jawabku ringan
“Mworago ? Tapi bagaimana bisa ?”
Aku mengangkat bahuku, “Entahlah… Yang mengetahui alasannya hanya kau sendiri.”
“Aah… sebenarnya sih aku selalu merasa aman saat Sungmin-ssi di dekatku. Aku merasa aku bisa senang, marah dan melakukan hal-hal lain ketika bersamanya. Dia peduli segala tentangku, setidaknya itu yang kurasakan.”
“Itu namanya kau jatuh cinta, Seosaeng.” Aku meraih pipinya dan mengguncangnya ke kanan dan ke kiri
“Jjinja ? Apa itu sesuatu yang buruk ?” ia bertanya dengan wajah polosnya
“Hahaha…kalau kau mencintai seseorang, tidak ada istilah baik ataupun buruk. Hanya saja, kau perlu menggengam terus cintamu agar tidak lepas.”
“Oppa pernah jatuh cinta ?” tanyanya lagi
“Pernah, tapi itu sudah lama sekali…” aku tertawa ringan
“Bagaimana rasanya ?”
“Rasanya menyenangkan. Tapi saat dia pergi, kau akan merasakan kehilangan yang luar biasa. Seolah hidupmu hampa.”
“Seperti saat eomma dan appa pergi ?”
Aku tercengang mendengarnya, “Ne…”
“Hmm… aku tidak ingin merasakan itu lagi… Aku tidak ingin cinta.” kata Seoyeon dengan suara seperti anak kecil yang takut
“Seosaeng-ah dengarkan aku.” aku berdeham, “Aku tidak bisa selamanya berada di sisimu. Aku khawatir suatu saat nanti aku akan mempunyai keluargaku sendiri dan mulai sibuk memikirkan keluargaku itu. Meskipun kau tetaplah dongsaengku, tapi aku tidak bisa selamanya menjagamu dan kau tidak bisa selamanya hidup bahagia denganku. Kau juga semakin dewasa, seiring berjalannya waktu kau akan menemui cintamu sendiri dan bahagia atas hal itu. Kau tidak boleh takut menghadapi cinta.”
“Tapi aku takut…”
“Aku mengerti kau takut kehilangan, tapi ingatlah kata-kataku. Kalau kau sebegitu takutnya merasakan kehilangan, yang perlu kau lakukan adalah menjaganya sekuat mungkin.”

***
Seoyeon’s POV

Aku kembali ke kamarku setelah lega menceritakan segalanya. Perasaanku bercampur aduk. Lega dan senang tetapi aku takut juga. Takut kalau aku merasakan pahitnya kehilangan lagi. Tapi Jungsoo-oppa menyuruhku untuk tidak takut. Malam itu malam kesekian kalinya  aku tidak bisa tidur.

***
Sungmin’s POV

Keesokan harinya…

Aku dan Seoyeon sudah harus pulang hari ini. Walaupun hanya sebentar, tapi setidaknya aku kembali melihat Seoyeon bahagia berada di sini. Aku sedikit merasa tidak enak untuk membawanya pulang. Pagi itu, aku dan Teukie-hyung saling bertukar cerita sementara Seoyeon sedang pergi keluar, entahlah sepertinya ia sedang belanja.
“Bagaimana denganmu ? Apa kau masih suka bermain dengan para yeoja ?” tanya Leeteuk padaku tiba-tiba
“Ne ? Akhir-akhir ini sih tidak terlalu, aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama Kyuhyun.”
“Bagaimana dengan dongsaeng-ku ?” tanyanya singkat

Oh tidak. Rasa bersalahku pada Seoyeon muncul lagi. Aku sedikit merasa bersalah karena belakangan aku sering menghabiskan waktu bersama Kyu untuk belajar, walaupun Kyu baru menghadapi ujian-ujian itu tahun depan bersama Seoyeon. Tapi aku tidak punya pilihan lain, karena kalau nilaiku jelek appa dan eomma akan memarahiku habis-habisan. Bodohnya aku tidak menjelaskan keadaanku pada Seoyeon. Dan sekarang Teukie-hyung bertanya padaku, menagih janjiku yang pernah aku buat saat aku pertama kali kerumah ini. Janji untuk selalu menemaninya dalam keadaan apapun. Aku merasa bersalah, bersalah pada Seoyeon dan bersalah pada hyung terbaikku ini.
“Aku… mianhae, aku akhir-akhir ini sedang mempersiapkan diriku untuk ujian. Jadi aku… tidak banyak mengabiskan waktu bersamanya. Mianhae… jeongmal mianhae…” aku membungkuk beberapa kali, berharap ia mau memaafkan aku
“Tidak apa-apa. Aku juga tidak boleh egois. Bagaimanapun kau juga punya urusanmu sendiri.”
“Mianhae, Hyung.” Kataku masih dengan nada bersalah
“Hei tidak apa-apa, tidak perlu meminta maaf berkali-kali seperti ini. Aku benar-benar mengerti keadaanmu. Tapi apa boleh aku bertanya padamu satu hal ?”
“Apa itu, Hyung ?” tanyaku antisipasi
“Kamu… kamu sayang pada adikku tidak ?” tanyanya gugup

Wajahku memerah dan aku diam saja. Leeteuk memperhatikan wajahku.
“Aku tepat sasaran ya ?” tanya Leeteuk sambil tersenyum licik padaku, entah kenapa aku merasa Kyu ada disini dengan wujud Teukie-hyung
“Aku boleh jujur ? Aku sudah memperhatikan dongsaeng-mu jauh sebelum aku tahu bahwa dia dongsaeng-mu. Saat aku mengenalnya lebih jauh aku semakin yakin pada perasaanku terhadapnya. Teukie-hyung, kalau boleh… kalau boleh aku ingin meminta persetujuanmu. Boleh…bolehkah aku memintanya ? Memintanya untuk menjadi pacarku, menjadi pendampingku yang akan aku jaga selalu ?”
“Kau serius ?” Leeteuk tampak terkejut mendengar jawabanku
“Ne. Aku serius.” Kataku memasang tampang serius
“Aku bersyukur.” Leeteuk tersenyum puas dan membuatku terkejut
“Mwo ?” tanyaku heran
“Aku bersyukur karena aku bisa mempercayakannya padamu.”
“Jjinja ???”
“Ne… tolong jaga dia untukku ya.” Teukie-hyung tersenyum lagi padaku
“Kau bisa menjaga kata-kataku, Hyung. Aku akan mencari waktu yang tepat untuk menyatakan ini padanya. Sebelum itu terjadi, tolong rahasiakan hal ini ya, Hyung.”

***

Sudah dua bulan setelah kunjungan kami ke Busan, aku masih belum juga menyatakan perasaanku pada Seoyeon. Aku bingung kalau menghadapi yeoja itu karena pasti aku akan canggung duluan saat melihatnya. Ayolah Lee Sungmin, kau tidak biasanya bersikap seperti ini. Kuakui aku dekat dengan banyak yeoja tapi belum pernah aku bersikap secanggung ini saat di depan yeoja. Omong-omong, aku belum tahu bagaimana perasaan Seoyeon juga. Habis dia tidak memberiku sinyal, dan sikapnya padaku jadi kaku. Mungkin itu karena aku belakangan ini semakin jarang menemuinya dengan ujian-ujianku yang sudah selesai aku laksanakan. Lega sekali karena aku sudah menyelesaikan ujian itu dan sekarang aku tinggal menunggu hasilnya. Nah sekaranglah saatnya aku kembali kepada Seoyeon. Aku menghampiri kelas Seoyeon, berharap menemukannya. Dan ya, aku menemukannya… bersama seorang namja yang tertawa di sebelahnya. Aku buru-buru menangkap lengan Kyuhyun yang sedang memakan es krim.
“Kyu !” seruku
“Mwo ? Wae, Hyung ?!” tanya Kyuhyun panik mendengar seruanku
“Itu… itu siapa yang ada di sebelah Seoyeon ?” tanyaku sambil menatap tajam namja yang masih tertawa bersama Seoyeon itu
“Nugu ?” Kyu menyipitkan matanya, “Ah… itu namanya Donghae. Lee Donghae. Dia anak baru.”
“Mereka dekat ??” aku semakin penasaran
“Cukup dekat. Yang kudengar sih Seoyeon-ssi satu-satunya teman yang paling dekatnya Donghae. Wae ?”
“Ya ! Hyung ! Kau mau kemana ?! Aku belum selesai bicara !” seru Kyuhyun saat aku lancang masuk ke kelas

Aku tidak ingin mendengar penjelasan selanjutnya dari Kyu yang hanya membuat telingaku panas. Apa ini… apa ini alasannya Seoyeon jadi pendiam dan sedikit menjauhiku ? Apa karena dia, Park Seoyeon ?!! Aku masuk ke kelas itu dengan langkah lebar-lebar, tidak peduli semua orang di kelas itu menatapku bingung karena di mataku sekarang hanya ada bayangan yeoja yang kusayangi itu. Aku sampai di hadapannya, membuatnya dan namja itu berhenti dari tawa mereka.
“Oppa ?” Seoyeon memanggilku dengan ragu-ragu
“Jadi ini alasannya ?” tanyaku padanya dengan wajah geram
“Alasan apa ?” Seoyeon mengangkat alisnya, menunjukkan wajah tidak mengerti
“Ikut aku.” Aku menarik tangannya dan segera berjalan keluar kelas

Seoyeon tampak merintih saat aku menariknya (atau lebih tepatnya menyeretnya) keluar kelas. Berkali-kali ia meronta agar aku melepaskan cengkramanku dari tangannya, tapi aku tetap tidak menghiraukannya. Kubawa dia ke samping sekolah, tempat yang jarang sekali bahkan tidak ada orang disitu. Kulepaskan tangannya sehingga akhirnya ia lepas. Ia mengusap-usap bagian tangannya yang sakit sambil merintih. Aku sedikit merasa bersalah karena aku menyakitinya yang rapuh itu, tapi masa bodoh. Aku mendorong tubuhnya ke tembok lalu kurentangkan kedua tanganku hingga ia terperangkap di antara aku dan tembok bangunan sekolah.
“Kau sedang apa tadi ?” tanyaku dengan menekan seluruh emosiku
“Aku sedang bercanda-canda tadi.” Ia menatapku dengan rasa takut, seolah aku ingin membunuhnya
“Dengan siapa ?”
“D-dengan Youngra, Yoonrin, Taehee dan Donghae.”
“Kau mau berbohong ya ?” tanyaku sambil tersenyum mengejek padanya
“Berbohong apa ?” Seoyeon bertanya balik padaku, dia tidak mengerti arah pembicaraanku
“Tadi aku melihatmu hanya bercanda dengan namja itu saja. Jadi sekarang kau sudah mulai berbohong padaku ya, Park Seoyeon ?”
“A-aku tidak berbohong !” Seoyeon mulai memberontak namun nada bicaranya masih sama seperti tadi, nada seorang anak kecil yang ketakutan
“Eo… Kamu itu… sikapmu sekarang ini berubah padaku. Kau jarang membalas pesanku bahkan handphone-mu tidak aktif.”
“Itu karena handphone-ku mati dan charger-ku hilang.” Ia membela diri
“Kau jarang menyapaku juga di sekolah.” Aku menambahkan
“Aku ingin menyapamu, tapi kau malah pergi dengan teman-temanmu.” Ia membela diri lagi, kali ini matanya sudah membendung air mata
“Jadi sekarang kau dekat dengan namja bernama Donghae itu ?” aku mencecarnya lagi, tidak peduli dengan pembelaan dirinya
“Donghae itu saudara jauhku !” kali ini Seoyeon membentakku, menjatuhkan air matanya dan aku terkejut
“Saudara jauh ?” kali ini aku memasang tampang seperti orang bodoh
“Ne… dengarkan aku… Dengarkan penjelasanku, aku mohon.” Katanya dengan air mata yang masih mengalir, aku ingin menghapusnya tapi pada akhirnya aku tidak melakukannya
“Mianhae kalau aku tidak membalas pesan singkatmu atau mengangkat teleponmu, aku bahkan tidak tahu kau menghubungi handphone-ku. Itu semua terjadi karena charger handphone-ku hilang entah kemana dan sudah kucari-cari tetap saja tidak kutemukan.”
“Lalu ?” tanyaku ketus
“Aku melihatmu bersama teman-temanmu. Teman yang kebanyakan yeoja tepatnya. Saat kau melihatku, aku sudah tersenyum padamu tapi kau memalingkan wajahmu ke temanmu dan berlalu begitu saja. Aku tidak tahu apa yang salah padaku hingga kau sepertinya cuek padaku.”
“Selanjutnya aku ingin mendengar penjelasan tentang Donghae.”
“Donghae… Lee Donghae itu saudara jauhku. Ia anak dari sepupunya ahjumma-ku. Sebelumnya ia sekolah di Mokpo, namun setelah appa-nya meninggal dunia, ia, hyung-nya dan eomma-nya pindah ke Seoul dan memulai hidup baru. Setelah itu ia masuk ke sekolah yang sama denganku dan karena itulah dia hanya dekat denganku karena aku satu-satunya orang yang dia kenal. Tapi sekarang ia sudah mengenal ketiga sahabatku sehingga ia tidak kesepian lagi.”

Seoyeon mengusap air matanya dengan sebelah tangannya. Sementara aku ? Aku masih terpaku dengan penjelasan Seoyeon barusan. Apa yang telah aku perbuat ? Marah padanya tanpa bukti yang jelas, mengintrogasinya seperti penjahat dan membuatnya menangis seperti ini. Tuhan, bagaimana bisa aku gelap mata seperti ini ? Aku marah, tapi marah pada siapa ? Pada Seoyeon yang sekarang jauh dariku atau pada diriku sendiri yang sudah membiarkan Seoyeon jauh dariku ? Aku melemahkan rentangan tangaku dan memperhatikannya terisak.
“Apa itu yang sebenarnya ?” tanyaku dengan suara lemah
“Ne… Jjinja… jeongmal mianhae kalau aku membuatmu salah paham seperti ini.”

Kenapa dia yang meminta maaf padaku ? Harusnya aku yang minta maaf padanya atas semua yang kulakukan padanya ! Ia menutupi wajahnya, tidak ingin aku melihat air matanya. Namun aku memegang kedua tangannya dan menjauhkannya dari wajahnya. Daripada menyeka air mata pada wajahnya, aku lebih memilih untuk memeluknya.
“Mianhae… Jeongmal mianhae… harusnya aku yang meminta maaf, bukan kau… Mianhae, Seoyeon…” kataku lirih sambil membelai lembut kepalanya

Beberapa saat dia tidak menjawab apapun yang kukatakan padanya. Dia terus mengeluarkan air matanya dan aku tidak tahu harus berbuat apa lagi selain mendekapnya seperti ini. Aku telah menyakitinya lebih dari yang kubayangkan. Perasaan marahku sekarang jelas tertuju pada diriku sendiri. Aku mengutuk diriku yang sudah membuatnya seperti ini. Tuhan, maafkan aku sudah bersikap jahat kepadanya.
“Seoyeon-ah ?” panggilku
Dia tidak menjawabku dan tetap menangis
Aku melepaskannya dari pelukanku, “Seoyeon-ah, jawab aku.” Kataku sambil mensejajarkan tinggi kepalaku dengan kepalanya
“Ne…” akhirnya ia mengeluarkan suaranya
“Mianhae untuk semuanya… Boleh… boleh aku jujur padamu ?”
“Ne…” jawabnya sambil mengangguk
Aku memegang kepalanya dengan kedua tanganku, memaksanya untuk menatap mataku, “Sejujurnya aku sayang padamu.”
Seoyeon menghentikan tangisannya, ia menatap lekat-lekat mataku, “Mwo ?”
“Aku suka kamu. Aku sayang kamu dan aku ingin melindungimu. Aku sudah memintamu pada oppa-mu dan dia setuju. Sekarang giliranku untuk memintamu secara langsung. Maukah… maukah kau menjadi yeoja chingu-ku ? Yang bisa mendampingiku dan aku lindungi ?”
“Oppa… apa ini sungguhan ?”
“Ini sungguhan…” kataku sambil tersenyum padanya
“Aku ingin dengar perasaanmu padaku, boleh ?” tanyaku
Ia mengangguk, “Aku juga sebenarnya suka padamu, Oppa. Tapi aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya. Lalu beberapa waktu ini, aku melihatmu dan menyadari betapa kau jauh dariku. Aku takut kau membenciku makanya aku lebih memilih untuk diam di depanmu.”
“Mianhae…” suaraku kembali lirih, “Sekarang kita sama-sama tahu perasaan masing-masing. Apa kau… apa kau mau menerimaku ?” tanyaku ragu-ragu

Seoyeon diam sebentar, tetapi kemudian ia mengangguk dan tersenyum padaku. Aku takjub melihatnya, seolah melihat pelangi setelah badai yang sudah lama melanda. Aku spontan memeluknya lagi.
“Gomawo, Seoyeon. Gomawo…jeongmal gomawo… aku janji, aku akan menyayangimu, melindungimu dan menemanimu mulai sekarang dan seterusnya…”

Hari itu, saat aku mengucapkan janji itu, segalanya dimulai. Kehidupanku yang baru, hari-hariku yang menyenangkan dan penuh kenangan bersamanya. Kehidupan bahagia yang berlangsung sampai hal buruk itu terjadi…






***

fanfic ini masih akan berlanjut ^^
tunggu chapter berikutnya. kamsahamnida :)